Hardiknas, PB PGRI: Pencapaian Pendidikan Indonesia Masih Jauh Panggang dari Api
loading...

Ketua Umum PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Prof Dr Unifah Rosyidi. Foto/Dok/SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Unifah Rosyidi Prof Dr Unifah Rosyidi menilai masih banyak masalah pendidikan yang belum terselesaikan. Oleh karena itu diperlukan introspeksi untuk melihat kembali dasar-dasar pendidikan yang sesuai dengan cita-cita Ki Hadjar Dewantara .
Unifah mengatakan, penetapan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional diambil dari tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara dan ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959.
Baca juga: Ditanya Jokowi soal Filosofi Ki Hajar Dewantara, Nadiem Jawab Merdeka Belajar
Ini, terangnya, merupakan pengakuan resmi negara terhadap perjuangan dan jasa besar Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan Nasional.
Menurutnya, jika melihat kondisi pendidikan Indonesia saat ini, dari sisi angka-angka statistik secara kuantitas memang menakjubkan. Terdapat capaian yang luar biasa dalam kesempatan akses pendidikan.
“Meski demikian, jika mengacu pada frasa tujuan bernegara dalam kontitusi, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka kenyataan pencapaian tujuan itu masih jauh panggang dari api,” katanya melalui siaran pers, Minggu (2/5).
Baca juga: Peringatan Hardiknas, Jokowi: Pendidikan Harus Memerdekakan Rakyat
Guru besar Universitas Negeri Jakarta ini melanjutkan, jika menggunakan indikator mutu pendidikan yang disepakati secara internasional, kualitas pendidikan Indonesia masih belum membanggakan.
Peringkat Indonesia dalam Human Development Index (HDI), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), serta Programme for International Student Assessment (PISA), berada pada posisi menengah bawah, dan rendah.
“Indikator itu menunjukkan bahwa masih terlalu banyak pekerjaan rumah di sektor Pendidikan yang harus diselesaikan,” ungkapnya.
Unifah mengatakan, penetapan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional diambil dari tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara dan ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959.
Baca juga: Ditanya Jokowi soal Filosofi Ki Hajar Dewantara, Nadiem Jawab Merdeka Belajar
Ini, terangnya, merupakan pengakuan resmi negara terhadap perjuangan dan jasa besar Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan Nasional.
Menurutnya, jika melihat kondisi pendidikan Indonesia saat ini, dari sisi angka-angka statistik secara kuantitas memang menakjubkan. Terdapat capaian yang luar biasa dalam kesempatan akses pendidikan.
“Meski demikian, jika mengacu pada frasa tujuan bernegara dalam kontitusi, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka kenyataan pencapaian tujuan itu masih jauh panggang dari api,” katanya melalui siaran pers, Minggu (2/5).
Baca juga: Peringatan Hardiknas, Jokowi: Pendidikan Harus Memerdekakan Rakyat
Guru besar Universitas Negeri Jakarta ini melanjutkan, jika menggunakan indikator mutu pendidikan yang disepakati secara internasional, kualitas pendidikan Indonesia masih belum membanggakan.
Peringkat Indonesia dalam Human Development Index (HDI), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), serta Programme for International Student Assessment (PISA), berada pada posisi menengah bawah, dan rendah.
“Indikator itu menunjukkan bahwa masih terlalu banyak pekerjaan rumah di sektor Pendidikan yang harus diselesaikan,” ungkapnya.
Lihat Juga :