Dosen UNS Buat Helmet CPAP Berbasis IoT untuk Pasien Covid-19, Ini Penampakannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dosen Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang juga merupakan peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNS, Ubaidillah bersama tim membuat Helmet Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) berbasis Internet of Things (IoT) untuk pasien Covid-19.
Inovasi dari Helmet CPAP Berbasis IoT ini yaitu dapat memantau kadar oksigen pada antarmuka helmet CPAP dan saturasi oksigen yang terintegrasi dengan IoT.
Ubaidillah mengatakan, tingginya angka penderita Covid-19 di Indonesia sempat membuat keadaan menjadi kacau karena banyaknya pasien sesak napas hingga akhirnya berebut alat bantu pernapasan. Hal ini menggerakkan Ubaidillah dan tim untuk memberikan kontribusi nyata dengan menciptakan inovasi alat bantu pernapasan non invasif.
“Hal itu membuat kami memutar otak hingga timbullah inovasi alat bantu pernapasan non-invasif ini. Selain itu, kami juga melihat adanya peluang karena masih minimnya penggunaan alat bantu pernapasan non invasif berupa helmet CPAP, padahal helmet CPAP ini terbukti mampu mengurangi aerosolisasi virus secara signifikan, hal ini tentu akan berguna untuk pengurangan transmisi Covid-19,” katanya melansir laman resmi UNS di uns.ac.id, Jumat (22/10/2021).
Dibantu oleh Rizqi Husain Alfathan, Bioma Cakrawala, Muhammad Dzaky Musyaffa, Rani Dwilarasati dan Azzahra Fadhlila Aulia Nisa, Ubaidillah menambahkan fasilitas sensor oksigen dan sensor saturasi oksigen (SpO2) pada helmet CPAP.
Helmet CPAP ini berbasis IoT sehingga hasil dari pengukuran sensor langsung dapat dilihat melalui smartphone. Alat ini dapat digunakan berulang dengan penggantian tabung dan perekat leher. Ubaidillah dan tim berharap dengan terbentuknya alat ini nantinya dapat membantu para tenaga kesehatan dan lembaga penyedia alat kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid – 19.
Keunggulan dari desain 3D helmet CPAP antara lain didesain untuk memudahkan proses perakitan dan pembongkaran material yang digunakan kompatibel terhadap tubuh pasien.
Dapat digunakan berkali-kali dengan mensterilkan komponen helmet CPAP kecuali pada tabung dan perekat leher pasien yang harus diganti pada saat akan digunakan kembali. Inovasi dari Helmet CPAP Berbasis IoT ini yaitu dapat memantau kadar oksigen pada antarmuka helmet CPAP dan saturasi oksigen yang terintegrasi dengan IoT.
“Cara kerja dari Helmet CPAP Berbasis IoT yaitu Prototipe ini dilengkapi dengan komponen elektronik yang meliputi sensor oksigen Envitec OOM202, sensor oximeter max30102 modul bluetooth HC-05 serta arduino mega pro 2560 yang terintegrasi dengan sistem IoT,” katanya.
Kemudian untuk cara kerja sistem ini yaitu sensor oksigen akan mendeteksi kadar oksigen yang berada dalam helmet CPAP. Sedangkan sensor oximeter mendeteksi saturasi oksigen saat jari pasien didekatkan sinar infra merah pada sensor.
Data hasil pembacaan sensor akan diproses oleh arduino yang selanjutnya akan dikirim menuju smartphone menggunakan mode bluetooth dengan modul bluetooth HC-05. Data hasil yang telah dikirim ke smartphone akan dipantau pengguna.
Ubaidillah menambahkan untuk fitur aplikasi helmet CPAP yang pertama yaitu aplikasi ini dapat digunakan oleh siapapun. Lalu fitur aplikasi yang kedua yaitu sudah berbasis IOT yang artinya helmet CPAP dapat diakses menggunakan smartphone sehingga akan memudahkan kita dalam proses pengecekan. Dan fitur aplikasi yang terakhir yaitu pengguna dapat memantau kadar oksigen dari pasien secara real time.
