Plate me Diet, Program Diet Aman dari RSA UGM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangka mengedepankan program diet yang aman, Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM mengembangkan program diet bernama Plate me Diet. Plate me Diet adalah kependekan dari Planning, Timing, Equality, dan Mindfull Eating.
Plate me Diet tidak lain merupakan program diet hasil pengembangan dari program-program diet yang sudah ada. Hanya saja kemudian disusun serta dikembangkan sedemikian rupa agar efektif dan aman dilakukan.
Planning dalam Plate me Diet dimaksudkan kepada perencanaan pada pola makan, dimana sesuai dengan kebutuhan masing-masing personal dan tetap dalam kadar “aman”.
“Jadi (dengan Plate me Diet) kita turunkan kalorinya, tapi tetap dalam batas aman, dan masih mengandung porsi gizi seimbang,” tutur Dietisien RSA UGM Okta Haksaica Sulistyo dikutip dari laman UGM di ugm.ac.id, Selasa (15/2/2022).
Sedangkan Timing, jelas Okta, merupakan program pengaturan jadwal makan. Dalam hal ini, Plate me Diet mengedepankan jadwal makan rutin tiga kali sehari dengan tiga kali selingan (snack).
Baca: Unpad Buka Pendaftaran Seleksi Masuk Pascasarjana Gelombang 1
Snack pagi jam 9 pagi, snack siang sore jam 3 sore, dan snack malam jam 8 malam. Pendisiplinan jadwal makan ini dilakukan guna mengatur hormon leptin dan ghrelin, hormon pengatur rasa lapar, supaya beroperasi dengan wajar.
“(program 3 kali makan 3 kali selingan tersebut) berfungsi untuk mengantisipasi tingkat kelaparan yang biasanya memuncak ketika salah satu frekuensi makan kita hilangkan. (Sebab) jika tidak menteraturkan jadwal makan, seperti tidak makan pagi atau makan siang, maka akan memberikan efek over-eating (makan berlebihan) pada satu waktu makan setelah itu,” katanya.
Ketiga adalah Equality. Equality dimaksudkan kepada perencanaan mengonsumsi makanan yang diperlukan untuk diet tanpa menghilangkan sumber lemak, sumber protein, karbohidrat, dan lain sebagainya sebagai gizi yang dibutuhkan tubuh.
Terakhir adalah Mindfull Eating. Mindfull eating tidak lain adalah makan dengan penuh penghayatan. Dengan makan penuh penghayatan, tubuh juga akan mendapatkan efek menstimulus hormon leptin dan ghrelin (hormon pengatur rasa lapar) untuk bekerja dengan baik.
“Jadi ketika makan itu sambil dinikmati dan dihayati (tidak terburu): kita makan itu tujuannya untuk apa?. Supaya hormon leptin dan ghrelin memberikan sinyal yang pas (kapan makan dan berhenti makan),” tambah Okta.
Baca juga: Unhan Buka Penerimaan Mahasiswa Baru S1 Jalur Beasiswa
Sebagaimana diketahui, obesitas merupakan sebuah kondisi dimana terjadi penumpukan lemak secara berlebihan dalam tubuh. Kondisi ini merupakan suatu hal yang tidak baik, sebab dapat mengganggu kesehatan. Obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin yang dapat menimbulkan penyakit diabetes mellitus.
Kedua, oleh karena lemak menumpuk, pembuluh darah kemudian bisa terhambat dan mengakibatkan penyakit tensi tinggi. Lalu jika pembuluh darah sampai tertutup, atau tidak hanya terhambat, maka turut dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner.
Lihat Juga: Pendidikan Prof Ichlasul Amal yang Meninggal Dunia Hari Ini, Pernah Berorasi saat Reformasi 1998
Plate me Diet tidak lain merupakan program diet hasil pengembangan dari program-program diet yang sudah ada. Hanya saja kemudian disusun serta dikembangkan sedemikian rupa agar efektif dan aman dilakukan.
Planning dalam Plate me Diet dimaksudkan kepada perencanaan pada pola makan, dimana sesuai dengan kebutuhan masing-masing personal dan tetap dalam kadar “aman”.
“Jadi (dengan Plate me Diet) kita turunkan kalorinya, tapi tetap dalam batas aman, dan masih mengandung porsi gizi seimbang,” tutur Dietisien RSA UGM Okta Haksaica Sulistyo dikutip dari laman UGM di ugm.ac.id, Selasa (15/2/2022).
Sedangkan Timing, jelas Okta, merupakan program pengaturan jadwal makan. Dalam hal ini, Plate me Diet mengedepankan jadwal makan rutin tiga kali sehari dengan tiga kali selingan (snack).
Baca: Unpad Buka Pendaftaran Seleksi Masuk Pascasarjana Gelombang 1
Snack pagi jam 9 pagi, snack siang sore jam 3 sore, dan snack malam jam 8 malam. Pendisiplinan jadwal makan ini dilakukan guna mengatur hormon leptin dan ghrelin, hormon pengatur rasa lapar, supaya beroperasi dengan wajar.
“(program 3 kali makan 3 kali selingan tersebut) berfungsi untuk mengantisipasi tingkat kelaparan yang biasanya memuncak ketika salah satu frekuensi makan kita hilangkan. (Sebab) jika tidak menteraturkan jadwal makan, seperti tidak makan pagi atau makan siang, maka akan memberikan efek over-eating (makan berlebihan) pada satu waktu makan setelah itu,” katanya.
Ketiga adalah Equality. Equality dimaksudkan kepada perencanaan mengonsumsi makanan yang diperlukan untuk diet tanpa menghilangkan sumber lemak, sumber protein, karbohidrat, dan lain sebagainya sebagai gizi yang dibutuhkan tubuh.
Terakhir adalah Mindfull Eating. Mindfull eating tidak lain adalah makan dengan penuh penghayatan. Dengan makan penuh penghayatan, tubuh juga akan mendapatkan efek menstimulus hormon leptin dan ghrelin (hormon pengatur rasa lapar) untuk bekerja dengan baik.
“Jadi ketika makan itu sambil dinikmati dan dihayati (tidak terburu): kita makan itu tujuannya untuk apa?. Supaya hormon leptin dan ghrelin memberikan sinyal yang pas (kapan makan dan berhenti makan),” tambah Okta.
Baca juga: Unhan Buka Penerimaan Mahasiswa Baru S1 Jalur Beasiswa
Sebagaimana diketahui, obesitas merupakan sebuah kondisi dimana terjadi penumpukan lemak secara berlebihan dalam tubuh. Kondisi ini merupakan suatu hal yang tidak baik, sebab dapat mengganggu kesehatan. Obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin yang dapat menimbulkan penyakit diabetes mellitus.
Kedua, oleh karena lemak menumpuk, pembuluh darah kemudian bisa terhambat dan mengakibatkan penyakit tensi tinggi. Lalu jika pembuluh darah sampai tertutup, atau tidak hanya terhambat, maka turut dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner.
Lihat Juga: Pendidikan Prof Ichlasul Amal yang Meninggal Dunia Hari Ini, Pernah Berorasi saat Reformasi 1998
(nz)