Mahasiswa ITS Ciptakan Pelampung untuk Mencegah Hipotermia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim mahasiswa ITS yang tergabung dalam Tim Demits Evo 1 menciptakan pelampung yang dinamakan Anti Hypothermia Lifevest atau Hy-Live. Inovasi pelampung inipun berhasil menyabet emas di Indonesia International Applied Science Olympiad (I2ASPO).
Hy-Live adalah inovasi pelampung yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya hipotermia pada korban kecelakaan kapal di lautan, karena dilengkapi dengan heater atau pemanas.
Menurut Ketua Tim Demits Evo 1 Ferdina Ramadhansyah, Hy-Live dapat menjadi inovasi baru dalam bidang keselamatan yang diharapkan mampu mengurangi angka kematian akibat kecelakaan kapal.
Berkat kreativitasnya, Ferdi bersama keempat rekan lainnya yaitu Galih Sukma Adjie, Dyon Athallah Ramadhan, Athallah Ramadhan, dan Saktiawan Okto Bertha Agustien mampu mengantarkan pelampung Hy-Live ini meraih emas dalam I2ASPO pada kategori Applied Physics and Engineering, beberapa waktu lalu.
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri ITS ini menerangkan, kerja dari pelampung Hy-Live tersebut menggunakan tiga sensor LM35 yang telah ditempatkan di titik tertentu. Sensor tersebut akan mendeteksi suhu tubuh korban dan lingkungan.
"Pembacaan suhu didapatkan dari area sekitar heater yang dekat dengan kulit tubuh, di mana heater tersebut ditempatkan pada bagian dada dan punggung pelampung,” katanya melalui siaran pers, Kamis (21/1).
Ferdi melanjutkan, hasil pembacaan suhu oleh sensor tersebut diteruskan ke mikrokontroler jenis arduino nano. Kemudian, mikrokontroler mengolah data dari ketiga sensor hingga didapatkan suhu referensi sebagai acuan untuk batasan nyala dan matinya heater.
“Saat suhu referensi berada di bawah suhu tubuh normal (36 derajat celcius, red), maka heater akan menyala dan membuat suhu di sekitar heater menjadi hangat,” jelasnya.
Menurut Ferdi, ketika pelampung tenggelam maka heater pun akan tercelup dalam air. Oleh karena itu, bila kondisi lingkungan air laut dan tubuh misalnya terdeteksi sekitar 32 derajat celcius, heater akan menyala terus menerus.
Sembari menghangatkan tubuh dari pengaruh heater, sensor terus membaca suhu dan ketika panas heater telah membuat suhu lingkungannya mencapai 55 derajat celcius maka heater akan mati dengan sendirinya.
Tim yang berada di bawah supervisi Anastyar Tinatullah dan bimbingan Mashuri SSi MT ini menggunakan aluminium sebagai komponen heater tersebut. Dijelaskan oleh Ferdi, aluminium dipilih karena dapat mendistribusikan panas.
“Akan tetapi, penggunaan aluminium hanya karena pelampung ini masih dalam bentuk prototype, sehingga ke depannya diharapkan dapat menggunakan silicon heating pad atau perangkat lain yang lebih advance,” ungkap mahasiswa asal Jogjakarta tersebut.
Hy-Live adalah inovasi pelampung yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya hipotermia pada korban kecelakaan kapal di lautan, karena dilengkapi dengan heater atau pemanas.
Menurut Ketua Tim Demits Evo 1 Ferdina Ramadhansyah, Hy-Live dapat menjadi inovasi baru dalam bidang keselamatan yang diharapkan mampu mengurangi angka kematian akibat kecelakaan kapal.
Berkat kreativitasnya, Ferdi bersama keempat rekan lainnya yaitu Galih Sukma Adjie, Dyon Athallah Ramadhan, Athallah Ramadhan, dan Saktiawan Okto Bertha Agustien mampu mengantarkan pelampung Hy-Live ini meraih emas dalam I2ASPO pada kategori Applied Physics and Engineering, beberapa waktu lalu.
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri ITS ini menerangkan, kerja dari pelampung Hy-Live tersebut menggunakan tiga sensor LM35 yang telah ditempatkan di titik tertentu. Sensor tersebut akan mendeteksi suhu tubuh korban dan lingkungan.
"Pembacaan suhu didapatkan dari area sekitar heater yang dekat dengan kulit tubuh, di mana heater tersebut ditempatkan pada bagian dada dan punggung pelampung,” katanya melalui siaran pers, Kamis (21/1).
Ferdi melanjutkan, hasil pembacaan suhu oleh sensor tersebut diteruskan ke mikrokontroler jenis arduino nano. Kemudian, mikrokontroler mengolah data dari ketiga sensor hingga didapatkan suhu referensi sebagai acuan untuk batasan nyala dan matinya heater.
“Saat suhu referensi berada di bawah suhu tubuh normal (36 derajat celcius, red), maka heater akan menyala dan membuat suhu di sekitar heater menjadi hangat,” jelasnya.
Menurut Ferdi, ketika pelampung tenggelam maka heater pun akan tercelup dalam air. Oleh karena itu, bila kondisi lingkungan air laut dan tubuh misalnya terdeteksi sekitar 32 derajat celcius, heater akan menyala terus menerus.
Sembari menghangatkan tubuh dari pengaruh heater, sensor terus membaca suhu dan ketika panas heater telah membuat suhu lingkungannya mencapai 55 derajat celcius maka heater akan mati dengan sendirinya.
Tim yang berada di bawah supervisi Anastyar Tinatullah dan bimbingan Mashuri SSi MT ini menggunakan aluminium sebagai komponen heater tersebut. Dijelaskan oleh Ferdi, aluminium dipilih karena dapat mendistribusikan panas.
“Akan tetapi, penggunaan aluminium hanya karena pelampung ini masih dalam bentuk prototype, sehingga ke depannya diharapkan dapat menggunakan silicon heating pad atau perangkat lain yang lebih advance,” ungkap mahasiswa asal Jogjakarta tersebut.
(mpw)