Atasi Pemetaan Desa, Mahasiswa ITS Rancang Layanan Java Drone
loading...
A
A
A
JAKARTA - 3 mahasiswa Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang suatu inovasi berupa penyedia layanan geospasial bernama Java Drone.
Ketiga mahasiswa itu adalah Moh Faisal, Shaza Flanetta Putri, dan M Hidayatul Ummah. Ketiganya memulai perancangan Java Drone usai menilik peluang bisnis jasa pemetaan yang cukup besar. Yang mana kebanyakan, pemetaan tersebut menggunakan teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang lazim disebut drone. “Kami memandang bahwa saat ini peta telah menjadi urgensitas pembangunan,” tutur Ketua Tim Moh Faisal melalui siaran pers, Rabu (2/12). (Baca juga: Mahasiswa Harus Dipastikan Sehat Sebelum Mulai Kuliah Tatap Muka )
Oleh sebab itu, lanjutnya, Java Drone hadir sebagai solusi untuk berbagai permasalahan pemetaan di Indonesia. Sebelumnya, Faisal dan tim telah melakukan riset segmentasi pasar sehingga dapat mengetahui pihak mana yang perlu dituju dalam penawaran bisnis ini. Setelah itu, dilakukan pengembangan produk agar Java Drone memiliki state of the art.
Faisal mengaku, Java Drone difokuskan untuk pemetaan dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Beberapa produk yang diluncurkan oleh Java Drone di antaranya adalah Areal Mapping yang merupakan jenis pemetaan topografi, 3D Modelling yakni permodelan 3D khusus untuk cagar alam yang terancam punah, tree counting, plant health, dokumentasi, dan videogrammetry.
“Kemudian, kami mengembangkan tiga produk lagi yaitu inspeksi, 3D smart village dan aplikasi Geographic Information System (WebGIS). Sehingga kini terdapat sembilan produk,” imbuh pemuda berdarah Madura itu. Dengan berbagai hal tersebut, tambahnya, pekerjaan menjadi lebih efektif dan dapat memotong anggaran biaya. (Baca juga: Cerita Mahasiswa ITB saat Menjuarai Lomba GEMASTIK 2020 )
Java Drone telah diaplikasikan ke beberapa desa-desa tertinggal, di antaranya untuk Desa Ngepung, Nganjuk; Desa Lojejer, Jember; Desa Banjarasri, Sidoarjo; Desa Kedungbanteng, Sidoarjo; dan beberapa desa lainnya. “Hingga kini, kami masih terus mengajukan penawaran ke beberapa desa tertinggal,” cetus mahasiswa kelahiran 18 Oktober 1999 tersebut.
Berkat inovasi tersebut, tim mereka pun telah berhasil memperoleh kejuaraan dalam ajang Business Plan Competition (BPC) 2020 yang digelar oleh Universitas Negeri Medan, awal November lalu. “Sebagai satu-satunya delegasi dari ITS, kami dibimbing oleh dosen Teknik Geomatika, Bapak Khomsin ST MT dalam pengembangan produk ini,” ungkapnya.
Meski begitu, ujarnya, ada kendala yang dihadapi.Seperti rendahnya pemahaman saat melakukan penawaran ke instansi pemerintah, kurangnya edukasi market kepada target pasar, serta tidak adanya pendamping saat melakukan marketing Business to Government (B2G). Selain itu, adanya pandemi Covid-19 juga berpengaruh besar terhadap terhambatnya pengembangan produk ini.
Ke depan, Faisal menargetkan untuk dapat mengembangkan WebGIS yang sebelumnya statis menjadi dinamis. “Artinya, kami akan mengintegrasikan peta yang ada di desa agar semua masyarakat dapat mengaksesnya dan membantu dalam pembuatan 3D smart village,” terangnya lagi.
Faisal berharap Java Drone dapat mewujudkan visi untuk menjadi perusahaan survei pemetaan berbasis drone terbesar di Indonesia dan memberikan kedetailan secara akurat, sehingga perencanaan dan pembangunan dapat lebih efektif dan tepat sasaran. “Di samping itu, kami juga ingin Java Drone dapat menjadi start-up yang menjawab semua permasalahan khususnya di bidang geospasial,” pungkasnya.
Ketiga mahasiswa itu adalah Moh Faisal, Shaza Flanetta Putri, dan M Hidayatul Ummah. Ketiganya memulai perancangan Java Drone usai menilik peluang bisnis jasa pemetaan yang cukup besar. Yang mana kebanyakan, pemetaan tersebut menggunakan teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang lazim disebut drone. “Kami memandang bahwa saat ini peta telah menjadi urgensitas pembangunan,” tutur Ketua Tim Moh Faisal melalui siaran pers, Rabu (2/12). (Baca juga: Mahasiswa Harus Dipastikan Sehat Sebelum Mulai Kuliah Tatap Muka )
Oleh sebab itu, lanjutnya, Java Drone hadir sebagai solusi untuk berbagai permasalahan pemetaan di Indonesia. Sebelumnya, Faisal dan tim telah melakukan riset segmentasi pasar sehingga dapat mengetahui pihak mana yang perlu dituju dalam penawaran bisnis ini. Setelah itu, dilakukan pengembangan produk agar Java Drone memiliki state of the art.
Faisal mengaku, Java Drone difokuskan untuk pemetaan dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Beberapa produk yang diluncurkan oleh Java Drone di antaranya adalah Areal Mapping yang merupakan jenis pemetaan topografi, 3D Modelling yakni permodelan 3D khusus untuk cagar alam yang terancam punah, tree counting, plant health, dokumentasi, dan videogrammetry.
“Kemudian, kami mengembangkan tiga produk lagi yaitu inspeksi, 3D smart village dan aplikasi Geographic Information System (WebGIS). Sehingga kini terdapat sembilan produk,” imbuh pemuda berdarah Madura itu. Dengan berbagai hal tersebut, tambahnya, pekerjaan menjadi lebih efektif dan dapat memotong anggaran biaya. (Baca juga: Cerita Mahasiswa ITB saat Menjuarai Lomba GEMASTIK 2020 )
Java Drone telah diaplikasikan ke beberapa desa-desa tertinggal, di antaranya untuk Desa Ngepung, Nganjuk; Desa Lojejer, Jember; Desa Banjarasri, Sidoarjo; Desa Kedungbanteng, Sidoarjo; dan beberapa desa lainnya. “Hingga kini, kami masih terus mengajukan penawaran ke beberapa desa tertinggal,” cetus mahasiswa kelahiran 18 Oktober 1999 tersebut.
Berkat inovasi tersebut, tim mereka pun telah berhasil memperoleh kejuaraan dalam ajang Business Plan Competition (BPC) 2020 yang digelar oleh Universitas Negeri Medan, awal November lalu. “Sebagai satu-satunya delegasi dari ITS, kami dibimbing oleh dosen Teknik Geomatika, Bapak Khomsin ST MT dalam pengembangan produk ini,” ungkapnya.
Meski begitu, ujarnya, ada kendala yang dihadapi.Seperti rendahnya pemahaman saat melakukan penawaran ke instansi pemerintah, kurangnya edukasi market kepada target pasar, serta tidak adanya pendamping saat melakukan marketing Business to Government (B2G). Selain itu, adanya pandemi Covid-19 juga berpengaruh besar terhadap terhambatnya pengembangan produk ini.
Ke depan, Faisal menargetkan untuk dapat mengembangkan WebGIS yang sebelumnya statis menjadi dinamis. “Artinya, kami akan mengintegrasikan peta yang ada di desa agar semua masyarakat dapat mengaksesnya dan membantu dalam pembuatan 3D smart village,” terangnya lagi.
Faisal berharap Java Drone dapat mewujudkan visi untuk menjadi perusahaan survei pemetaan berbasis drone terbesar di Indonesia dan memberikan kedetailan secara akurat, sehingga perencanaan dan pembangunan dapat lebih efektif dan tepat sasaran. “Di samping itu, kami juga ingin Java Drone dapat menjadi start-up yang menjawab semua permasalahan khususnya di bidang geospasial,” pungkasnya.
(mpw)