Ini Tips bagi Orang Tua untuk Bangun Motivasi Belajar Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kondisi pandemik banyak mempengaruhi kehidupan manusia, tidak terkecuali dengan pola pendidikan dan asuh/parenting anak. Anak pun ada yang mengalami kebosanan karena metode pendidikan yang berlangsung daring saat ini sehingga menurunkan motivasi belajar.
Psikolog dari Yayasan Heart of People Yohana Theresia mengatakan, metode daring menjadi tantangan tersendiri bagi yang terlibat di pendidikan dan parenting. Banyak kasus yang ditemui di lapangan, katanya, menunjukan adanya indikasi penurunan motivasi dalam belajar anak .
Hal itu, ujarnya, tidak lepas dari banyak faktor diantaranya keterbatasan penguasaan gawai di sisi pengajar, materi pembelajaran yang kurang variatif dan menarik hingga kurangnya kontrol penggunaan gawai di anak hingga intervensi yang salah dari orang tua.
“Sehingga jika motivasi belajar turun sangat berpengaruh ke banyak aspek lainnya, yakni level pemahaman, kreativitas, produktivitas dan tentunya hasil pencapaian pembelajaran itu sendiri,” katanya pada webinar Faber-Castell, bertema Menstimulasi Motivasi Belajar Anak di Era New Normal melalui siaran pers, Senin (12/7).
Oleh karena itu, ujarnya, untuk membantu kembali meningkatkan motivasi belajar anak, orang tua setidaknya dapat menerapkan beberapa tips dalam membangun motivasi. Menurutnya, motivasi itu dapat dibagi berdasarkan 2 sumber, yakni intrinsik (internal) dan ekstrinsik (eksternal).
Tips membangun motivasi tersebut yakni:
1. Orang tua harus ikut terlibat
2. Orang tua juga diminta untuk sering mendengar
3. Orang tua dapat membantu anak untuk memutuskan dan memahami dengan segala bentuk konsekuensi yang ada
4. Orang tua juga harus belajar memahami kondisi si anak. Hal ini kadang yang jarang ada, karena orang tua kurang paham/sensitif dengan apa yang terjadi, terutama saat anak bosan belajar.
5. Orang tua dapat memberikan penghargaan/reward bagi anak jika anak mencapai sesuatu yang telah disepakati sebelumnya, misalkan prestasi baik maupun hal-hal lainnya.
6. Terkait reward harus juga disesuaikan dengan kebutuhan dan bermanfaat, salah satunya yang cocok yakni berupa kebutuhan dan alat belajar bagi si anak itu sendiri.
“Dan pada akhirnya, semua elemen sangat berperan untuk mensukseskan pola belajar dan parenting di era saat ini, orang tua, sekolah, pemerintah dan juga siswa,” pungkasnya.
Product Manager PT Faber-Castell International Indonesia Lilyana Ang menambahkan, bentuk penghargaan berupa pemenuhan kebutuhan dan alat belajar bisa menjadi pilihan tersendiri bagi orang tua dalam memotivasi anak agar kembali bersemangat belajar meski di rumah saja.
“Salah satu kebutuhan sekolah yang dapat diberikan kepada anak, diantaranya produk tas belajar/sekolah. Tas akan sangat membantu anak untuk bisa merasakan kembali suasana belajar yang ada di sekolah,” katanya.
Tas belajar/ sekolah juga harus disesuaikan dengan isu perkembangan anak. Dari fase Separation Anxiety yang kerap muncul di usia PAUD dan TK, lalu fase kemandirian dan produktivitas di usia SD, hingga pencarian identitas pada usia remaja dan dewasa.
"Tas Faber-Castell telah dibuat berdasarkan hasil riset yang melatari fase-fase dalam perkembangan seorang anak, serta dengan memasukan saran dari ahli kesehatan tulang, guna memastikan kesehatan penggunanya,” tambahnya.
