UP-DLHK Kota Depok Olah Sampah Jadi Sumber Energi Murah untuk UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Melalui teknologi Refused-Derived Fuel (RDF), tim peneliti Universitas Pertamina (UP) dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok mengolah sampah menjadi bahan bakar yang dapat digunakan oleh UMKM, di Kota Depok.
RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil. Hasilnya sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran, sebagai pengganti batu bara.
I Wayan Koko, Dosen Teknik Lingkungan Universitas Pertamina, mengungkap timnya bersama DLHK Kota Depok berhasil memproduksi pelet RDF murah yang dapat dimanfaatkan UMKM makanan dan minuman.
BPS mencatat pada 2019 terdapat 3,9 juta UMKM tanah air yang bergelut di bidang makanan dan minuman. Jawa Barat menduduki posisi teratas dengan jumlah UMKM makanan dan minuman mencapai 791.435 UMKM.
UMKM produsen tahu Depok telah memanfaatkan pelet RDF hasil penelitian Universitas Pertamina dan DLHK Kota Depok sebagai sumber energi murah. Harga pelet RDF hanya Rp. 300 per kg, dibanding harga batu bara yang mencapai Rp. 700 per kg.
"Dengan menggunakan teknologi rotary dryer, kami memanfaatkan berbagai sampah yang ada, mulai dari sisa makanan, sampah plastik, sampah kertas, dan sampah kebun, untuk dijadikan pelet RDF. Namun dari berbagai jenis sampah yang ada, kami menemukan bahwa sampah kertas dan perkebunan seperti kayu dan ranting, masih menjadi limbah terbaik untuk pembuatan pelet RDF," jelas Koko.
Pemilihan jenis sampah tersebut, lanjut Koko, disebabkan sampah kertas belum termanfaatkan secara optimal. Serta memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampah taman, karena dibuat dari serat kayu sehingga memberikan bahan bakar dengan kualitas kepadatan yang baik.
Kertas memiliki nilai kalor 3024 kkal/kg yang dapat digunakan sebagai pelet RDF. Lebih lanjut, kandungan limbah kertas dan sisa tumbuhan pada pelet RDF akan meningkatkan kekuatan struktur pelet, membuatnya lebih awet dan ramah lingkungan.
RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil. Hasilnya sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran, sebagai pengganti batu bara.
I Wayan Koko, Dosen Teknik Lingkungan Universitas Pertamina, mengungkap timnya bersama DLHK Kota Depok berhasil memproduksi pelet RDF murah yang dapat dimanfaatkan UMKM makanan dan minuman.
BPS mencatat pada 2019 terdapat 3,9 juta UMKM tanah air yang bergelut di bidang makanan dan minuman. Jawa Barat menduduki posisi teratas dengan jumlah UMKM makanan dan minuman mencapai 791.435 UMKM.
UMKM produsen tahu Depok telah memanfaatkan pelet RDF hasil penelitian Universitas Pertamina dan DLHK Kota Depok sebagai sumber energi murah. Harga pelet RDF hanya Rp. 300 per kg, dibanding harga batu bara yang mencapai Rp. 700 per kg.
"Dengan menggunakan teknologi rotary dryer, kami memanfaatkan berbagai sampah yang ada, mulai dari sisa makanan, sampah plastik, sampah kertas, dan sampah kebun, untuk dijadikan pelet RDF. Namun dari berbagai jenis sampah yang ada, kami menemukan bahwa sampah kertas dan perkebunan seperti kayu dan ranting, masih menjadi limbah terbaik untuk pembuatan pelet RDF," jelas Koko.
Pemilihan jenis sampah tersebut, lanjut Koko, disebabkan sampah kertas belum termanfaatkan secara optimal. Serta memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampah taman, karena dibuat dari serat kayu sehingga memberikan bahan bakar dengan kualitas kepadatan yang baik.
Kertas memiliki nilai kalor 3024 kkal/kg yang dapat digunakan sebagai pelet RDF. Lebih lanjut, kandungan limbah kertas dan sisa tumbuhan pada pelet RDF akan meningkatkan kekuatan struktur pelet, membuatnya lebih awet dan ramah lingkungan.