674 Guru Ikuti Webinar Basic Counseling Skill Atasi Kecemasan Anak Jelang PTM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menyambut Hari Guru Nasional (HGN) yang jatuh pada 25 November 2021, Cetta Satkaara bekerja sama dengan Rumah Guru BK (RGBK) menyelenggarakan kegiatan webinar bagi guru tingkat SD, SMP dan SMA sederajat secara nasional. Rangkaian webinar ini diadakan pada 20 dan 21 November 2021 melalui aplikasi zoom meeting dan diikuti oleh 674 guru yang terpilih.
Webinar pertama diadakan pada Sabtu, (20/11) dengan tema 'Basic Counseling Skills (BCS): Mengatasi Kecemasan Murid Di Awal Pembelajaran Tatap Muka ( PTM )' yang diikuti oleh 286 guru terpilih. Narasumber yang dihadirkan adalah Kepala Bagian Psikologi Klinis Universitas Katholik Atma Jaya, Nanda Rossalia, M.Psi., Psikolog serta Founder RGBK dan Widyaiswara PPPPTK Penjas dan BK di Kemendikbudristek, Ana Susanti, M.Pd.CEP, CHt.
Tema Basic Counseling Skill ini dipilih berdasarkan poling nasional yang dilakukan per November 2021 kepada 106 guru ditingkat SD hingga SMA dari 20 provinsi, seputar permasalahan yang sering mereka temui dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sehari-hari, khususnya selama peralihan dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ke PTM.
Meredanya kasus Covid-19 membuat banyak sekolah kembali menjalankan PTM, setelah lebih dari setahun lamanya PJJ diberlakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Berdasar fakta di lapangan, PJJ ternyata menimbulkan berbagi permasalahan. Mulai dari kejenuhan hingga tekanan yang memicu stress pada murid.
Kondisi kecemasan akademik ini bila berlangsung terus menerus akan berdampak buruk pada psikologi murid bahkan mengakibatkan learning loss saat PTM dimulai. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian khusus dari tenaga pendidik.
Co-Founder dan Senior Advisor PT Cetta Satkaara, Ruth Andriani menuturkan, Program Webinar Satkaara Berbagi kepada guru diselenggarakan sebagai wujud nyata komitmen dan kepedulian Satkaara terhadap pendidikan di Indonesia.
“Satkaara Berbagi lahir berlandaskan core value dari Satkaara yaitu Care and Respect. Salah satu ranah yang disasar adalah pendidikan di Indonesia. Melalui rangkaian Program Webinar Satkaara Berbagi, kami berupaya memberi solusi kepada para guru terhadap permasalahan KBM terutama yang timbul jelang PTM dengan menghadirkan pakar yang kompeten di bidangnya,” ujar Ruth.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan, 70% murid yang menjalani PJJ mengalami emosi negatif. Banyaknya tugas yang diberikan tidak sebanding dengan waktu pengerjaannya adalah salah satu pemicu kecemasan pada murid. Hal tersebut dapat memberikan dampak negatif ketika mereka memulai transisi kembali ke sistem PTM.
Selain itu, emosi negatif ini juga mempengaruhi keseimbangan mental pelajar. Oleh karena itu, peran tenaga pendidik menjadi sangat krusial dalam mengatasi kecemasan siswa dan mendampingi para siswa untuk kembali beradaptasi dengan sistem PTM.
Bukan hanya murid, emosi negatif akibat PJJ juga dapat dialami oleh para guru. Selama PJJ, guru diharuskan memanfaatkan perangkat elektronik sebagai media pembelajaran. Dalam prakteknya tidak jarang mereka pun mengalami kesulitan dalam mengoperasikan perangkat elektronik tersebut. Belum lagi jaringan internet yang tidak stabil kerapkali menjadi kendala dalam penyampaian materi. Hal ini tentu saja mengakibatkan penurunan motivasi mengajar sekaligus masalah kecemasan pada guru.
Menurut Nanda, kesuksesan pembelajaran daring sangat tergantung dari kesiapan penyelanggara, baik sekolah, guru, orang tua dan terutama murid itu sendiri. Selama ini yang terjadi, di awal PTM guru dan sekolah cenderung fokus mengejar materi-materi yang tertinggal selama PJJ. Padahal yang jauh lebih penting adalah kondisi emosional dan psikologikal murid.
