Inovasi Mahasiswa UNY Olah Daun Salam Jadi Krim Obat Luka Bakar
loading...
A
A
A
SLEMAN - Tiga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat inovasi krim obat luka bakar herbal berbahan baku daun salam. Krim ini dapat menjadi altenatif obat luka bakar sekaligus ramah lingkungan. Mereka terdiri dari Benedicta Ivana Gamellia dan Ariftania Madrin program studi (prodi) Pendidikan Biologi dan Derifasay Salsabilla prodi Kimia.
Benedicta Ivana Gamellia mengatakan untuk pengobatan luka bakar (inflamasi) biasanya dengan mengonsumsi obat seperti obat anti inflamasi nonsteroid contohnya paracetamol, aspirin, antalgin, dan ibuprofen serta steroid obat anti inflamasisteroid seperti Dexamethason. (Baca juga: Bisa Diakses Daring dan Luring, ITS Bangun 53 Smart Classroom )
Namun, obat ini memiliki efek samping, yaitu menginduksiulser lambung atau usus yang terkadang disertai dengan anemia akibat kehilangan darah, hiperglikemia, osteoporosis, dan hipertensi. Oleh karena itu, perlu splusi untuk melawan dan mengendalikan rasa nyeri serta peradangan dengan efek samping yang relatif lebih kecil. “Karena itulah kami melakukan penelitian daun salam dibuat menjadi krim obat luka bakar ,” kata Bemedocta, Rabu (18/11/2020).
Menurut Bemedocya, daun salam mengandung minyak atsiri (salamol dan eugenol), flavonoid (quercetin, quercitrin, myrcetin dan myrcitrin), fenol, steroid, sitral, lakton, saponin, tanin, dan alkaloid. Efek farmakologis pada senyawa flavonoid berperan dalam proses penyembuhan luka seperti antibakteri, antimikroba, antiinflamasi, antibiotik, dan melindungi pembuluh darah.
“Daun salam dapat diolah menjadi sediaan dalam bentuk krim. Penggunaan krim sangat mudah dan praktis sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai alternatif pengobatan selain mengonsumsi obat oral,” paparnya. (Baca juga: Wejang 852 Wisudawan Uhamka, Haedar: Dimanapun Berpijak Jaga Integritas dan Kejujuran )
Derifasay Salsabilla menjelaskan bahan yang digunakan dalam pembuatan krim dari daun salam ini adalah daun salam kering, adeps lanea, aquades, asam stearat, etanol 95%, eter, HCL 37%, nipagin, nipasol, paraffin liquidum, triethanolamine, dan virgin coconut oil.
Proses pembuatanya, daun salam dicuci menggunakan air, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terpapar sinar matahari langsung. Daun salam yang sudah kering kemudian diserbukkan menggunakan grinder dan disimpan dalam wadah tertutup. Serbuk daun salam lalu diekstraksi menggunakan metodemaserasi.
Langkah berikutnya dibuatlah krimya dengan cara membuat campuran dari fase lemak dan fase air. Fase lemak terdiri dari asams tearat, paraffinliquid, virgincoconutoil, dan adepslanae masing-masing sebanyak 181, 25gr, 62, 5ml, 250 ml dan 37, 5gr dan dicampurkan ke dalam beakerglass.
“Kemudian memanaskan beaker kedalam waterbath dengan suhu 600C -700C hingga semua bahan menjadi leleh atau lebur,” jelasnya.
Sedangkan fase air diawali dengan menuangkan aquadest sebanyak 250 ml ke dalam beakerglass, kemudian menambahkan triethanolamine sebanyak 3,75 ml kemudian campuran bahan dipanaskan dengan water bath pada suhu 600C -700C.
Secara perlahan fase air dicampurkan ke dalam fase minyak, tambahkan nipasol dan nipagin lalu diaduk hingga homogen. Basic cream tersebut kemudian dicampurkan dengan ekstrak daun salam.
“Dari hasil ujicoba di laboratorium diketahui hasil paling efektif untuk mengobati luka bakar adalah pada cream dengan konsentrasi ekstrak daun salam tertinggi yaitu 15%,” terangnya.
Ariftania Madrin menambahkan, krim daun salam ini digunakan untuk penyembuhan anti-inflamasi berupa luka bakar ringan seperti luka bakar derajat I dan II. Luka bakar derajat I yaitu kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial).
Ciri luka bakar ini yaitu adanya sedikit edema, kulit mengalami hiperemik berupa eritema, tanpa ditemukan adanya bula, dan efek rasa nyeri akibat iritasi ujung saraf sensoris. Pada hari keempat setelah paparan biasanya terjadi pengelupasan kulit.
