Kebutuhan Oksigen Medis Meningkat, UGM Kembangkan Alat Bantu Produksi Oksigen

Jum'at, 09 Juli 2021 - 19:44 WIB
loading...
Kebutuhan Oksigen Medis...
Keterbatasan jumlah oksigen medis mulai dialami Indonesia seiring terjadinya ledakan kasus Covid-19 yang berlangsung pada bulan Juli 2021 ini. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Keterbatasan jumlah oksigen medis mulai dialami Indonesia seiring terjadinya ledakan kasus Covid-19 yang berlangsung pada bulan Juli 2021 ini. Ledakan kasus Covid-19 yang terjadi di tanah air sejak Juni 2021 lalu menyebabkan kebutuhan oksigen medis meningkat.

Di tengah keterbatasan yang terjadi, Dr. Jayan Sentanuhady dan Eka Firmansyah, Ph.D., dari Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM) menggagas pengembangan alat bantu produksi oksigen untuk skala bangsal rumah sakit.

Baca juga: Kuliah Bersama ITB dan Unpad Bakal Bidik 1.000 Mahasiswa

“Alat ini nanti diharapkan bisa membantu pasien di rumah-rumah sakit yang sedang membutuhkan oksigen, tetapi yang akan kami kembangkan bukan untuk skala kecil atau perseorangan tetapi untuk 5-6 orang sekaligus dalam satu bangsal,” ujarnya dilansir dari laman resmi UGM di ugm.ac.id, Jumat (9/7/2021).

Jayan menjelaskan ada beberapa cara untuk membuat oksigen dan salah satu paling bagus selama ini adalah teknik cryogenic. Teknik cryogenic ini melalui proses panjang dengan pendinginan ekstrem. Dengan teknik cryogenic ini bisa dihasilkan kemurnian oksigen hingga 99 persen, cuma teknik ini sulit dan mahal.

Teknik lain yang yang lebih murah dan sederhana dari teknik cryogenic adalah dengan teknik PSA (Pressure Swing Adsorption). Tetapi teknik PSA ini hanya mampu menghasilkan kemurnian oksigen dengan hingga 96 persen itupun dengan flow rate yang rendah. “Inilah salah satu kelemahan sistem PSA, kemurnian oksigen sangat dipengaruhi oleh flow rate,” ungkap Jayan.

Baca juga: Tips Sukses Seleksi Beasiswa Mancanegara Ala Alumni Universitas Pertamina

Apakah oksigen hasil Teknik PSA yang dikembangkan UGM sama dengan oksigen medis atau industri? Jayan menjelaskan bahwa oksigen hasi dari PSA dan teknik lain akan sama saja, proses dan teknik pembuatan yang digunakan hanya memengaruhi kemurnian saja. Oksigen medis dan non-medis hanya dibedakan alat-alat yang digunakan dalam proses. Misalnya kalau kompresornya tidak oil free maka akan masuk klasifikasi oksigen industri hasil dari proses tersebut.

Bahkan, katanya, oksigen dengan teknik PSA saat ini sudah dijual di pasaran untuk perseorangan dengan harga relatif murah. Hanya saja, ujarnya, yang akan dikembangkan ini bukan untuk perseorangan tetapi yang kapasitasnya lebih besar lagi. Jayan menjelaskan teknik PSA lebih murah karena prosesnya lebih sederhana dan hanya butuh kompresi dan adsorpsi serta tekanannya yang dirubah-rubah atau dibolak balik.

Meski harga murah dan simpel, teknik ini mendapat tingkat kemurnian oksigen yang sudah cukup bagi kebutuhan pasien.“PSA kan hanya 95 tingkat kemurniannya, tapi 95 itu sudah cukup bagi pasien, kan kalau kita sakit, dokter tidak akan memberikan 95 % oksigen itu ke kita, tetapi pasti diencerkan dengan udara sampai persentase oksigen yang dibutuhkan pasien,” paparnya.

