KPAI Ungkap Banyak yang Tidak Setuju Sekolah Dibuka Juli
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rencana pembukaan sekolah pada Juli 2020 mendapatkan beragam reaksi. Sebagian besar menolak masuk ke sekolah selama pandemi ini belum mereda.
Melakukan aktivitas terbuka dan melibatkan banyak orang di tengah pandemi COVID-19 ini tentu sangat berisiko. Lingkungan sekolah selalu dipenuhi oleh siswa-siswi, guru, orang tua, dan yang mengantar jempur anak. (Baca juga: KPAI Minta Kemendibud dan Kemenag Hati-hati dalam Rencana Membuka Sekolah )
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan membuka sekolah. Untuk melihat suara orang tua, guru, dan anak, KPAI melakukan survei di media sosial.
“Ternyata setelah 6 jam diunggah, postingan tersebut mendapatkan komentar dari 87 orang. Mereka terdiri dari guru, orang tua, dan tenaga kesehatan,” ujar Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (23/5/2020).
Menurutnya, responden itu berasal dari Batam, Bengkulu, Solok, Padang, Bukit Tinggi, Medan, Tapanuli Utara. Di Jawa, ada yang berasal dari Kabupaten dan Kota Bogor, Kota dan Kabupaten Bandung, Magetan, dan Surabaya. Sisanya berasal dari Makassar dan Bolaang Mongondow Utara.
Ada sekitar 71% respon yang tidak setuju dibuka pada Juli 2020. Apalagi kasus positif COVID-19 masih tinggi. Semua itu demi keselamatan anak-anak dan para guru.
“Mereka yang tidak setuju meragukan penerapan protokol kesehatan ketat saat berada di sekolah dan dalam perjalanan pulang-pergi ke sekolah. Bahkan, ada dua responden menyatakan tidak akan mengizinkan anaknya berangkat ke sekolah pada Juli 2020, meski sekolah anaknya dibuka,” terang Retno.
Dia mengungkapkan ada 20% responden yang setuju sekolah dibuka. Alasannya, sudah jenuh belajar di rumah dan banyak yang tidak bisa menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring. Kesetujuannya itu dengan syarat protokol kesehatan dijalan dengan ketat dan sekolah berada di zona hijau.
Dari survei itu, ada 9% yang tidak memberikan jawaban. Namun, mereka mendorong pemerintah dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan kajian tentang layak atau tidaknya sekolah dibuka pada Juli 2020.
Survei di media sosial itu sebagai tahap awal. KPAI, kata Retno, akan melakukan survei secara masif kepada anak, orang tua, dan guru tentang rencana pembukaan sekolah di tengah pandemi COVID-19. Survei akan dilakukan pada akhir Mei hingga awal Juni 2020. (Baca juga: FSGI Minta Pemerintah Tidak Buru-Buru Mengaktifkan Belajar di Sekolah)
“Untuk mengetahui persepsi masing-masing pihak tentang kapan waktu yang tepat membuka sekolah dan faktor apa yang menjadi pertimbangan,” pungkasnya.
Melakukan aktivitas terbuka dan melibatkan banyak orang di tengah pandemi COVID-19 ini tentu sangat berisiko. Lingkungan sekolah selalu dipenuhi oleh siswa-siswi, guru, orang tua, dan yang mengantar jempur anak. (Baca juga: KPAI Minta Kemendibud dan Kemenag Hati-hati dalam Rencana Membuka Sekolah )
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan membuka sekolah. Untuk melihat suara orang tua, guru, dan anak, KPAI melakukan survei di media sosial.
“Ternyata setelah 6 jam diunggah, postingan tersebut mendapatkan komentar dari 87 orang. Mereka terdiri dari guru, orang tua, dan tenaga kesehatan,” ujar Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (23/5/2020).
Menurutnya, responden itu berasal dari Batam, Bengkulu, Solok, Padang, Bukit Tinggi, Medan, Tapanuli Utara. Di Jawa, ada yang berasal dari Kabupaten dan Kota Bogor, Kota dan Kabupaten Bandung, Magetan, dan Surabaya. Sisanya berasal dari Makassar dan Bolaang Mongondow Utara.
Ada sekitar 71% respon yang tidak setuju dibuka pada Juli 2020. Apalagi kasus positif COVID-19 masih tinggi. Semua itu demi keselamatan anak-anak dan para guru.
“Mereka yang tidak setuju meragukan penerapan protokol kesehatan ketat saat berada di sekolah dan dalam perjalanan pulang-pergi ke sekolah. Bahkan, ada dua responden menyatakan tidak akan mengizinkan anaknya berangkat ke sekolah pada Juli 2020, meski sekolah anaknya dibuka,” terang Retno.
Dia mengungkapkan ada 20% responden yang setuju sekolah dibuka. Alasannya, sudah jenuh belajar di rumah dan banyak yang tidak bisa menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring. Kesetujuannya itu dengan syarat protokol kesehatan dijalan dengan ketat dan sekolah berada di zona hijau.
Dari survei itu, ada 9% yang tidak memberikan jawaban. Namun, mereka mendorong pemerintah dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan kajian tentang layak atau tidaknya sekolah dibuka pada Juli 2020.
Survei di media sosial itu sebagai tahap awal. KPAI, kata Retno, akan melakukan survei secara masif kepada anak, orang tua, dan guru tentang rencana pembukaan sekolah di tengah pandemi COVID-19. Survei akan dilakukan pada akhir Mei hingga awal Juni 2020. (Baca juga: FSGI Minta Pemerintah Tidak Buru-Buru Mengaktifkan Belajar di Sekolah)
“Untuk mengetahui persepsi masing-masing pihak tentang kapan waktu yang tepat membuka sekolah dan faktor apa yang menjadi pertimbangan,” pungkasnya.
(kri)