Kisah Menarik Mahasiwa ITB Penerima Beasiswa IISMA di Ceko
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung ( ITB ) Angelina Pamela memiliki keinginan menjadi peserta pertukaran pelajar sejak sekolah dasar. Hanya saja, ia tidak memiliki informasi yang cukup mengenai program pertukaran pelajar pada saat ia duduk di bangku SMP dan SMA.
Namun, keinginan Angel kini telah terwujud melalui program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Ia berhasil menjadi salah satu penerima beasiswa IISMA untuk Universitas Palacky di Republik Ceko.
IISMA merupakan program beasiswa pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek. Tujuan dari program ini adalah agar mahasiswa Indonesia berkesempatan untuk belajar kebudayaan di negara lain, sembari mempromosikan budaya Indonesia kepada orang luar negeri.
Baca: Beasiswa S1-S3 di Azerbaijan Dibuka untuk 22 Kampus Pilihan
Untuk mengikuti IISMA, para peserta harus mengumpulkan resume (CV), transkrip nilai, sertifikat bahasa Inggris, serta esai tentang pencapaian yang pernah diraih dan rencana kegiatan berkomunitas di tempat yang dituju.
Kemudian, yang lolos seleksi akan dipanggil untuk wawancara. Salah satu tips seleksi dari Angel adalah untuk meriset tempat yang ingin kita tuju sehingga kita dapat menulis esai dan menjawab pertanyaan wawancara dengan baik.
Angel bercerita bahwa banyak pengalaman yang berkesan saat ia berada di Eropa. Salah satu pengalamannya adalah saat ia, bersama penerima beasiswa IISMA yang lain, memperkenalkan budaya Indonesia kepada teman-teman satu universitasnya dengan mengadakan acara “Djoempa Pemoeda Indonesia”.
“Budayanya beragam, mulai dari masakan, lagu, dan pakaian,” katanya dilansir dari laman resmi ITB di itb.ac.id, Kamis (10/2/2022).
Tidak hanya itu, Angel juga berkesempatan untuk bertemu Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Ceko, Kenssy Dwi Ekaningsih, dalam proses mempersiapkan acara itu.
Baca juga: Beasiswa S1 di Uni Emirat Arab, Cek Infonya Di Sini
Di sana, Angel betul-betul memanfaatkan kesempatan beasiswa IISMA-nya sebaik mungkin. Ia tidak hanya belajar budaya di Ceko saja, tetapi ia juga berhasil menjelajahi 16 negara dan 20 kota lainnya dalam kurun waktu kurang lebih satu semester.
Salah satu negara yang ia kunjungi adalah Vatican, tempat pemimpin umat Katolik sedunia tinggal. Pengalaman ini bukanlah pengalaman yang semua orang bisa dapatkan, tentunya sangat berharga bagi Angel.
Saat ditanya apakah ada gegar budaya (culture shock) saat baru awal belajar di Ceko, Angel menyatakan bahwa ia cukup kaget karena interaksi dosen dan murid di sana seperti interaksi dengan teman. Bahkan, katanya, murid memanggil dosen dengan sebutan nama saja, tidak ada sapaan bapak atau ibu seperti di Indonesia.
Lebih jauh, pembelajaran di sana banyak berbentuk diskusi dan menulis esai. Berbeda dengan metode pembelajaran Indonesia yang lebih banyak komunikasi satu arah dan jarang menulis esai. Maka dari itu, Angel harus bisa beradaptasi dengan cara belajarnya.
Selain perbedaan tersebut, Angel mengakui bahwa ia kesulitan dengan bahasanya karena banyak orang di sana yang tidak mengerti bahasa Inggris, terutama orang-orang yang sudah lanjut usia. Orang-orang di sana juga banyak yang bersifat dingin, tidak seramah orang Indonesia.