Selain itu, Tas Faber-Castell juga sangat ramah lingkungan karena bebas PVC yang dapat menyebabkan karsinogenik (pemicu kanker). Lily menuturkan, tas tersebut sudah dapat dibeli di marketplace dan toko terdekat.
Psikolog dari Yayasan Heart of People Yohana Theresia mengatakan, metode daring menjadi tantangan tersendiri bagi yang terlibat di pendidikan dan parenting. Banyak kasus yang ditemui di lapangan, katanya, menunjukan adanya indikasi penurunan motivasi dalam belajar anak .
Hal itu, ujarnya, tidak lepas dari banyak faktor diantaranya keterbatasan penguasaan gawai di sisi pengajar, materi pembelajaran yang kurang variatif dan menarik hingga kurangnya kontrol penggunaan gawai di anak hingga intervensi yang salah dari orang tua.
“Sehingga jika motivasi belajar turun sangat berpengaruh ke banyak aspek lainnya, yakni level pemahaman, kreativitas, produktivitas dan tentunya hasil pencapaian pembelajaran itu sendiri,” katanya pada webinar Faber-Castell, bertema Menstimulasi Motivasi Belajar Anak di Era New Normal melalui siaran pers, Senin (12/7).
Oleh karena itu, ujarnya, untuk membantu kembali meningkatkan motivasi belajar anak, orang tua setidaknya dapat menerapkan beberapa tips dalam membangun motivasi. Menurutnya, motivasi itu dapat dibagi berdasarkan 2 sumber, yakni intrinsik (internal) dan ekstrinsik (eksternal).
Tips membangun motivasi tersebut yakni:
1. Orang tua harus ikut terlibat
2. Orang tua juga diminta untuk sering mendengar
3. Orang tua dapat membantu anak untuk memutuskan dan memahami dengan segala bentuk konsekuensi yang ada
4. Orang tua juga harus belajar memahami kondisi si anak. Hal ini kadang yang jarang ada, karena orang tua kurang paham/sensitif dengan apa yang terjadi, terutama saat anak bosan belajar.
5. Orang tua dapat memberikan penghargaan/reward bagi anak jika anak mencapai sesuatu yang telah disepakati sebelumnya, misalkan prestasi baik maupun hal-hal lainnya.
6. Terkait reward harus juga disesuaikan dengan kebutuhan dan bermanfaat, salah satunya yang cocok yakni berupa kebutuhan dan alat belajar bagi si anak itu sendiri.
“Dan pada akhirnya, semua elemen sangat berperan untuk mensukseskan pola belajar dan parenting di era saat ini, orang tua, sekolah, pemerintah dan juga siswa,” pungkasnya.
Product Manager PT Faber-Castell International Indonesia Lilyana Ang menambahkan, bentuk penghargaan berupa pemenuhan kebutuhan dan alat belajar bisa menjadi pilihan tersendiri bagi orang tua dalam memotivasi anak agar kembali bersemangat belajar meski di rumah saja.
“Salah satu kebutuhan sekolah yang dapat diberikan kepada anak, diantaranya produk tas belajar/sekolah. Tas akan sangat membantu anak untuk bisa merasakan kembali suasana belajar yang ada di sekolah,” katanya.
Tas belajar/ sekolah juga harus disesuaikan dengan isu perkembangan anak. Dari fase Separation Anxiety yang kerap muncul di usia PAUD dan TK, lalu fase kemandirian dan produktivitas di usia SD, hingga pencarian identitas pada usia remaja dan dewasa.
"Tas Faber-Castell telah dibuat berdasarkan hasil riset yang melatari fase-fase dalam perkembangan seorang anak, serta dengan memasukan saran dari ahli kesehatan tulang, guna memastikan kesehatan penggunanya,” tambahnya.
Selain itu, Tas Faber-Castell juga sangat ramah lingkungan karena bebas PVC yang dapat menyebabkan karsinogenik (pemicu kanker). Lily menuturkan, tas tersebut sudah dapat dibeli di marketplace dan toko terdekat.
(mpw)