“Sedangkan luka bakar derajat II adalah kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula pembentukan luka, dan nyeri karena pada ujung saraf sensorik mengalami iritasi. Dasar luka berwarna kemerah hingga pucat,” jelasnnya.
Benedicta Ivana Gamellia mengatakan untuk pengobatan luka bakar (inflamasi) biasanya dengan mengonsumsi obat seperti obat anti inflamasi nonsteroid contohnya paracetamol, aspirin, antalgin, dan ibuprofen serta steroid obat anti inflamasisteroid seperti Dexamethason. (Baca juga: Bisa Diakses Daring dan Luring, ITS Bangun 53 Smart Classroom )
Namun, obat ini memiliki efek samping, yaitu menginduksiulser lambung atau usus yang terkadang disertai dengan anemia akibat kehilangan darah, hiperglikemia, osteoporosis, dan hipertensi. Oleh karena itu, perlu splusi untuk melawan dan mengendalikan rasa nyeri serta peradangan dengan efek samping yang relatif lebih kecil. “Karena itulah kami melakukan penelitian daun salam dibuat menjadi krim obat luka bakar ,” kata Bemedocta, Rabu (18/11/2020).
Menurut Bemedocya, daun salam mengandung minyak atsiri (salamol dan eugenol), flavonoid (quercetin, quercitrin, myrcetin dan myrcitrin), fenol, steroid, sitral, lakton, saponin, tanin, dan alkaloid. Efek farmakologis pada senyawa flavonoid berperan dalam proses penyembuhan luka seperti antibakteri, antimikroba, antiinflamasi, antibiotik, dan melindungi pembuluh darah.
“Daun salam dapat diolah menjadi sediaan dalam bentuk krim. Penggunaan krim sangat mudah dan praktis sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai alternatif pengobatan selain mengonsumsi obat oral,” paparnya. (Baca juga: Wejang 852 Wisudawan Uhamka, Haedar: Dimanapun Berpijak Jaga Integritas dan Kejujuran )
Derifasay Salsabilla menjelaskan bahan yang digunakan dalam pembuatan krim dari daun salam ini adalah daun salam kering, adeps lanea, aquades, asam stearat, etanol 95%, eter, HCL 37%, nipagin, nipasol, paraffin liquidum, triethanolamine, dan virgin coconut oil.
Proses pembuatanya, daun salam dicuci menggunakan air, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terpapar sinar matahari langsung. Daun salam yang sudah kering kemudian diserbukkan menggunakan grinder dan disimpan dalam wadah tertutup. Serbuk daun salam lalu diekstraksi menggunakan metodemaserasi.
Langkah berikutnya dibuatlah krimya dengan cara membuat campuran dari fase lemak dan fase air. Fase lemak terdiri dari asams tearat, paraffinliquid, virgincoconutoil, dan adepslanae masing-masing sebanyak 181, 25gr, 62, 5ml, 250 ml dan 37, 5gr dan dicampurkan ke dalam beakerglass.
“Kemudian memanaskan beaker kedalam waterbath dengan suhu 600C -700C hingga semua bahan menjadi leleh atau lebur,” jelasnya.
Sedangkan fase air diawali dengan menuangkan aquadest sebanyak 250 ml ke dalam beakerglass, kemudian menambahkan triethanolamine sebanyak 3,75 ml kemudian campuran bahan dipanaskan dengan water bath pada suhu 600C -700C.
Secara perlahan fase air dicampurkan ke dalam fase minyak, tambahkan nipasol dan nipagin lalu diaduk hingga homogen. Basic cream tersebut kemudian dicampurkan dengan ekstrak daun salam.
“Dari hasil ujicoba di laboratorium diketahui hasil paling efektif untuk mengobati luka bakar adalah pada cream dengan konsentrasi ekstrak daun salam tertinggi yaitu 15%,” terangnya.
Ariftania Madrin menambahkan, krim daun salam ini digunakan untuk penyembuhan anti-inflamasi berupa luka bakar ringan seperti luka bakar derajat I dan II. Luka bakar derajat I yaitu kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial).
Ciri luka bakar ini yaitu adanya sedikit edema, kulit mengalami hiperemik berupa eritema, tanpa ditemukan adanya bula, dan efek rasa nyeri akibat iritasi ujung saraf sensoris. Pada hari keempat setelah paparan biasanya terjadi pengelupasan kulit.
“Sedangkan luka bakar derajat II adalah kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula pembentukan luka, dan nyeri karena pada ujung saraf sensorik mengalami iritasi. Dasar luka berwarna kemerah hingga pucat,” jelasnnya.
(mpw)