Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Paling Termasyur di Indonesia, Ini Daftarnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada sejumlah tokoh pendidikan Islam yang sangat termasyur. Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kemajuan bangsa dan negara. Demi meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, sejumlah tokoh Islam memberikan kontribusinya.
Mereka telah menyumbangkan tenaga hingga pikiran demi kemajuan pendidikan Indonesia . Berikut tokoh-tokoh pendidikan Islam.
1. KH Abdul Wahid Hasyim
KH Abdul Wahid Hasyim merupakan ayah dari Presiden keempat Indonesia, KH Abdurrahman Wahid. Ia lahir di Jombang, pada 1 Juni 1964. Ketika usianya 20 tahun, Abdul Wahid Hasyim membantu ayahnya dalam menyusun kurikulum pesantren, menulis surat balasan dari para ulama atas nama ayahnya dalam bahasa Arab, hingga mewakili sang ayah dalam berbagai pertemuan dengan para tokoh.
Ia pernah mengusulkan untuk mengubah sistem klasikal dengan sistem tutorial dan memasukkan materi ilmu pengetahuan umum ke pesantren. Akan tetapi, ayahnya menolak usulan tersebut. Pada 1935, Abdul Wahid Hasyim mengusulkan pendirian Madrasah Nidzmiyah, yang kemudian diterima oleh sang ayah.
Di Madrasah Nidzmiyah, komposisi pembelajaran terbagi atas 70% ilmu pengetahuan umum dan 30% ilmu agama.
2. KH Hasyim Asy'ari
KH Hasyim Asy'ari dikenal sebagai pendiri serta pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang yang menyandang gelar Rais Akbar. Tokoh kelahiran Jombang, 14 Februari 1871 ini sudah melanglang ke sejumlah pesantren untuk menuntut ilmu ketika usianya 15 tahun. Setelah menikah, Hasyim Asy’ari menunaikan haji dan kemudian belajar dari beberapa ulama di Mekkah.
Karena pemahaman dan ilmunya yang baik, ia dipercaya mengajar di Masjidil Haram. Pada 1899, setelah pulang ke Indonesia, Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng. Lalu, atas petunjuk dari gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif Bangkalan, ia mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).
Organisasi yang dibentuk pada 31 Januari 1926 ini merupakan respons terhadap dunia Islam yang dilanda pertentangan paham. Dalam situasi tersebut, NU hadir dengan pemikiran yang lebih moderat.
3. KH Ahmad Dahlan
Nama KH Ahmad Dahlan tidak bisa dipisahkan dari organisasi Muhammadiyah yang ia dirikan. Tokoh yang dilahirkan pada 1 Agustus 1868 di Yogyakarta ini mendirikan Muhammadiyah pada 1912 untuk mengaktualisasikan pemikiran dan gagasannya yang penuh dengan pembaruan. Selain itu juga, sebagai wadah bagi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikannya pada 1911.
Sebelumnya, pada 1906, Ahmad Dahlan menjadi anggota Budi Utomo. Pengajaran agama yang diberikannya, diterima dengan baik oleh teman-temannya di Budi Utomo. Karena itulah, Ahmad Dahlan didorong untuk melembagakan kegiatan pendidikannya tersebut hingga berdirilah Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan adalah tokoh pendidikan Islam yang berjasa besar bagi bangsa Indonesia.
4. Siti Walidah
Siti Walidah lahir pada 3 Januari 1872. Ia merupakan istri dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sejak Muhammadiyah berdiri, ia mendukung perjuangan suaminya melalui perannya mengusahakan pendidikan berupa pengajian untuk kaum wanita di beberapa kampung, seperti Kauman, Lempuyangan, Karangkajen dan Pakualaman.
Siti Walidah juga menaruh perhatian besar kepada para buruh perempuan di unit usaha batik Kauman. Ia mengajarkan para buruh pengetahuan agama, membaca, dan menulis, melalui pengajian yang diadakan setelah maghrib.