Ia mengakui untuk membuat alat bantu oksigen ini tidak semulus yang dibayangkan. Salah satu kendala yang dihadapi yaitu alat bantu ini untuk pernafasan manusia maka harus melalui medical grade. Semua harus melalui itu, baik dari mulai kompresor, tubing, tabung dan komponen-komponen lainnya. Misal kompresor type oli free harganya cukup mahal dan relatif susah untuk mendapatkannya bila dibandingkan dengan kompresor type pelumas.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Ini Jalur Masuk UGM...
Ini Jalur Masuk UGM untuk Calon Mahasiswa Tidak Mampu, Cek Jadwal Pendaftarannya
Profil Edy Meiyanto,...
Profil Edy Meiyanto, Guru Besar Farmasi UGM yang Dipecat karena Kasus Asusila
Siapa Mahasiswa Pertama...
Siapa Mahasiswa Pertama di UGM? Ini Profil Prof Hardjoso Prodjopangarso
7 Bidang Ilmu IPB, ITB,...
7 Bidang Ilmu IPB, ITB, UI, Unair, dan UGM Tembus Top 100 Dunia, Daftar di SNBT 2025?
Cerita Lintang, Lulusan...
Cerita Lintang, Lulusan Tercepat UGM dengan Predikat Cumlaude yang Aktif Berorganisasi
Kisah Orlando Ferrari,...
Kisah Orlando Ferrari, Wisudawan UGM yang Jago Matematika dan Peraih IPK 4.00
Alumni Relawan RSDC...
Alumni Relawan RSDC Wisma Atlet Hadiri Reuni dan Halalbihalal di Markas Marinir
Rampai Nusantara Bakal...
Rampai Nusantara Bakal Laporkan Penyebar Fitnah Ijazah Palsu Jokowi ke Polisi
Oksigen di Galaksi Terjauh...
Oksigen di Galaksi Terjauh Ungkap Rahasia Awal Mula Kehidupan di Bumi
Rekomendasi
154 Ribu Wajib Pajak...
154 Ribu Wajib Pajak Belum Lapor SPT Tahunan 2025, DJP Bakal Telusuri Sebabnya
Daftar Harga Gas di...
Daftar Harga Gas di Negara-negara Eropa, Dari yang Termahal hingga Paling Murah
Maxime dan Luna Maya...
Maxime dan Luna Maya Resmi Menikah, Ini Rincian Mas Kawinnya
3 Negara yang Bisa Membantu...
3 Negara yang Bisa Membantu Pakistan Jika Perang dengan India, Siapa Saja?
Brand Lokal White Diary...
Brand Lokal White Diary Tawarkan Perawatan Kulit Harian Tanpa Ribet
Bill Gates Bakal Uji...
Bill Gates Bakal Uji Coba Vaksin TBC di Indonesia
Berita Terkini
10 Universitas Swasta...
10 Universitas Swasta Terbaik 2025 di Tangerang Versi Edurank
Tanoto dan Gates Foundation...
Tanoto dan Gates Foundation Jalin Kerja Sama Kesehatan, Gizi, dan Pendidikan di Asia
Jadwal Terbaru SPMB...
Jadwal Terbaru SPMB Jatim 2025 SMA & SMK Jalur Domisili, Prestasi, Afirmasi, dan Mutasi
Kapan Dana KJMU 2025...
Kapan Dana KJMU 2025 Cair? Ini Jadwal Resmi dan Syarat Penerimanya
KJP Plus Tahap 1 2025...
KJP Plus Tahap 1 2025 Cair, Apa Saja Barang yang Bisa Dibelanjakan?
FK Unair Kukuhkan Tomoyoshi...
FK Unair Kukuhkan Tomoyoshi Nozaki dari Jepang sebagai Adjunct Professor
Infografis
Produksi Oksigen di...
Produksi Oksigen di Kendal Jawa Tengah Terkendala Listrik
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved