UIN Jakarta Kembali Tambah Profesor Sejarah
loading...
A
A
A
JAKARTA - UIN Jakarta kembali menambah jumlah guru besarnya. Ini setelah Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengangkat Dosen Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, Dr. H. Abd. Wahid Hasyim MA, sebagai Profesor Ilmu Sejarah Islam Indonesia,
“Terhitung mulai tanggal 1 April 2022 (Dr. Abd. Wahid Hasyim, red.) dinaikkan jabatannya menjadi Profesor dalam bidang Ilmu Sejarah Islam Indonesia dengan angka kredit 894,5 kum,” sebut SK Menag seperti dilansir dari laman resmi UIN Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Atas kenaikan pangkat guru besar ini, SK Menag menambahkan, yang bersangkutan diberikan tunjangan jabatan dosen pangkat guru besar. “Apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya,” tambahnya.
Wahid Hasyim menyampaikan terima kasih atas dukungan sivitas akademik UIN Jakarta hingga dipercaya menjadi Guru Besar Sejarah Islam Indonesia. Menurutnya, jabatan guru besar ini merupakan kepercayaan yang harus dibayar dengan berbagai kerja akademik serius.
Sebagai guru besar sejarah, Wahid menilai perlunya generasi bangsa ini tidak melupakan sejarah. Menurutnya, disiplin ilmu sejarah atau mempelajari sejarah merupakan keharusan bagi setiap individu bangsa guna menatap masa depan lebih baik.
“Masa lalu adalah cermin masa kini untuk menatap masa depan. Belajar sejarah tidak untuk mengulangi kesalahan dan bernostalgia tentang keberhasilan dan kebesarannya, tetapi untuk mengambil i’tibar, untuk mendapatkan nilai-nilai positif masa lalu, guna membangun masa depan yang lebih baik dan berperadaban,” paparnya.
Diketahui, Wahid merupakan dosen sejarah di Program Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Jakarta. Ia mengampu sejumlah mata kuliah sejarah Islam Indonesia seperti Sejarah Indonesia, Sejarah Indonesia Kontemporer, Pengantar Sejarah Indonesia, Masyarakat Muslim Indonesia, dan Islamic Intellectual History and Social Movement.
Selain mengajar, Wahid juga aktif melakukan riset dan mempublikasikan sejumlah karya ilmiah di berbagai jurnal nasional dan internasional. Diantaranya, Harakatul Jannah Mosque: Minang Identity and Islamic Mission in Diaspora (2020), Rethinking the Role of Kiai Leadership in Modernizing Pesantren in Cianjur West Java (2021), Demak Sultanate: The Fortress of Islamic Greatness in the Middle Ages Java Island (2021).
Dosen kelahiran Babat, Jawa Timur, 17 Agustus 1956 ini menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana hingga doktor di UIN Jakarta setelah sebelumnya menamatkan pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Pendidikan sarjana lengkap selesai tahun 1983, lulus magister tahun 1996, dan doktor tahun 2008. Sejak sarjana, ia konsisten mengambil studi Sejarah Kebudayaan Islam dengan spesialisasi sejarah Islam Indonesia.
Di luar aktifitas mengajar dan melakukan riset, Wahid juga pernah dipercaya menduduki sejumlah jabatan di kampus tempatnya mengabdi. Misalnya, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta (2010-204), Wakil Ketua Koordinator Kopertais Wilayah 1 DKI Jakarta (2014-2016), Dekan Fakultas Agama Islam Unisma Bekasi (1997-2000). Terakhir, ia dipercaya menjadi Direktur Sekolah Pascasarjana Unisma Bekasi (2009-2017).
Dalam beberapa waktu ini, UIN Jakarta berhasil menambah jumlah guru besarnya. Dalam bidang sejarah, Prof. Dr. Jajang Jahroni, kolega Wahid di Fakultas Adab dan Humaniora, sebelumnya telah dikukuhkan sebagai Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam.
Data yang dihimpun, UIN Jakarta memiliki sejumlah profesor dalam rumpun ilmu sejarah. Di antaranya Prof. Dr. Azyumardi Azra MA CBE, Prof. Dr. Amelia Fauzia MA, Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, Prof. Dr. Dien Madjid, Prof. Dr. Budi Sulistiono, dan Prof. Dr. Amirul Hadi MA, dan Prof. Dr. Murodi MA.
