Kembangkan Startup Chickin, Mahasiswa UB Masuk Forbes 30 Under 30
loading...
A
A
A
JAKARTA - Startup agrikultur bagi peternak ayam Chickin besutan tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) telah diunduh ribuan peternak ayam di Indonesia. Dua foundernya yaitu Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra berhasil menjadi bagian dari Forbes Indonesia 30 Under 30 yang baru saja dirilis beberapa waktu lalu.
Chickin Indonesia (Chickin) sendiri dibangun oleh Ashab Alkahfi (Agroekoteknologi FP) sebagai President, Tubagus Syailendra (Hubungan Internasional FISIP) sebagai CEO, dan Ahmad Syaifullah (Sistem Informasi FILKOM) sebagai Chief Technology Officer.
Proyek pembuatan startup tersebut telah dimulai sejak mereka duduk di bangku kuliah pada semester dua. Startup berbasis Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) ini dapat meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 % lebih tinggi.
Baca: Mahasiswa, Ini Pentingnya Ikut Magang Sebelum Masuk Dunia Kerja
“Awal kami riset dan development di daerah Klaten Jawa Tengah. Di sana kita jadi peternak, lalu membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. Dari situ kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi,” kata Ashab mengutip laman resmi UB, Jumat (18/3/2022).
Ashab menambahkan melalui Chickin, peternak tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual. Dengan teknologi ini, peternak bisa memasukkan data seperti sarana produksi peternak atau sapronak, data harian, dan data penjualan, sehingga performa lebih terukur dan dapat meminimalisir risiko melalui tindakan preventif.
Beberapa fitur yang ada pada Chickin Apps, yaitu kelola kandang, kelola data kandang, dan konfigurasi IoT yang bisa disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu dan kelembaban bahkan umur ayam. Saat ini, selain dengan 14 rumah potong, Chickin juga bermitra dengan 100 industri makanan sebagai penyuplai daging ayam.
Baca juga: Mahasiswa Perlu Tahu, Begini Persiapan untuk Memasuki Dunia Kerja
Ashab berharap nantinya Chickin bisa memberikan dampak yang lebih banyak bagi peternak. Saat ini Chickin mencatat pertumbuhan bisnis 22 kali dalam 10 bulan terakhir dan juga telah menutup putaran pendanaan sebesar Rp35 milyar dengan 3 investor global. Mereka menargetkan peningkatan omset sebesar Rp500 milyar di akhir tahun 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya.
Chickin Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi untuk meminimalisir penggunaan antibiotik pada ayam organik, dengan mengendalikan suhu kandang. Mereka juga memberikan pembinaan pada peternak ayam secara cuma-cuma dengan tujuan memodernisasi peternak ayam Indonesia.
Chickin Indonesia (Chickin) sendiri dibangun oleh Ashab Alkahfi (Agroekoteknologi FP) sebagai President, Tubagus Syailendra (Hubungan Internasional FISIP) sebagai CEO, dan Ahmad Syaifullah (Sistem Informasi FILKOM) sebagai Chief Technology Officer.
Proyek pembuatan startup tersebut telah dimulai sejak mereka duduk di bangku kuliah pada semester dua. Startup berbasis Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) ini dapat meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 % lebih tinggi.
Baca: Mahasiswa, Ini Pentingnya Ikut Magang Sebelum Masuk Dunia Kerja
“Awal kami riset dan development di daerah Klaten Jawa Tengah. Di sana kita jadi peternak, lalu membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. Dari situ kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi,” kata Ashab mengutip laman resmi UB, Jumat (18/3/2022).
Ashab menambahkan melalui Chickin, peternak tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual. Dengan teknologi ini, peternak bisa memasukkan data seperti sarana produksi peternak atau sapronak, data harian, dan data penjualan, sehingga performa lebih terukur dan dapat meminimalisir risiko melalui tindakan preventif.
Beberapa fitur yang ada pada Chickin Apps, yaitu kelola kandang, kelola data kandang, dan konfigurasi IoT yang bisa disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu dan kelembaban bahkan umur ayam. Saat ini, selain dengan 14 rumah potong, Chickin juga bermitra dengan 100 industri makanan sebagai penyuplai daging ayam.
Baca juga: Mahasiswa Perlu Tahu, Begini Persiapan untuk Memasuki Dunia Kerja
Ashab berharap nantinya Chickin bisa memberikan dampak yang lebih banyak bagi peternak. Saat ini Chickin mencatat pertumbuhan bisnis 22 kali dalam 10 bulan terakhir dan juga telah menutup putaran pendanaan sebesar Rp35 milyar dengan 3 investor global. Mereka menargetkan peningkatan omset sebesar Rp500 milyar di akhir tahun 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya.
Chickin Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi untuk meminimalisir penggunaan antibiotik pada ayam organik, dengan mengendalikan suhu kandang. Mereka juga memberikan pembinaan pada peternak ayam secara cuma-cuma dengan tujuan memodernisasi peternak ayam Indonesia.
(nz)