“Kecemasan akademik siswa perlu diatasi dengan peran sinergis dari banyak pihak, tidak hanya dari murid itu sendiri. Guru tentunya memiliki porsi yang signifikan dalam membantu murid mengatasi kecemasannya. Para guru harus sigap melihat gejala gejala emosi negatif dengan melakukan konseling secara efektif. Jadi lihat dan tes dahulu bagaimana kondisi murid-muridnya,” terangnya.
Melalui Webinar Basic Counseling Skill, Satkaara Berbagi membantu para guru untuk mendalami kecemasan akademik serta metode konseling yang tepat untuk mengatasinya. Dalam paparannya, Nanda menjelaskan guru sebagai pendamping harus berperan menjadi konselor. Artinya, mampu mendengarkan secara aktif yaitu memberikan kesempatan bagi murid untuk mengeluarkan pikiran dan perasaannya, lalu memberikan umpan balik.
Nanda juga menekankan para guru untuk tidak melakukan hal-hal yang membuat murid enggan terbuka soal kecemasannya. Mulai dari argumentasi, menggurui sampai menghakimi. Menurutnya konselor yang baik juga harus memiliki empati, ketulusan (Genuine) serta sikap menghargai nilai-nilai yang dimiliki murid apa adanya (Unconditional Positive Regard).
Penerapan metode tersebut saat konseling akan membuat murid merasa diperhatikan, didukung sehingga bisa lebih nyaman untuk menceritakan kecemasan yang dialaminya. Terjalinnya komunikasi yang saling mendukung ini, akan mempermudah guru dalam membantu murid mencari solusi dari masalah yang mereka hadapi selama masa transisis PTM.
Sebagai mitra pelaksana Rangkaian Program Webinar Satkaara Berbagi 2021, RGBK pun menyambut positif antusiasme dari para guru. Kepedulian Satkaara Berbagi terhadap permasalahan di masa peralihan PJJ ke PTM ini sangat bermanfaat bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan basic counseling skill yang berdampak pada bagaimana guru akan membangun hubungan positif dengan murid-muridnyanya.
“Melalui rangkaian webinar ini, para guru dapat memperoleh banyak manfaat tentang rentannya kondisi psikologis murid dan guru memasuki PTM dari para narasumer yang kompeten. Semoga kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala untuk menambah skill dan knowledge dari para guru,” ungkap Ana Susanti.
Webinar pertama diadakan pada Sabtu, (20/11) dengan tema 'Basic Counseling Skills (BCS): Mengatasi Kecemasan Murid Di Awal Pembelajaran Tatap Muka ( PTM )' yang diikuti oleh 286 guru terpilih. Narasumber yang dihadirkan adalah Kepala Bagian Psikologi Klinis Universitas Katholik Atma Jaya, Nanda Rossalia, M.Psi., Psikolog serta Founder RGBK dan Widyaiswara PPPPTK Penjas dan BK di Kemendikbudristek, Ana Susanti, M.Pd.CEP, CHt.
Tema Basic Counseling Skill ini dipilih berdasarkan poling nasional yang dilakukan per November 2021 kepada 106 guru ditingkat SD hingga SMA dari 20 provinsi, seputar permasalahan yang sering mereka temui dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sehari-hari, khususnya selama peralihan dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ke PTM.
Meredanya kasus Covid-19 membuat banyak sekolah kembali menjalankan PTM, setelah lebih dari setahun lamanya PJJ diberlakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Berdasar fakta di lapangan, PJJ ternyata menimbulkan berbagi permasalahan. Mulai dari kejenuhan hingga tekanan yang memicu stress pada murid.
Kondisi kecemasan akademik ini bila berlangsung terus menerus akan berdampak buruk pada psikologi murid bahkan mengakibatkan learning loss saat PTM dimulai. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian khusus dari tenaga pendidik.
Co-Founder dan Senior Advisor PT Cetta Satkaara, Ruth Andriani menuturkan, Program Webinar Satkaara Berbagi kepada guru diselenggarakan sebagai wujud nyata komitmen dan kepedulian Satkaara terhadap pendidikan di Indonesia.
