Riset Dosen Uhamka, Ini Cara Atasi Gangguan Depresi pada Remaja

Kamis, 23 Desember 2021 - 14:13 WIB
loading...
Riset Dosen Uhamka,...
Dosen FISIP Uhamka Novi Andayani Praptiningsih. Foto/Dok/Uhamka
A A A
JAKARTA - Sebagai makhluk sosial , manusia tidak lepas dari interaksi dan komunikasi. Dengan interaksi dan komunikasi, manusia dapat saling terhubung satu sama lain. Sejak awal, manusia telah berperan dalam sosialisasi di lingkup keluarga, selanjutnya di lingkungan sebaya. Di lingkungan sebaya, seseorang akan mengenal komunikasi interpersonal dan intrapersonal. Namun, tak jarang, komunikasi yang terjalin dalam kelompok bermain justru memicu terjadinya stres pada anak.

Dosen Uhamka Novi Andayani Praptiningsih dalam penelitiannya menyebutkan, berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan pada 2019, gangguan depresi sudah muncul sejak usia remaja (15-24 Tahun) dengan persentase 6,2 persen. Menurut dia, remaja sedang giatnya menjaring komunikasi dengan sebayanya. Namun, kata dia, usia remaja merupakan awal seorang anak bisa merasakan depresi.



Novi menyebutkan, faktor pendorongnya, yaitu perundungan (bullying), konflik dalam internal (keluarga), rasa kecewa yang tertahan, lingkungan yang terdapat budaya perundungan, dan sebagainya.

”Seharusnya pada usia remaja, anak belajar untuk menjalin komunikasi pada teman sebayanya dan membangun relasi dengan lingkungannya. Tetapi, yang terjadi justru terjadinya gangguan depresi hingga membuat remaja terjebak dalam toxic relationship (hubungan tidak sehat),” ujarnya dalam penelitian bertajuk ”Toxic Relationship dalam Komunikasi Interpersonal di Kalangan Remaja” itu.

Dosen FISIP Uhamka tersebut mengungkapkan, sebenarnya toxic relationship dapat diatasi dengan memberikan contoh membangun interaksi dan komunikasi yang baik. ”Bercanda dengan sewajarnya, saling mengerti, tentunya membuka sebuah sapaan komunikasi yang hangat dapat mengurangi faktor pemicu terjadinya toxic relationship dalam komunikasi interpersonal remaja,” ungkap Novi.



Selain itu, Novi menjelaskan, anak remaja memang belum bisa diarahkan ke pola komunikasi yang tidak menyinggung temannya, tetapi dapat menerima contoh penyampaian komunikasi yang membuat rekan sebayanya terhibur. ”Dukungan berupa penghiburan dari lingkungan sebaya dapat memberikan motivasi pada remaja untuk bergerak maju meninggalkan rasa sedih yang tengah dirasakan,” ungkapnya.

Pelaku toxic relationship atau toxic people, kata dia, bisa dari orang terdekat, bahkan keluarga seperti ayah, ibu, kakak, atau adik. Selain itu, kata dia, toxic people bisa juga kekasih atau sahabat. ”Atau teman sebaya bahkan sahabat yang sering melakukan bullying berupa kekerasan verbal, fisik, bahkan seksual,” ujarnya.

Hubungan toxic relationship yang seperti itu dapat memengaruhi mental anak. Menurut Novi, masyarakat Indonesia perlu diberikan penyadaran agar tidak permisif menyikapi perilaku toxic people, baik pada kasus toxic parenting, toxic relationship, maupun toxic friendship. ”Salah satunya dengan mendampingi korban toxic agar tidak trauma. Sementara itu, bagi korban toxic agar lebih mencintai diri sendiri (self-love) demi terhindar dari pelaku toxic, sehingga kesehatan mentalnya tetap terjaga,” katanya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Beasiswa Belum Mampu...
Beasiswa Belum Mampu Tingkatkan APK Pendidikan Tinggi, Kemendikti Susun Strategi Nasional
Mendikti Saintek Terbitkan...
Mendikti Saintek Terbitkan Kepmen Baru, Atur Pengembangan Karier Dosen
PASMAM 2025, FISIP Unpas...
PASMAM 2025, FISIP Unpas Gelar Lomba Simulasi Sidang ASEAN
Pradita University Cetak...
Pradita University Cetak Lulusan Unggul, Siap Hadapi Tantangan Dunia Kerja
Mempererat Sinergi Keilmuan,...
Mempererat Sinergi Keilmuan, Darunnajah Sambut Hangat Rektor Universitas Al-Azhar Mesir
Training Centre, Strategi...
Training Centre, Strategi Universitas Pancasila dalam Menjawab Tantangan Zaman
Uhamka Jadi Pusat Pelatihan...
Uhamka Jadi Pusat Pelatihan Perawat Indonesia untuk Bekerja di Arab Saudi
Kenalkan Inovasi Pembelajaran...
Kenalkan Inovasi Pembelajaran Mendikdasmen, Uhamka Gelar Seminar Nasional Program Deep Learning
Diperlukan Penarik Gerbong...
Diperlukan Penarik Gerbong untuk Bawa Universitas Muhammadiyah Malang ke Kancah Nasional
Rekomendasi
Daftar Polwan Baru Jabat...
Daftar Polwan Baru Jabat Kapolres pada Mutasi Polri Maret 2025, Ini Nama-namanya
Nokia Gagal Melakukan...
Nokia Gagal Melakukan Panggilan Telepon Pertama di Bulan
Sejarah Nuzulul Quran...
Sejarah Nuzulul Qur'an dan Amalan yang Dianjurkan
Putin: Tentara Bayaran...
Putin: Tentara Bayaran Asing yang Bela Ukraina Dianggap Teroris!
Meghan Markle Tolak...
Meghan Markle Tolak Memutuskan Hubungan dengan Keluarga Kerajaan
Prabowo Kumpulkan Para...
Prabowo Kumpulkan Para Rektor Kampus Negeri Dan Swasta Sore Ini, Bahas Apa?
Berita Terkini
10 Contoh Pantun Pembuka...
10 Contoh Pantun Pembuka untuk Buka Puasa Bersama, Check It Out
3 jam yang lalu
Dukung Akademisi, Educativa...
Dukung Akademisi, Educativa Indonesia Hadirkan Solusi Riset hingga Publikasi Ilmiah
3 jam yang lalu
Lowongan Kerja Sucofindo...
Lowongan Kerja Sucofindo di Rekrutmen Bersama BUMN 2025, IPK 2.5 Bisa Daftar
4 jam yang lalu
Ini Dua Model Pembangunan...
Ini Dua Model Pembangunan Sekolah Rakyat
11 jam yang lalu
UI Soal Desakan Pembatalan...
UI Soal Desakan Pembatalan Gelar Doktor Bahlil: Tidak Relevan
15 jam yang lalu
UI: Bahlil Belum Lulus,...
UI: Bahlil Belum Lulus, Tuntutan Pembatalan Disertasi Tidak Tepat
15 jam yang lalu
Infografis
10 Negara dengan Anggaran...
10 Negara dengan Anggaran Pertahanan Tertinggi pada 2025
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved