EdHeroes Asia Indonesia Chapter: Cara Pandang Guru di Era Digital Perlu Diubah

Selasa, 19 Oktober 2021 - 19:39 WIB
loading...
EdHeroes Asia Indonesia...
EdHeroes Asia Indonesia Chapter. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Cara pandang dan pola pikir guru dinilai perlu diubah seiring dengan perkembangan digital yang semakin cepat. Terlebih di era digital seperti saat ini di mana peran guru sebagai pendidik tidak bisa digantikan dengan teknologi .

Indonesia menjadi tuan rumah acara ini dan berhasil dihadiri oleh 90 narasumber dari 14 negara dan 5 pejabat Kementerian RI. Dalam kegiatan ini terbagi dalam 5 track dan 22 sesi di mana setiap track memiliki tema, topik, dan narasumber yang berbeda-beda.



“Kita perlu mengubah pola pikir guru, mulai dari cara mengajar dan cara mendidik anak. Kita harus beralih dari cara mengajar di mana guru selalu berbicara setiap waktu menjadi guru yang memfasilitasi. Anda tidak perlu menjadi pintar, Anda hanya perlu memiliki motivasi karena motivasi adalah kunci untuk belajar tentang segala hal," ungkap Dr. Esther Wojcicki sebagai Co-Founder and Education Chief for WOJ Innovation & Technology serta Founder and CEO Global Moonshots in Education dalam sesi Opening General Session EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter melalui siaran pers, Selasa (19/10/2021).

Mengingat digitalisasi yang berkembang dengan cepat dan sudah sangat banyak memberikan kemudahan bagi manusia, pada track 2 narasumber yang hadir untuk membahas apakah mesin bisa menggantikan seorang pendidik adalah Budiman Sudjatmiko, M.Sc., M.Phil., Louis Goh, Allana Abdullah, dan Muhammad Nabil Satria.

Pada topik ini para narasumber sepakat bahwa pada kenyataannya, mesin tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendidik manusia. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat ini, masih membutuhkan pendidik manusia untuk mengajar siswa tentang begitu banyak aspek dalam hal pendidikan.



Meskipun mesin merupakan alat penting yang membantu siswa dan pendidik untuk mengakses pendidikan, tetapi tidak dapat disangkal bahwa mesin kurang memiliki kreativitas dan emosi yang memegang peran penting untuk memenuhi pendidikan yang layak.

“Saya percaya bahwa teknologi tidak dapat menggantikan seorang guru. Teknologi adalah alat untuk membantu seorang guru. Oleh karena itu, teknologi dapat membantu proses belajar tetapi tentu saja tidak dapat menggantikan peranan seorang guru,” jawab Muhammad Nabil Satria sebagai Co-founder LatihID.

Adapun Founder and CEO Global Moonshots in Education, Esther Wojcicki, menyatakan cara pandang guru di era digital ini pun perlu diubah.

"Kita perlu mengubah mindset guru dan cara kita mengajar anak-anak. Kita perlu bergerak mengikuti mereka demi mendampingi mereka. Anda tak perlu menjadi super pintar, tapi anda hanya perlu memotivasi mereka. Motivasi adalah kunci untuk belajar apapun," ungkapnya.

Ministrial Talk merupakan pembahasan pada track 4, salah satu topik yang diangkat adalah Strategi Pemerintah untuk Mencapai Tujuan Indonesia. Untuk mencapai generasi emas Indonesia tahun 2045, ada 4 pilar, yaitu pembangunan manusia dan IPTEK, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pembangunan merata, dan penguatan ketahanan dan tata kelola nasional.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terus membaik, yang ditopang oleh sektor investasi dan perdagangan, industri, pariwisata, dan jasa. Selain itu, Indonesia juga akan mengupayakan pemerataan fasilitas kerja sama dari berbagai sektor untuk mencapai tujuan bersama.

“Untuk mempersiapkan masa depan emas Indonesia menuju seratus tahun kemerdekaan Indonesia terdapat empat pilar, pertama adalah pengembangan teknologi manusia dan sains, kedua adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan ketiga sama-sama menyebarkan pembangunan dan keempat adalah penguatan nasional ketahanan dan pemerintahan.” jelas Heldy Satrya Putra sebagai Special Advisor for Investment Competitiveness Enhacement.

Dan track terakhir yang diisi oleh beberapa di antaranya adalah Kalis Mardiasih, Taufan Teguh Akbari, Matin Ling, Faruq Ibnul Haqi tidak kalah menarik karena membahas Education Reformes.

Para pembicara tersebut memaparkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sifat yang sangat penting bagi manusia terutama bagi generasi muda. Untuk tumbuh, beradaptasi, memiliki pemahaman yang lebih baik tentang semangat atau dorongan dan kemauan untuk tidak pernah berhanti belajar, salah satunya adalah dengan rasa ingin tahu.

Motivasi diri dan sistem pendukung (sebagai orang tua, sistem sekolah/pendidikan, guru, teman) juga memainkan peran besar dalam menciptakan dorongan “rasa ingin tahu” itu. Bersikaplah terbuka dan hargai budaya serta pengalaman yang berbeda. Tentukan di mana kita ingn maju dan percaya bahwa kita memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi sukses di masa depan.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.3144 seconds (0.1#10.140)