Kemudian, faktor cuaca yang berbeda jauh dengan Indonesia juga menuntut Angel untuk beradaptasi dengan suhu rendah. Namun, bagaimanapun ia senang karena telah mendapat banyak pengalaman dan pelajaran dari program IISMA ini.
Namun, keinginan Angel kini telah terwujud melalui program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Ia berhasil menjadi salah satu penerima beasiswa IISMA untuk Universitas Palacky di Republik Ceko.
IISMA merupakan program beasiswa pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek. Tujuan dari program ini adalah agar mahasiswa Indonesia berkesempatan untuk belajar kebudayaan di negara lain, sembari mempromosikan budaya Indonesia kepada orang luar negeri.
Baca: Beasiswa S1-S3 di Azerbaijan Dibuka untuk 22 Kampus Pilihan
Untuk mengikuti IISMA, para peserta harus mengumpulkan resume (CV), transkrip nilai, sertifikat bahasa Inggris, serta esai tentang pencapaian yang pernah diraih dan rencana kegiatan berkomunitas di tempat yang dituju.
Kemudian, yang lolos seleksi akan dipanggil untuk wawancara. Salah satu tips seleksi dari Angel adalah untuk meriset tempat yang ingin kita tuju sehingga kita dapat menulis esai dan menjawab pertanyaan wawancara dengan baik.
Angel bercerita bahwa banyak pengalaman yang berkesan saat ia berada di Eropa. Salah satu pengalamannya adalah saat ia, bersama penerima beasiswa IISMA yang lain, memperkenalkan budaya Indonesia kepada teman-teman satu universitasnya dengan mengadakan acara “Djoempa Pemoeda Indonesia”.
“Budayanya beragam, mulai dari masakan, lagu, dan pakaian,” katanya dilansir dari laman resmi ITB di itb.ac.id, Kamis (10/2/2022).
Tidak hanya itu, Angel juga berkesempatan untuk bertemu Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Ceko, Kenssy Dwi Ekaningsih, dalam proses mempersiapkan acara itu.
Baca juga: Beasiswa S1 di Uni Emirat Arab, Cek Infonya Di Sini
Di sana, Angel betul-betul memanfaatkan kesempatan beasiswa IISMA-nya sebaik mungkin. Ia tidak hanya belajar budaya di Ceko saja, tetapi ia juga berhasil menjelajahi 16 negara dan 20 kota lainnya dalam kurun waktu kurang lebih satu semester.
Salah satu negara yang ia kunjungi adalah Vatican, tempat pemimpin umat Katolik sedunia tinggal. Pengalaman ini bukanlah pengalaman yang semua orang bisa dapatkan, tentunya sangat berharga bagi Angel.
Saat ditanya apakah ada gegar budaya (culture shock) saat baru awal belajar di Ceko, Angel menyatakan bahwa ia cukup kaget karena interaksi dosen dan murid di sana seperti interaksi dengan teman. Bahkan, katanya, murid memanggil dosen dengan sebutan nama saja, tidak ada sapaan bapak atau ibu seperti di Indonesia.
Lebih jauh, pembelajaran di sana banyak berbentuk diskusi dan menulis esai. Berbeda dengan metode pembelajaran Indonesia yang lebih banyak komunikasi satu arah dan jarang menulis esai. Maka dari itu, Angel harus bisa beradaptasi dengan cara belajarnya.
Selain perbedaan tersebut, Angel mengakui bahwa ia kesulitan dengan bahasanya karena banyak orang di sana yang tidak mengerti bahasa Inggris, terutama orang-orang yang sudah lanjut usia. Orang-orang di sana juga banyak yang bersifat dingin, tidak seramah orang Indonesia.
Kemudian, faktor cuaca yang berbeda jauh dengan Indonesia juga menuntut Angel untuk beradaptasi dengan suhu rendah. Namun, bagaimanapun ia senang karena telah mendapat banyak pengalaman dan pelajaran dari program IISMA ini.
(nz)