Mahasiswa ITS Rancang Aplikasi untuk Optimalkan Belajar dari Rumah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menimbang urgensi ketersediaan platform yang memfasilitasi pendampingan proses pembelajaran siswa SD, mahasiswa statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan inovasi berbasis aplikasi, SAPIENS.
Ide karya yang diberi nama SAPIENS: Self Learning Application for Elementary Student Based on Artificial Intelligence Approach to Improve Indonesia’s Education ini besutan adalah Akhmad Miftakhul Ilmi, Andrea Ernest, Aulia Kharis Rakhmasari, Dede Yusuf P Kuntaritas, dan Zulfani Alfasanah.
Kelimanya merancang suatu aplikasi untuk membantu setiap siswa SD melakukan pembelajaran mandiri berdasarkan learning path yang sesuai. Selanjutnya, mereka akan diberikan pendampingan yang tepat oleh relawan dan orang tua atau wali.
“Setiap siswa SD nantinya akan mendapatkan metode belajar yang disesuaikan dengan karakternya masing-masing,” ungkap Ketua Tim Akhmad Miftakhul Ilmi melalui siaran pers, Kamis (8/7).
Pemuda yang kerap disapa Miftah ini menjelaskan, setiap perbedaan pada karakteristik siswa akan melahirkan metode sekaligus kecepatan pembelajaran yang beragam pula. Untuk dapat melakukan penyesuaian dengan lebih tepat, akan dilakukan tes tahap awal. “Siswa akan dikelompokkan dalam suatu kategori tertentu, yang sesuai dengan treatment belajar yang paling cocok,” paparnya.
Usai proses log in, aplikasi akan menyajikan roadmap sebagai pemandu aktivitas yang akan dilakukan siswa di dalam aplikasi. Roadmap tersebut berisi Assessment yaitu tes awal yang harus diselesaikan siswa untuk mengetahui kemampuan dalam belajar dan memahami materi.
Dilanjutkan Learning Path, halaman yang menampilkan statistik hasil assessment. Diungkapkan lebih dalam oleh Miftah, terdapat fitur Schedule yang dapat dimanfaatkan oleh guru atau wali kelas untuk memasukkan daftar pelajaran siswa selama satu minggu hingga jadwal ujian.
Memanfaatkan fitur ini, aplikasi dapat menentukan waktu, materi pembelajaran mandiri, dan intensitas belajar siswa yang sesuai. Selain itu, terdapat fitur Inspiration yang berisi artikel-artikel inspiratif yang dapat diakses.
Miftah menambahkan, terdapat fitur Let’s Study berupa halaman belajar siswa yang berisi materi dan latihan soal rekomendasi dari aplikasi. Halaman ini sekaligus menjadi fitur utama aplikasi SAPIENS sebagai tahap implementasi dari fitur learning path yang tersedia.
Setelah terintegrasi dengan hasil learning path, fitur ini akan membantu siswa menentukan bahan belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka. “Siswa akan diberikan jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan target belajarnya masing-masing,” terangnya.
Mahasiswa angkatan tahun 2019 ini menjelaskan, ide dan konsep awal dilakukan dengan observasi pada kondisi pendidikan saat ini, khususnya pada masa pandemi. Inovasi ini ditujukan sebagai bantuan pembelajaran siswa SD. “Tingkat SD bagi kami merupakan salah satu fase pendidikan yang paling penting,” tegasnya.
Rancangan aplikasi ini berhasil diapresiasi dan mengantongi medali perak pada ajang World Science Environment and Engineering Competition (WSEEC), beberapa waktu lalu. Mahasiswa yang berdomisili di Malang ini menyampaikan, penghargaan tersebut dimaknai sebagai rekognisi yang nantinya dapat diwujudkan sehingga harapan tim terhadap upaya perbaikan kondisi pendidikan di Indonesia.
Miftah mengungkapkan, optimalisasi proses pembelajaran bagi siswa SD di kala pandemi merupakan tujuan utama perancangan ide karya ini. Baginya, apapun ide yang dikembangkan harus memiliki tujuan memberi manfaat dan memajukan kondisi Indonesia.
“Tuangkan ide yang dimiliki dan selalu berusaha untuk keluar dari zona nyaman dengan mencoba berbagai hal baru,” pungkasnya mengingatkan.
Ide karya yang diberi nama SAPIENS: Self Learning Application for Elementary Student Based on Artificial Intelligence Approach to Improve Indonesia’s Education ini besutan adalah Akhmad Miftakhul Ilmi, Andrea Ernest, Aulia Kharis Rakhmasari, Dede Yusuf P Kuntaritas, dan Zulfani Alfasanah.
Kelimanya merancang suatu aplikasi untuk membantu setiap siswa SD melakukan pembelajaran mandiri berdasarkan learning path yang sesuai. Selanjutnya, mereka akan diberikan pendampingan yang tepat oleh relawan dan orang tua atau wali.
“Setiap siswa SD nantinya akan mendapatkan metode belajar yang disesuaikan dengan karakternya masing-masing,” ungkap Ketua Tim Akhmad Miftakhul Ilmi melalui siaran pers, Kamis (8/7).
Pemuda yang kerap disapa Miftah ini menjelaskan, setiap perbedaan pada karakteristik siswa akan melahirkan metode sekaligus kecepatan pembelajaran yang beragam pula. Untuk dapat melakukan penyesuaian dengan lebih tepat, akan dilakukan tes tahap awal. “Siswa akan dikelompokkan dalam suatu kategori tertentu, yang sesuai dengan treatment belajar yang paling cocok,” paparnya.
Usai proses log in, aplikasi akan menyajikan roadmap sebagai pemandu aktivitas yang akan dilakukan siswa di dalam aplikasi. Roadmap tersebut berisi Assessment yaitu tes awal yang harus diselesaikan siswa untuk mengetahui kemampuan dalam belajar dan memahami materi.
Dilanjutkan Learning Path, halaman yang menampilkan statistik hasil assessment. Diungkapkan lebih dalam oleh Miftah, terdapat fitur Schedule yang dapat dimanfaatkan oleh guru atau wali kelas untuk memasukkan daftar pelajaran siswa selama satu minggu hingga jadwal ujian.
Memanfaatkan fitur ini, aplikasi dapat menentukan waktu, materi pembelajaran mandiri, dan intensitas belajar siswa yang sesuai. Selain itu, terdapat fitur Inspiration yang berisi artikel-artikel inspiratif yang dapat diakses.
Miftah menambahkan, terdapat fitur Let’s Study berupa halaman belajar siswa yang berisi materi dan latihan soal rekomendasi dari aplikasi. Halaman ini sekaligus menjadi fitur utama aplikasi SAPIENS sebagai tahap implementasi dari fitur learning path yang tersedia.
Setelah terintegrasi dengan hasil learning path, fitur ini akan membantu siswa menentukan bahan belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka. “Siswa akan diberikan jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan target belajarnya masing-masing,” terangnya.
Mahasiswa angkatan tahun 2019 ini menjelaskan, ide dan konsep awal dilakukan dengan observasi pada kondisi pendidikan saat ini, khususnya pada masa pandemi. Inovasi ini ditujukan sebagai bantuan pembelajaran siswa SD. “Tingkat SD bagi kami merupakan salah satu fase pendidikan yang paling penting,” tegasnya.
Rancangan aplikasi ini berhasil diapresiasi dan mengantongi medali perak pada ajang World Science Environment and Engineering Competition (WSEEC), beberapa waktu lalu. Mahasiswa yang berdomisili di Malang ini menyampaikan, penghargaan tersebut dimaknai sebagai rekognisi yang nantinya dapat diwujudkan sehingga harapan tim terhadap upaya perbaikan kondisi pendidikan di Indonesia.
Miftah mengungkapkan, optimalisasi proses pembelajaran bagi siswa SD di kala pandemi merupakan tujuan utama perancangan ide karya ini. Baginya, apapun ide yang dikembangkan harus memiliki tujuan memberi manfaat dan memajukan kondisi Indonesia.
“Tuangkan ide yang dimiliki dan selalu berusaha untuk keluar dari zona nyaman dengan mencoba berbagai hal baru,” pungkasnya mengingatkan.
(mpw)