“Terhitung mulai tanggal 1 April 2022 (Dr. Abd. Wahid Hasyim, red.) dinaikkan jabatannya menjadi Profesor dalam bidang Ilmu Sejarah Islam Indonesia dengan angka kredit 894,5 kum,” sebut SK Menag seperti dilansir dari laman resmi UIN Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Atas kenaikan pangkat guru besar ini, SK Menag menambahkan, yang bersangkutan diberikan tunjangan jabatan dosen pangkat guru besar. “Apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya,” tambahnya.
Wahid Hasyim menyampaikan terima kasih atas dukungan sivitas akademik UIN Jakarta hingga dipercaya menjadi Guru Besar Sejarah Islam Indonesia. Menurutnya, jabatan guru besar ini merupakan kepercayaan yang harus dibayar dengan berbagai kerja akademik serius.
Sebagai guru besar sejarah, Wahid menilai perlunya generasi bangsa ini tidak melupakan sejarah. Menurutnya, disiplin ilmu sejarah atau mempelajari sejarah merupakan keharusan bagi setiap individu bangsa guna menatap masa depan lebih baik.
“Masa lalu adalah cermin masa kini untuk menatap masa depan. Belajar sejarah tidak untuk mengulangi kesalahan dan bernostalgia tentang keberhasilan dan kebesarannya, tetapi untuk mengambil i’tibar, untuk mendapatkan nilai-nilai positif masa lalu, guna membangun masa depan yang lebih baik dan berperadaban,” paparnya.
Diketahui, Wahid merupakan dosen sejarah di Program Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Jakarta. Ia mengampu sejumlah mata kuliah sejarah Islam Indonesia seperti Sejarah Indonesia, Sejarah Indonesia Kontemporer, Pengantar Sejarah Indonesia, Masyarakat Muslim Indonesia, dan Islamic Intellectual History and Social Movement.
Selain mengajar, Wahid juga aktif melakukan riset dan mempublikasikan sejumlah karya ilmiah di berbagai jurnal nasional dan internasional. Diantaranya, Harakatul Jannah Mosque: Minang Identity and Islamic Mission in Diaspora (2020), Rethinking the Role of Kiai Leadership in Modernizing Pesantren in Cianjur West Java (2021), Demak Sultanate: The Fortress of Islamic Greatness in the Middle Ages Java Island (2021).
Dosen kelahiran Babat, Jawa Timur, 17 Agustus 1956 ini menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana hingga doktor di UIN Jakarta setelah sebelumnya menamatkan pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Pendidikan sarjana lengkap selesai tahun 1983, lulus magister tahun 1996, dan doktor tahun 2008. Sejak sarjana, ia konsisten mengambil studi Sejarah Kebudayaan Islam dengan spesialisasi sejarah Islam Indonesia.
Di luar aktifitas mengajar dan melakukan riset, Wahid juga pernah dipercaya menduduki sejumlah jabatan di kampus tempatnya mengabdi. Misalnya, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta (2010-204), Wakil Ketua Koordinator Kopertais Wilayah 1 DKI Jakarta (2014-2016), Dekan Fakultas Agama Islam Unisma Bekasi (1997-2000). Terakhir, ia dipercaya menjadi Direktur Sekolah Pascasarjana Unisma Bekasi (2009-2017).
Dalam beberapa waktu ini, UIN Jakarta berhasil menambah jumlah guru besarnya. Dalam bidang sejarah, Prof. Dr. Jajang Jahroni, kolega Wahid di Fakultas Adab dan Humaniora, sebelumnya telah dikukuhkan sebagai Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam.
Data yang dihimpun, UIN Jakarta memiliki sejumlah profesor dalam rumpun ilmu sejarah. Di antaranya Prof. Dr. Azyumardi Azra MA CBE, Prof. Dr. Amelia Fauzia MA, Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, Prof. Dr. Dien Madjid, Prof. Dr. Budi Sulistiono, dan Prof. Dr. Amirul Hadi MA, dan Prof. Dr. Murodi MA.
(mpw)