“Satkaara Berbagi lahir berlandaskan core value dari Satkaara yaitu Care and Respect. Salah satu ranah yang disasar adalah pendidikan di Indonesia. Melalui rangkaian Program Webinar Satkaara Berbagi, kami berupaya memberi solusi kepada para guru terhadap permasalahan KBM terutama yang timbul jelang PTM dengan menghadirkan pakar yang kompeten di bidangnya,” ujar Ruth.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan, 70% murid yang menjalani PJJ mengalami emosi negatif. Banyaknya tugas yang diberikan tidak sebanding dengan waktu pengerjaannya adalah salah satu pemicu kecemasan pada murid. Hal tersebut dapat memberikan dampak negatif ketika mereka memulai transisi kembali ke sistem PTM.
Selain itu, emosi negatif ini juga mempengaruhi keseimbangan mental pelajar. Oleh karena itu, peran tenaga pendidik menjadi sangat krusial dalam mengatasi kecemasan siswa dan mendampingi para siswa untuk kembali beradaptasi dengan sistem PTM.
Bukan hanya murid, emosi negatif akibat PJJ juga dapat dialami oleh para guru. Selama PJJ, guru diharuskan memanfaatkan perangkat elektronik sebagai media pembelajaran. Dalam prakteknya tidak jarang mereka pun mengalami kesulitan dalam mengoperasikan perangkat elektronik tersebut. Belum lagi jaringan internet yang tidak stabil kerapkali menjadi kendala dalam penyampaian materi. Hal ini tentu saja mengakibatkan penurunan motivasi mengajar sekaligus masalah kecemasan pada guru.
Menurut Nanda, kesuksesan pembelajaran daring sangat tergantung dari kesiapan penyelanggara, baik sekolah, guru, orang tua dan terutama murid itu sendiri. Selama ini yang terjadi, di awal PTM guru dan sekolah cenderung fokus mengejar materi-materi yang tertinggal selama PJJ. Padahal yang jauh lebih penting adalah kondisi emosional dan psikologikal murid.
“Kecemasan akademik siswa perlu diatasi dengan peran sinergis dari banyak pihak, tidak hanya dari murid itu sendiri. Guru tentunya memiliki porsi yang signifikan dalam membantu murid mengatasi kecemasannya. Para guru harus sigap melihat gejala gejala emosi negatif dengan melakukan konseling secara efektif. Jadi lihat dan tes dahulu bagaimana kondisi murid-muridnya,” terangnya.
Melalui Webinar Basic Counseling Skill, Satkaara Berbagi membantu para guru untuk mendalami kecemasan akademik serta metode konseling yang tepat untuk mengatasinya. Dalam paparannya, Nanda menjelaskan guru sebagai pendamping harus berperan menjadi konselor. Artinya, mampu mendengarkan secara aktif yaitu memberikan kesempatan bagi murid untuk mengeluarkan pikiran dan perasaannya, lalu memberikan umpan balik.
Nanda juga menekankan para guru untuk tidak melakukan hal-hal yang membuat murid enggan terbuka soal kecemasannya. Mulai dari argumentasi, menggurui sampai menghakimi. Menurutnya konselor yang baik juga harus memiliki empati, ketulusan (Genuine) serta sikap menghargai nilai-nilai yang dimiliki murid apa adanya (Unconditional Positive Regard).
Penerapan metode tersebut saat konseling akan membuat murid merasa diperhatikan, didukung sehingga bisa lebih nyaman untuk menceritakan kecemasan yang dialaminya. Terjalinnya komunikasi yang saling mendukung ini, akan mempermudah guru dalam membantu murid mencari solusi dari masalah yang mereka hadapi selama masa transisis PTM.
Sebagai mitra pelaksana Rangkaian Program Webinar Satkaara Berbagi 2021, RGBK pun menyambut positif antusiasme dari para guru. Kepedulian Satkaara Berbagi terhadap permasalahan di masa peralihan PJJ ke PTM ini sangat bermanfaat bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan basic counseling skill yang berdampak pada bagaimana guru akan membangun hubungan positif dengan murid-muridnyanya.
“Melalui rangkaian webinar ini, para guru dapat memperoleh banyak manfaat tentang rentannya kondisi psikologis murid dan guru memasuki PTM dari para narasumer yang kompeten. Semoga kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala untuk menambah skill dan knowledge dari para guru,” ungkap Ana Susanti.
(mpw)