Mahasiswa UNS Kembangkan Media Pengolah Sampah Organik dan Anorganik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lima mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil menciptakan sebuah inovasi berupa media pengolah sampah organik dan anorganik berbasis sepeda.
Mereka adalah Iksan Riva Nanda, Dji Hanafit, Arifin Subkhan, Abdul Azis yang berasal dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin (PTM), dan Alvin Kurniawan, mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK).
Mereka dibimbing oleh Dr. Eng. Indah Widiastuti, S.T., M. Eng. yang merupakan Dosen Prodi PTM. Mereka menuangkan inovasinya lewat Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM PM).
Adapun, latar belakang inovasi alat pengolah sampah berbasis sepeda ini, berawal dari kegelisahan mereka terhadap permasalahan di sekitar. Mereka menemukan fakta bahwa beberapa masyarakat masih kurang peduli terhadap lingkungan.
Bentuk kurang peduli terhadap lingkungan yang sering dijumpai salah satunya adalah kebiasaan membuang sampah sembarangan. Maka, mereka berinisiatif untuk menciptakan program edukasi pengolahan sampah sejak dini pada anak-anak untuk mengajarkan nilai-nilai peduli terhadap lingkungan.
Pelaksanaan program edukasi pengolahan sampah memanfaatkan media pengolah sampah berbasis sepeda untuk menarik minat anak-anak dalam mengolah sampah.
“Pemilihan sepeda sebagai media program edukasi bertujuan untuk lebih menarik minat anak-anak dalam mengolah sampah. Selain itu, penggunaan media sepeda sebagai pengolah sampah adalah untuk mengajarkan kebiasaan olahraga untuk menjaga kesehatan, terutama pada kondisi pandemi saat ini,” jelas Dji Hanafit dilansir dari laman resmi UNS di uns.ac.id, Sabtu (21/8/2021).
Program edukasi pengolahan sampah ini melibatkan kerja sama dengan mitra Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS) yang merupakan lembaga pendidikan nonformal yang terletak di Juwiring, Klaten. SABS dipilih sebagai mitra pelaksanaan program edukasi pengolahan sampah dikarenakan di sekolah tersebut, telah menerapkan pembelajaran berbasis alam pada siswanya. Menurut Dji dan teman-temannya, hal tersebut selaras dengan tujuan dari adanya program edukasi yang dirancang oleh tim mereka.
Selain itu, jalinan kerja sama pelaksanaan program edukasi ini juga membantu mitra dalam mengolah sampah organik dan anorganik dari lingkungan sekitar. Pelaksanaan program edukasi ini juga melibatkan masyarakat sekitar SABS, masyarakat turut berperan dalam membantu memilahkan sampah organik dan anorganik yang akan diolah.
Pelaksanaan program edukasi pengolahan sampah di SABS dimulai dari proses edukasi pemilahan sampah yakni anak-anak dan masyarakat diberikan edukasi terkait kategori jenis-jenis sampah. Dalam pelaksanaan kegiatan pemilahan sampah tersebut, juga turut melibatkan fasilitator dari tenaga pendidik SABS untuk melakukan pendampingan.
Setelah sampah dipilah, kegiatan selanjutnya adalah proses pengolahan sampah dengan sepeda, prinsipnya yaitu sampah yang sudah dipilah dimasukkan ke dalam kotak pencacah. Kemudian, sepeda dikayuh hingga pisau berputar menghaluskan sampah. Sesudah pelaksanaan pencacah, anak-anak juga diberikan edukasi terkait pengolahan lanjutan dari hasil cacahan, salah satunya sampah organik untuk budidaya magot dan sampah anorganik untuk bahan pendukung pembuatan perabot rumah.
Pelaksanaan program edukasi dengan anak-anak dilaksanakan secara daring mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Kegiatan edukasi sudah dilaksanakan dengan melakukan kegiatan penyuluhan dan koordinasi bersama pihak SABS melalui Zoom Cloud Meeting pada awal Agustus lalu. Selain itu, media pengolah sampah juga sudah diserahkan kepada pihak mitra untuk digunakan sebagai media edukasi. Mereka berharap agar program edukasi ini dapat diterapkan di seluruh Indonesia.
