Mahasiswa UNS Rancang Alat Penyiram Otomatis Berbasis IoT
loading...
A
A
A
JAKARTA - Empat mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil menciptakan alat penyiram otomatis dan humidity controller untuk screenhouse yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT). Atas temuan inovatif tersebut, mereka yang ikut dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kemendikbudristek 2021 pun berhasil mendapat pendanaan sebesar Rp9,8 juta.
Inovasi tersebut merupakan karya dari Stefanus Marcellindo, Dina Mifika Sari, dan Muhammad Hammam Al-Choirie asal Program Studi (Prodi) S-1 Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) UNS dan Savira Kharisma Putri asal Prodi S-1 Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP) UNS. Keempatnya berada di bawah pendampingan Feri Adriyanto, Ph.D selaku dosen pembimbing yang mengikuti PKM Kemendikbudristek 2021.
Alat penyiram otomatis dan humidity controller untuk screenhouse yang terintegrasi IoT diciptakan untuk mengatasi permasalahan perubahan cuaca yang dapat mengganggu budidaya sayur dan buah.
"Oleh sebab itu tak heran kini mulai beredar produk makanan seperti nugget, mi, keripik, dan kue berbahan baku sayur dan buah sebagai upaya diversifikasi pangan. Hal ini membuat permintaan masyarakat akan sayur dan buah juga harus dipenuhi," ujar Stefanus, dilansir uns.ac.id, Selasa (21/9/2021)
Akan tetapi, katanya, perubahan cuaca nampaknya menjadi masalah dalam budidaya sayur dan buah. Stefanus menjelaskan, inovasi kelompoknya tersebut dapat melakukan penyiraman dan pengaturan iklim mikro secara otomatis. Selain itu, alat yang diciptakan juga dapat menampilkan data yang akurat soal kriteria tumbuh tanaman dengan sistem IoT yang dapat terhubung ke gawai.
"Dengan demikian pekerjaan petani akan lebih efisien dan memperoleh hasil panen yang lebih baik," ujarnya.
Untuk membuat budidaya sayur dan buah menggunakan alat penyiram otomatis dan humidity controller untuk screenhouse yang terintegrasi IoT, membutuhkan beberapa syarat. Pertama, screenhouse terlebih dulu harus didesain dengan ukuran 1.000 m2. Dalam hal ini, screenhouse yang dibuat harus memiliki daya tampung 1.620 tanaman.
"Sistem pada alat ini mampu mendeteksi kriteria tumbuh tanaman dengan sensor-sensor yang dipasang di dalam screenhouse," terangnya.
Selanjutnya, data dari sensor tersebut diproses menggunakan machine learning untuk menentukan klasifikasi data yang diperoleh. Stefanus menerangkan, hasil klasifikasi tersebut digunakan untuk menentukan durasi penyiraman dan durasi pengembunan pada tanaman sehingga kebutuhan air dan iklim mikro pada tanaman dapat terjaga.
"Selain itu, alat ini mampu menampilkan data kriteria tumbuh dan kondisi tanaman secara real time melalui smartphone dengan sistem IoT sehingga memudahkan petani untuk melakukan monitoring terhadap tanaman."
Inovasi tersebut merupakan karya dari Stefanus Marcellindo, Dina Mifika Sari, dan Muhammad Hammam Al-Choirie asal Program Studi (Prodi) S-1 Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) UNS dan Savira Kharisma Putri asal Prodi S-1 Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP) UNS. Keempatnya berada di bawah pendampingan Feri Adriyanto, Ph.D selaku dosen pembimbing yang mengikuti PKM Kemendikbudristek 2021.
Alat penyiram otomatis dan humidity controller untuk screenhouse yang terintegrasi IoT diciptakan untuk mengatasi permasalahan perubahan cuaca yang dapat mengganggu budidaya sayur dan buah.
"Oleh sebab itu tak heran kini mulai beredar produk makanan seperti nugget, mi, keripik, dan kue berbahan baku sayur dan buah sebagai upaya diversifikasi pangan. Hal ini membuat permintaan masyarakat akan sayur dan buah juga harus dipenuhi," ujar Stefanus, dilansir uns.ac.id, Selasa (21/9/2021)
Akan tetapi, katanya, perubahan cuaca nampaknya menjadi masalah dalam budidaya sayur dan buah. Stefanus menjelaskan, inovasi kelompoknya tersebut dapat melakukan penyiraman dan pengaturan iklim mikro secara otomatis. Selain itu, alat yang diciptakan juga dapat menampilkan data yang akurat soal kriteria tumbuh tanaman dengan sistem IoT yang dapat terhubung ke gawai.
"Dengan demikian pekerjaan petani akan lebih efisien dan memperoleh hasil panen yang lebih baik," ujarnya.
Untuk membuat budidaya sayur dan buah menggunakan alat penyiram otomatis dan humidity controller untuk screenhouse yang terintegrasi IoT, membutuhkan beberapa syarat. Pertama, screenhouse terlebih dulu harus didesain dengan ukuran 1.000 m2. Dalam hal ini, screenhouse yang dibuat harus memiliki daya tampung 1.620 tanaman.
"Sistem pada alat ini mampu mendeteksi kriteria tumbuh tanaman dengan sensor-sensor yang dipasang di dalam screenhouse," terangnya.
Selanjutnya, data dari sensor tersebut diproses menggunakan machine learning untuk menentukan klasifikasi data yang diperoleh. Stefanus menerangkan, hasil klasifikasi tersebut digunakan untuk menentukan durasi penyiraman dan durasi pengembunan pada tanaman sehingga kebutuhan air dan iklim mikro pada tanaman dapat terjaga.
"Selain itu, alat ini mampu menampilkan data kriteria tumbuh dan kondisi tanaman secara real time melalui smartphone dengan sistem IoT sehingga memudahkan petani untuk melakukan monitoring terhadap tanaman."
(zik)