Inovasi dari Helmet CPAP Berbasis IoT ini yaitu dapat memantau kadar oksigen pada antarmuka helmet CPAP dan saturasi oksigen yang terintegrasi dengan IoT.
Ubaidillah mengatakan, tingginya angka penderita Covid-19 di Indonesia sempat membuat keadaan menjadi kacau karena banyaknya pasien sesak napas hingga akhirnya berebut alat bantu pernapasan. Hal ini menggerakkan Ubaidillah dan tim untuk memberikan kontribusi nyata dengan menciptakan inovasi alat bantu pernapasan non invasif.
“Hal itu membuat kami memutar otak hingga timbullah inovasi alat bantu pernapasan non-invasif ini. Selain itu, kami juga melihat adanya peluang karena masih minimnya penggunaan alat bantu pernapasan non invasif berupa helmet CPAP, padahal helmet CPAP ini terbukti mampu mengurangi aerosolisasi virus secara signifikan, hal ini tentu akan berguna untuk pengurangan transmisi Covid-19,” katanya melansir laman resmi UNS di uns.ac.id, Jumat (22/10/2021).
Dibantu oleh Rizqi Husain Alfathan, Bioma Cakrawala, Muhammad Dzaky Musyaffa, Rani Dwilarasati dan Azzahra Fadhlila Aulia Nisa, Ubaidillah menambahkan fasilitas sensor oksigen dan sensor saturasi oksigen (SpO2) pada helmet CPAP.
Helmet CPAP ini berbasis IoT sehingga hasil dari pengukuran sensor langsung dapat dilihat melalui smartphone. Alat ini dapat digunakan berulang dengan penggantian tabung dan perekat leher. Ubaidillah dan tim berharap dengan terbentuknya alat ini nantinya dapat membantu para tenaga kesehatan dan lembaga penyedia alat kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid – 19.
Keunggulan dari desain 3D helmet CPAP antara lain didesain untuk memudahkan proses perakitan dan pembongkaran material yang digunakan kompatibel terhadap tubuh pasien.
Dapat digunakan berkali-kali dengan mensterilkan komponen helmet CPAP kecuali pada tabung dan perekat leher pasien yang harus diganti pada saat akan digunakan kembali. Inovasi dari Helmet CPAP Berbasis IoT ini yaitu dapat memantau kadar oksigen pada antarmuka helmet CPAP dan saturasi oksigen yang terintegrasi dengan IoT.
“Cara kerja dari Helmet CPAP Berbasis IoT yaitu Prototipe ini dilengkapi dengan komponen elektronik yang meliputi sensor oksigen Envitec OOM202, sensor oximeter max30102 modul bluetooth HC-05 serta arduino mega pro 2560 yang terintegrasi dengan sistem IoT,” katanya.
Kemudian untuk cara kerja sistem ini yaitu sensor oksigen akan mendeteksi kadar oksigen yang berada dalam helmet CPAP. Sedangkan sensor oximeter mendeteksi saturasi oksigen saat jari pasien didekatkan sinar infra merah pada sensor.
Data hasil pembacaan sensor akan diproses oleh arduino yang selanjutnya akan dikirim menuju smartphone menggunakan mode bluetooth dengan modul bluetooth HC-05. Data hasil yang telah dikirim ke smartphone akan dipantau pengguna.
Ubaidillah menambahkan untuk fitur aplikasi helmet CPAP yang pertama yaitu aplikasi ini dapat digunakan oleh siapapun. Lalu fitur aplikasi yang kedua yaitu sudah berbasis IOT yang artinya helmet CPAP dapat diakses menggunakan smartphone sehingga akan memudahkan kita dalam proses pengecekan. Dan fitur aplikasi yang terakhir yaitu pengguna dapat memantau kadar oksigen dari pasien secara real time.
(mpw)