Jurusan SMA Dihapus, Rektor UGM: di Kampus Mereka Harus Belajar Ekstra Keras
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rektor Universitas Gadjah Mada ( UGM ) Panut Mulyono menilai, kebijakan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yang menghapus jurusan di SMA menjadikan siswa harus bekerja ekstra saat masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Hal tersebut bermula dari Kurikulum Merdeka yang dampaknya, di sekolah SMA tidak akan ada lagi jurusan atau peminatan seperti IPA, IPS, atau Bahasa. Siswa bisa bebas memlih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA.
Menanggapi hal tersebut, Panut mengatakan, Kurikulum Merdeka menjadikan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi tidak terfokus dalam menentukan nilai kemampuan dasar saat hendak masuk PTN.
"Menjadikan lulusan SMA tidak fokus pada dasar-dasar pengetahuan yang dimilikinya sebagai bekal melanjutkan studi di program studi perguruan tinggi," ujar Panut saat dihubungi MPI, Minggu (20/2/2022).
Panut menuturkan, bahwa PTN memerlukan pengetahuan dasar siswa guna menunjang kesuksesan belajar pada program studi yang nantinya akan dipilih.
"Memerlukan pengetahuan dasar tertentu sebagai menunjang kesuksesan belajarnya di program studi tersebut," katanya.
Imbasnya, siswa yang nantinya telah masuk ke PTN perlu belajar lebih keras karena tidak memiliki ilmu-ilmu dasar sebagai penunjang.
"Setelah mereka masuk pada prodi tertentu dan belum memiliki dasar pengetahuan yang baik untuk belajar ilmu lanjutannya maka mereka harus belajar lebih keras dan lebih banyak," ujarnya.
Panut menambahkan, Lembaga Test Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) dan pihak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) nantinya, tidak akan mengukur kemampuan siswa dalam jurusan-jurusan tertentu.
"Materi seleksi masuk perguruan tinggi juga tidak lagi mengukur kemampuan siswa di bidang kelompok mipa atau kelompok ilmu sosial," ucap Panut.
Hal tersebut bermula dari Kurikulum Merdeka yang dampaknya, di sekolah SMA tidak akan ada lagi jurusan atau peminatan seperti IPA, IPS, atau Bahasa. Siswa bisa bebas memlih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA.
Menanggapi hal tersebut, Panut mengatakan, Kurikulum Merdeka menjadikan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi tidak terfokus dalam menentukan nilai kemampuan dasar saat hendak masuk PTN.
"Menjadikan lulusan SMA tidak fokus pada dasar-dasar pengetahuan yang dimilikinya sebagai bekal melanjutkan studi di program studi perguruan tinggi," ujar Panut saat dihubungi MPI, Minggu (20/2/2022).
Panut menuturkan, bahwa PTN memerlukan pengetahuan dasar siswa guna menunjang kesuksesan belajar pada program studi yang nantinya akan dipilih.
"Memerlukan pengetahuan dasar tertentu sebagai menunjang kesuksesan belajarnya di program studi tersebut," katanya.
Imbasnya, siswa yang nantinya telah masuk ke PTN perlu belajar lebih keras karena tidak memiliki ilmu-ilmu dasar sebagai penunjang.
"Setelah mereka masuk pada prodi tertentu dan belum memiliki dasar pengetahuan yang baik untuk belajar ilmu lanjutannya maka mereka harus belajar lebih keras dan lebih banyak," ujarnya.
Panut menambahkan, Lembaga Test Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) dan pihak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) nantinya, tidak akan mengukur kemampuan siswa dalam jurusan-jurusan tertentu.
"Materi seleksi masuk perguruan tinggi juga tidak lagi mengukur kemampuan siswa di bidang kelompok mipa atau kelompok ilmu sosial," ucap Panut.
(mpw)