Direktur PSPP: Bung Karno Satukan Rakyat Indonesia dengan Pancasila
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila ( PSPP ) Syaiful Arif menilai sumbangan Bung Karno terhadap bangsa Indonesia yang paling berharga adalah melahirkan Pancasila pada 1 Juni 1945. Sebab, di dalam Pancasila ada 2 nilai yang paling penting, yakni kebangsaan dan ketuhanan.
“Jadi ini adalah 2 nilai utama pancasila yang diusulkan Bung Karno pada 1 Juni 1945,” kata Syaiful Arif menanggapi peryataan Ketua DPR Puan Maharani terkait 'Kebinekaan merupakan sumber kekuatan dalam persatuan bangsa Indonesia' di Jakarta, Rabu (21/10/2021).
Menurut Arif, kenapa kebangsaan sangat penting? Karena Indonesia adalah bangsa yang majemuk, berbeda-beda suku, agama, ras, bahasa dan budaya, makanya harus bersatu. Hanya dengan bersatu, bangsa Indonesia bisa mendirikan Negara yang kuat.
Sebaliknya, lanjut dia, tanpa persatuan maka Indonesia tidak akan bisa mendirikan Negara, tapi yang ada justru perpecahan. Misalnya, antara satu wilayah dengan wilayah lain ingin memisahkan diri. Termasuk kelompok Islam mendirikan Negara sendiri dan kelompok kebangsaan juga mendirikan negaranya sendiri.
“Jadi para pendiri bangsa saat itu sangat khawatir dengan kejadian seperti yang dialami negara India. Setelah merdeka dari penjajahan Inggris, kemudian justru mengalami perpecahan antara India dan Pakistan. Jadi kelompok Islam mendirikan negara Pakistan,” terangnya.
Tokoh-tokoh Bangsa tidak ingin Indonesia mengalami hal serupa, sehingga prinsip pertama dalam kehidupan berbangsa di Indonesia adalah kebangsaan. Kebangsaan itu artinya kehendak untuk bersatu di tengah berbagai kemajemukan, di tengah perbedaan, ras, suku, etnis, agama, ideologi, agar rakyat bisa mendirikan rumah bersama bernama republik Indonesia.
Jadi, kata Bung Karno, yang menyatukan rakyat itu bukan bahasa, bukan kulit, juga bukan agama, karena agama di Indonesia banyak sehingga tidak bisa mendirikan satu negara berdasarkan pada satu agama. Tetapi, yang mampu menyatukan rakyat adalah kehendak untuk bersatu.
“Persatuan itulah yang mampu mempersatukan kita, tanpa kehendak untuk bersatu, maka kita tidak akan pernah menjadi sebuah bangsa,” ungkapnya.
Kedua, ketuhanan. Kebangsaan yang dibangun berdasarkan nilai-nilai ketuhanan yang sudah menjadi kultur dalam masyarakat sebelum mendirikan negara.
Jadi, ketuhanan merupakan corak kultural dari masyarakat nusantara yang bersifat kultural, toleran, inklusif, berdialog dengan budaya, dan mengedepankan spiritualitas etika keagamaan dari pada penafsiran literal eklusif terhadap agama.
“Itulah yang dinamakan oleh Bung Karno sebagai ketuhanan yang berkebudayaan, berkeadaban. Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur dan saling menghormati dan toleran,” jelasnya.
Peryataan Syaiful Arif selaras dengan pandangan Ketua DPR Puan Maharani. Puan menyatakan, kebinekaan bangsa Indonesia harus menjadi sumber kekuatan untuk menciptakan persatuan, bukan malah menjadi sumber perpecahan. Persatuan tersebut harus diupayakan terus menerus sebagai energi bangsa untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
“Kita tidak boleh berpikir bahwa persatuan Indonesia akan terus terjadi tanpa kita semua usahakan, tanpa kita pernah saling mengingatkan. Karena itu, saya mengajak kita semua, agar jangan pernah bosan berbicara tentang kebinekaan dan persatuan,” kata Puan.
Menurutnya, jika berhenti bicara tentang kebinekaan yang merupakan sumber kekuatan dalam persatuan bangsa Indonesia, di saat itulah tunas perpecahan mulai tumbuh. Puan lantas memberi contoh sederhana tentang kebinekaan yang terjadi di kampus negeri yang menjadi tempat belajar putra-putri Indonesia dari banyak daerah.
Mahasiswa di universitas negeri berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Berbeda-beda program studi yang diambil, tetapi semua mahasiswa bagian dari keluarga besar Universitas. Hal tersebut merupakan bagian dari Bhinneka Tunggal Ika. Dan kebinekaan itu yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia.
Mantan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) ini mengatakan, para Pendiri Bangsa sejak awal sudah menekankan bahwa Indonesia bisa kuat, merdeka, sejahtera, jika semua elemen bangsanya yang berbeda-beda tetap bersatu (Bhinneka Tunggal Ika).
“Seperti kata Bung Karno, bahwa sejak awal kita ingin mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua. Kita mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia,” ujar Puan.
