Dukung Kampus Merdeka, Ditjen Dikti Gandeng University of Waterloo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ditjen Dikti Kemendikbud menjalin kerja sama dengan University of Waterloo, Kanada. Kerja sama ini untuk mendukung implementasi kebijakan Kampus Merdeka dan percepatan 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Ditjen Dikti dan University Waterloo yang dilaksanakan secara virtual.
“Kami sangat mengapresiasi kerja sama yang dijalin antara Ditjen Dikti dengan University of Waterloo. Melalui kerja sama ini diharapkan perguruan tinggi Indonesia dapat melakukan implementasi program Kampus Merdeka dengan University of Waterloo,” kata Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam melalui siaran pers, Rabu (24/3).
Nizam menjelaskan Indonesia memiliki lebih dari 4.613 kampus di Indonesia dengan 8,8 juta mahasiswa, 291.970 dosen dan 36.189 program studi. Tren yang ada saat ini adalah meningkatkan standar perguruan tinggi dengan meningkatkan kualitas pelatihan dan penelitian sejalan dengan tuntutan dunia industri di era digital.
“Untuk mendukung perkembangan sektor pendidikan tinggi di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka untuk lebih beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi,” jelas Nizam.
Nizam menjelaskan, Mendikbud telah memodernisasi pendidikan tinggi melalui program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang berfokus pada 3 hal. Yaitu, meningkatkan mobilitas siswa dan pilihan belajar, mendorong program studi progresif dan fleksibel, dan mempromosikan peningkatan kolaborasi antara industri dan lembaga pendidikan tinggi.
Lingkup kerja sama ini meliputi kolaborasi melalui pertukaran kunjungan, pengembangan kurikulum bersama, pengakuan transfer kredit, akses ke blended learning atau Massive Open Online Course, penelitian bersama dan kolaborasi internasional, pengembangan ilmu big data dan proyek bersama pada AI.
Kerja sama ini menitikberatkan pada peningkatan sumber daya manusia, dengan penekanan khusus pada kualitas dan daya saing sumber daya manusia pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2020-2024.
Sekretaris Ditjen Dikti Paristiyanti Nurwadani mengatakan, tindak lanjut dari kerja sama ini program pertama yang akan dirancang bersama adalah program micro credential dan pertukaran mahasiswa. Program ini dibuka bagi dosen dan mahasiswa yang mendapat Letter of Acceptance (LoA) dari University of Waterloo.
Wakil Presiden Asosiasi Internasional Universitas Waterloo Ian Rowlands menjelaskan, Universitas Waterloo telah menyatakan visi menghubungkan harapan dengan dampak untuk dunia yang lebih baik.
“Rencana strategis menekankan komitmen kami untuk mengembangkan pelajar berprestasi yang siap menghadapi dunia modern untuk memajukan penelitian demi kebaikan global, dan memelihara komunitas yang peduli,” pungkasnya.
Rowlands meyakini bahwa kerja sama antara Indonesia dan University of Waterloo bisa berjalan dengan baik dan dapat memenuhi komitmen yang ingin dibangun.
Sebelumnya, Ditjen Dikti melalui proyek READI juga telah berhasil berkolaborasi dengan University of Waterloo sejak tahun 2015. Kolaborasi utama menyangkut tentang Pendidikan Belajar-Bekerja Terpadu (co-operative education), pengembangan kurikulum, e-learning dan peningkatan industri dan universitas.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Ditjen Dikti dan University Waterloo yang dilaksanakan secara virtual.
“Kami sangat mengapresiasi kerja sama yang dijalin antara Ditjen Dikti dengan University of Waterloo. Melalui kerja sama ini diharapkan perguruan tinggi Indonesia dapat melakukan implementasi program Kampus Merdeka dengan University of Waterloo,” kata Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam melalui siaran pers, Rabu (24/3).
Nizam menjelaskan Indonesia memiliki lebih dari 4.613 kampus di Indonesia dengan 8,8 juta mahasiswa, 291.970 dosen dan 36.189 program studi. Tren yang ada saat ini adalah meningkatkan standar perguruan tinggi dengan meningkatkan kualitas pelatihan dan penelitian sejalan dengan tuntutan dunia industri di era digital.
“Untuk mendukung perkembangan sektor pendidikan tinggi di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka untuk lebih beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi,” jelas Nizam.
Nizam menjelaskan, Mendikbud telah memodernisasi pendidikan tinggi melalui program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang berfokus pada 3 hal. Yaitu, meningkatkan mobilitas siswa dan pilihan belajar, mendorong program studi progresif dan fleksibel, dan mempromosikan peningkatan kolaborasi antara industri dan lembaga pendidikan tinggi.
Lingkup kerja sama ini meliputi kolaborasi melalui pertukaran kunjungan, pengembangan kurikulum bersama, pengakuan transfer kredit, akses ke blended learning atau Massive Open Online Course, penelitian bersama dan kolaborasi internasional, pengembangan ilmu big data dan proyek bersama pada AI.
Kerja sama ini menitikberatkan pada peningkatan sumber daya manusia, dengan penekanan khusus pada kualitas dan daya saing sumber daya manusia pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2020-2024.
Sekretaris Ditjen Dikti Paristiyanti Nurwadani mengatakan, tindak lanjut dari kerja sama ini program pertama yang akan dirancang bersama adalah program micro credential dan pertukaran mahasiswa. Program ini dibuka bagi dosen dan mahasiswa yang mendapat Letter of Acceptance (LoA) dari University of Waterloo.
Wakil Presiden Asosiasi Internasional Universitas Waterloo Ian Rowlands menjelaskan, Universitas Waterloo telah menyatakan visi menghubungkan harapan dengan dampak untuk dunia yang lebih baik.
“Rencana strategis menekankan komitmen kami untuk mengembangkan pelajar berprestasi yang siap menghadapi dunia modern untuk memajukan penelitian demi kebaikan global, dan memelihara komunitas yang peduli,” pungkasnya.
Rowlands meyakini bahwa kerja sama antara Indonesia dan University of Waterloo bisa berjalan dengan baik dan dapat memenuhi komitmen yang ingin dibangun.
Sebelumnya, Ditjen Dikti melalui proyek READI juga telah berhasil berkolaborasi dengan University of Waterloo sejak tahun 2015. Kolaborasi utama menyangkut tentang Pendidikan Belajar-Bekerja Terpadu (co-operative education), pengembangan kurikulum, e-learning dan peningkatan industri dan universitas.
(mpw)