Diolah dari berbagai sumber:
Tika Vidya Utami/Litbang MPI
Mereka telah menyumbangkan tenaga hingga pikiran demi kemajuan pendidikan Indonesia . Berikut tokoh-tokoh pendidikan Islam.
1. KH Abdul Wahid Hasyim
KH Abdul Wahid Hasyim merupakan ayah dari Presiden keempat Indonesia, KH Abdurrahman Wahid. Ia lahir di Jombang, pada 1 Juni 1964. Ketika usianya 20 tahun, Abdul Wahid Hasyim membantu ayahnya dalam menyusun kurikulum pesantren, menulis surat balasan dari para ulama atas nama ayahnya dalam bahasa Arab, hingga mewakili sang ayah dalam berbagai pertemuan dengan para tokoh.
Ia pernah mengusulkan untuk mengubah sistem klasikal dengan sistem tutorial dan memasukkan materi ilmu pengetahuan umum ke pesantren. Akan tetapi, ayahnya menolak usulan tersebut. Pada 1935, Abdul Wahid Hasyim mengusulkan pendirian Madrasah Nidzmiyah, yang kemudian diterima oleh sang ayah.
Di Madrasah Nidzmiyah, komposisi pembelajaran terbagi atas 70% ilmu pengetahuan umum dan 30% ilmu agama.
2. KH Hasyim Asy'ari
KH Hasyim Asy'ari dikenal sebagai pendiri serta pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang yang menyandang gelar Rais Akbar. Tokoh kelahiran Jombang, 14 Februari 1871 ini sudah melanglang ke sejumlah pesantren untuk menuntut ilmu ketika usianya 15 tahun. Setelah menikah, Hasyim Asy’ari menunaikan haji dan kemudian belajar dari beberapa ulama di Mekkah.
Karena pemahaman dan ilmunya yang baik, ia dipercaya mengajar di Masjidil Haram. Pada 1899, setelah pulang ke Indonesia, Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng. Lalu, atas petunjuk dari gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif Bangkalan, ia mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).
Organisasi yang dibentuk pada 31 Januari 1926 ini merupakan respons terhadap dunia Islam yang dilanda pertentangan paham. Dalam situasi tersebut, NU hadir dengan pemikiran yang lebih moderat.
3. KH Ahmad Dahlan
Nama KH Ahmad Dahlan tidak bisa dipisahkan dari organisasi Muhammadiyah yang ia dirikan. Tokoh yang dilahirkan pada 1 Agustus 1868 di Yogyakarta ini mendirikan Muhammadiyah pada 1912 untuk mengaktualisasikan pemikiran dan gagasannya yang penuh dengan pembaruan. Selain itu juga, sebagai wadah bagi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikannya pada 1911.
Sebelumnya, pada 1906, Ahmad Dahlan menjadi anggota Budi Utomo. Pengajaran agama yang diberikannya, diterima dengan baik oleh teman-temannya di Budi Utomo. Karena itulah, Ahmad Dahlan didorong untuk melembagakan kegiatan pendidikannya tersebut hingga berdirilah Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan adalah tokoh pendidikan Islam yang berjasa besar bagi bangsa Indonesia.
4. Siti Walidah
Siti Walidah lahir pada 3 Januari 1872. Ia merupakan istri dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sejak Muhammadiyah berdiri, ia mendukung perjuangan suaminya melalui perannya mengusahakan pendidikan berupa pengajian untuk kaum wanita di beberapa kampung, seperti Kauman, Lempuyangan, Karangkajen dan Pakualaman.
Siti Walidah juga menaruh perhatian besar kepada para buruh perempuan di unit usaha batik Kauman. Ia mengajarkan para buruh pengetahuan agama, membaca, dan menulis, melalui pengajian yang diadakan setelah maghrib.
Diolah dari berbagai sumber:
Tika Vidya Utami/Litbang MPI
(mpw)