Puan mengajak seluruh elemen bangsa, termasuk mahasiswa, untuk terus bersatu dan memandang kebinekaan sebagai sumber energi besar bangsa. “Agar kita dapat dengan yakin melangkah maju, mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa,” ujarnya.
“Jadi ini adalah 2 nilai utama pancasila yang diusulkan Bung Karno pada 1 Juni 1945,” kata Syaiful Arif menanggapi peryataan Ketua DPR Puan Maharani terkait 'Kebinekaan merupakan sumber kekuatan dalam persatuan bangsa Indonesia' di Jakarta, Rabu (21/10/2021).
Menurut Arif, kenapa kebangsaan sangat penting? Karena Indonesia adalah bangsa yang majemuk, berbeda-beda suku, agama, ras, bahasa dan budaya, makanya harus bersatu. Hanya dengan bersatu, bangsa Indonesia bisa mendirikan Negara yang kuat.
Sebaliknya, lanjut dia, tanpa persatuan maka Indonesia tidak akan bisa mendirikan Negara, tapi yang ada justru perpecahan. Misalnya, antara satu wilayah dengan wilayah lain ingin memisahkan diri. Termasuk kelompok Islam mendirikan Negara sendiri dan kelompok kebangsaan juga mendirikan negaranya sendiri.
“Jadi para pendiri bangsa saat itu sangat khawatir dengan kejadian seperti yang dialami negara India. Setelah merdeka dari penjajahan Inggris, kemudian justru mengalami perpecahan antara India dan Pakistan. Jadi kelompok Islam mendirikan negara Pakistan,” terangnya.
Tokoh-tokoh Bangsa tidak ingin Indonesia mengalami hal serupa, sehingga prinsip pertama dalam kehidupan berbangsa di Indonesia adalah kebangsaan. Kebangsaan itu artinya kehendak untuk bersatu di tengah berbagai kemajemukan, di tengah perbedaan, ras, suku, etnis, agama, ideologi, agar rakyat bisa mendirikan rumah bersama bernama republik Indonesia.
Jadi, kata Bung Karno, yang menyatukan rakyat itu bukan bahasa, bukan kulit, juga bukan agama, karena agama di Indonesia banyak sehingga tidak bisa mendirikan satu negara berdasarkan pada satu agama. Tetapi, yang mampu menyatukan rakyat adalah kehendak untuk bersatu.
“Persatuan itulah yang mampu mempersatukan kita, tanpa kehendak untuk bersatu, maka kita tidak akan pernah menjadi sebuah bangsa,” ungkapnya.
Kedua, ketuhanan. Kebangsaan yang dibangun berdasarkan nilai-nilai ketuhanan yang sudah menjadi kultur dalam masyarakat sebelum mendirikan negara.
Jadi, ketuhanan merupakan corak kultural dari masyarakat nusantara yang bersifat kultural, toleran, inklusif, berdialog dengan budaya, dan mengedepankan spiritualitas etika keagamaan dari pada penafsiran literal eklusif terhadap agama.
“Itulah yang dinamakan oleh Bung Karno sebagai ketuhanan yang berkebudayaan, berkeadaban. Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur dan saling menghormati dan toleran,” jelasnya.
Peryataan Syaiful Arif selaras dengan pandangan Ketua DPR Puan Maharani. Puan menyatakan, kebinekaan bangsa Indonesia harus menjadi sumber kekuatan untuk menciptakan persatuan, bukan malah menjadi sumber perpecahan. Persatuan tersebut harus diupayakan terus menerus sebagai energi bangsa untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
“Kita tidak boleh berpikir bahwa persatuan Indonesia akan terus terjadi tanpa kita semua usahakan, tanpa kita pernah saling mengingatkan. Karena itu, saya mengajak kita semua, agar jangan pernah bosan berbicara tentang kebinekaan dan persatuan,” kata Puan.
Menurutnya, jika berhenti bicara tentang kebinekaan yang merupakan sumber kekuatan dalam persatuan bangsa Indonesia, di saat itulah tunas perpecahan mulai tumbuh. Puan lantas memberi contoh sederhana tentang kebinekaan yang terjadi di kampus negeri yang menjadi tempat belajar putra-putri Indonesia dari banyak daerah.
Mahasiswa di universitas negeri berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Berbeda-beda program studi yang diambil, tetapi semua mahasiswa bagian dari keluarga besar Universitas. Hal tersebut merupakan bagian dari Bhinneka Tunggal Ika. Dan kebinekaan itu yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia.
Mantan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) ini mengatakan, para Pendiri Bangsa sejak awal sudah menekankan bahwa Indonesia bisa kuat, merdeka, sejahtera, jika semua elemen bangsanya yang berbeda-beda tetap bersatu (Bhinneka Tunggal Ika).
“Seperti kata Bung Karno, bahwa sejak awal kita ingin mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua. Kita mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia,” ujar Puan.
Puan mengajak seluruh elemen bangsa, termasuk mahasiswa, untuk terus bersatu dan memandang kebinekaan sebagai sumber energi besar bangsa. “Agar kita dapat dengan yakin melangkah maju, mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa,” ujarnya.
(mpw)