Ini Kebijakan Universitas Brawijaya untuk Perkuliahan Semester Baru

Rabu, 05 Mei 2021 - 13:08 WIB
loading...
Ini Kebijakan Universitas...
Universitas Brawijaya (UB). Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Universitas Brawijaya (UB) memutuskan akan melakukan pembelajaran luring di semester depan. Namun kebijakan kuliah luring ini hanya berlaku bagi mahasiswa semester 1, 2, dan 3.

“Memperhatikan kondisi yang ada, sementara ini UB mengambil sikap dengan beberapa pertimbangan, seperti sejauh mana level pandemi dan kampus utama ini mempunyai mahasiswa yang besar. Kalau semua masuk kota Malang jadi penuh, kampus dan fakultas pun juga akan menjadi penuh,” ujar Rektor UB Prof.Dr. Ir. Nuhfil Hanani dikutip dari laman UB di ub.ac.id, Rabu (5/5/2021).



Oleh karena itu, agar tidak berjubel masuk ke UB, selain mahasiswa semester awal yang sedang melakukan penelitian dan skripsi bisa melakukan tatap muka.

“Dari mata kuliah yang ada juga dibatasi. Waktunya yang biasa dua jam dibatasi menjadi satu jam. Sistem kuliah menjadi kolaborasi atau project base Sehingga demikian kerumunan bisa dijaga dan mengedepankan protokol COVID,” lanjutnya.

Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Aulanni’am menjelaskan meskipun sudah ada kebijakan tatap muka namun hanya 25 % mahasiswa yang diijinkan untuk tatap muka dikelas.



“Rencananya untuk semester depan yang sudah pasti adalah untuk angkatan 2020. Karena menurut kami sejak mereka menjadi mahasiswa baru satu tahun lalu. Mereka belum pernah mengenal siapa dosennya dan bagaimana kampusnya,” katanya.

Profesor bidang Ilmu Biokimia tersebut menambahkan jika pembelajaran dilakukan luring harus memenuhi protokol kesehatan seperti menyediakan wastafel, menggunakan masker, duduk berjarak satu meter, dan menggunakan ruangan yang mempunyai sirkulasi udara bagus. Diatur Rencana Pembelajaran Semester (RPS) bagian apa saja yang akan didaringkan dan diluringkan.

Pakar Kebijakan Publik Prof.Dr.Bambang Supriyono, M.S. mengatakan ada tiga hal yang menjadi pertimbangan ketika kebijakan tatap muka akan dijalankan. Pertama dukungan infrastruktur, aspek socio cultural, dan kemampuan struktur kebijakan bisa diterjemahkan sampai tingkat operasional.



“Dalam dukungan infrastruktur dari sisi teknologi dan ruang kelas yang ada di UB semua sudah terpenuhi. Dari aspek socio cultural juga harus melihat bagaimana tingkat penerimaan masyarakat terhadap kebijakan luring yang dilakukan. Dan terakhir pimpinan harus mampu memberikan himbauan kepada mahasiswa bahwa protokol kesehatan harus dipatuhi tidak hanya di kampus saja tapi juga ketika berada di tempat kos,” ucap Dekan FIA tersebut.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2044 seconds (0.1#10.140)