“Harapannya, dari pelaksanaan program edukasi ini tidak hanya di lingkup SABS, akan tetapi program edukasi ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia,” harap Dji.
Mereka adalah Iksan Riva Nanda, Dji Hanafit, Arifin Subkhan, Abdul Azis yang berasal dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin (PTM), dan Alvin Kurniawan, mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK).
Mereka dibimbing oleh Dr. Eng. Indah Widiastuti, S.T., M. Eng. yang merupakan Dosen Prodi PTM. Mereka menuangkan inovasinya lewat Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM PM).
Adapun, latar belakang inovasi alat pengolah sampah berbasis sepeda ini, berawal dari kegelisahan mereka terhadap permasalahan di sekitar. Mereka menemukan fakta bahwa beberapa masyarakat masih kurang peduli terhadap lingkungan.
Bentuk kurang peduli terhadap lingkungan yang sering dijumpai salah satunya adalah kebiasaan membuang sampah sembarangan. Maka, mereka berinisiatif untuk menciptakan program edukasi pengolahan sampah sejak dini pada anak-anak untuk mengajarkan nilai-nilai peduli terhadap lingkungan.
Pelaksanaan program edukasi pengolahan sampah memanfaatkan media pengolah sampah berbasis sepeda untuk menarik minat anak-anak dalam mengolah sampah.
“Pemilihan sepeda sebagai media program edukasi bertujuan untuk lebih menarik minat anak-anak dalam mengolah sampah. Selain itu, penggunaan media sepeda sebagai pengolah sampah adalah untuk mengajarkan kebiasaan olahraga untuk menjaga kesehatan, terutama pada kondisi pandemi saat ini,” jelas Dji Hanafit dilansir dari laman resmi UNS di uns.ac.id, Sabtu (21/8/2021).
Program edukasi pengolahan sampah ini melibatkan kerja sama dengan mitra Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS) yang merupakan lembaga pendidikan nonformal yang terletak di Juwiring, Klaten. SABS dipilih sebagai mitra pelaksanaan program edukasi pengolahan sampah dikarenakan di sekolah tersebut, telah menerapkan pembelajaran berbasis alam pada siswanya. Menurut Dji dan teman-temannya, hal tersebut selaras dengan tujuan dari adanya program edukasi yang dirancang oleh tim mereka.
Selain itu, jalinan kerja sama pelaksanaan program edukasi ini juga membantu mitra dalam mengolah sampah organik dan anorganik dari lingkungan sekitar. Pelaksanaan program edukasi ini juga melibatkan masyarakat sekitar SABS, masyarakat turut berperan dalam membantu memilahkan sampah organik dan anorganik yang akan diolah.
Pelaksanaan program edukasi pengolahan sampah di SABS dimulai dari proses edukasi pemilahan sampah yakni anak-anak dan masyarakat diberikan edukasi terkait kategori jenis-jenis sampah. Dalam pelaksanaan kegiatan pemilahan sampah tersebut, juga turut melibatkan fasilitator dari tenaga pendidik SABS untuk melakukan pendampingan.
Setelah sampah dipilah, kegiatan selanjutnya adalah proses pengolahan sampah dengan sepeda, prinsipnya yaitu sampah yang sudah dipilah dimasukkan ke dalam kotak pencacah. Kemudian, sepeda dikayuh hingga pisau berputar menghaluskan sampah. Sesudah pelaksanaan pencacah, anak-anak juga diberikan edukasi terkait pengolahan lanjutan dari hasil cacahan, salah satunya sampah organik untuk budidaya magot dan sampah anorganik untuk bahan pendukung pembuatan perabot rumah.
Pelaksanaan program edukasi dengan anak-anak dilaksanakan secara daring mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Kegiatan edukasi sudah dilaksanakan dengan melakukan kegiatan penyuluhan dan koordinasi bersama pihak SABS melalui Zoom Cloud Meeting pada awal Agustus lalu. Selain itu, media pengolah sampah juga sudah diserahkan kepada pihak mitra untuk digunakan sebagai media edukasi. Mereka berharap agar program edukasi ini dapat diterapkan di seluruh Indonesia.
“Harapannya, dari pelaksanaan program edukasi ini tidak hanya di lingkup SABS, akan tetapi program edukasi ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia,” harap Dji.
(mpw)