Cerita Inspiratif Salsabilla, Wisudawan Teman Tuli yang Sukses Lulus dari ITB
loading...
A
A
A
JAKARTA - Salsabilla Rasika Sumekto, mahasiswa (alumni) Desain Komunikasi Visual (DKV) ITB merupakan mahasiswa berkebutuhan khusus karena hanya mampu mendengar suara di atas 90-110 desibel sejak lahir. Namun hal itu tidak membuatnya berhenti untuk terus melaju hingga garis final perkuliahan.
Salsabilla merupakan salah satu dari 2.050 wisudawan yang mengikuti Wisuda Juli ITB Tahun Akademik 2021/2022. Dalam tugas akhirnya, gadis yang punya keahlian membuat komik itu mengangkat tema mengenai budaya tuli di Indonesia. Ia mengaku terinspirasi dari berbagai pengalaman pribadinya sendiri yang kemudian ia visualisasikan.
Salsabilla membuat karya buku ilustrasi landscape lengkap dengan hardcover berukuran A4. Isinya merupakan kompilasi ilustrasi yang memberikan pemahaman mendalam tentang budaya tuli sehingga bisa bersifat edukasional.
Baca: Wujudkan SDGs di Perguruan Tinggi, UEU Gandeng Bappeda, Bank DKI, dan Bappenas
Tugas akhirnya tersebut cukup otentik karena dibuat dari perspektif seorang teman tuli, hal itu karena kebanyakan karya DKV lain bertemakan “tuli” dibuat berdasarkan perspektif seseorang yang dapat mendengar.
Salsabilla mengaku tidak ada kendala dari segi teknik visualisasi karya tugas akhirnya. Alih-alih menurutnya, hal yang cukup sulit adalah mencari sumber literatur yang spesifik dengan karakter bangsa Indonesia secara kredibel. Hal itu menyebabkan adanya kendala dalam wawancara dengan teman-teman tuli untuk penelitiannya.
“Seharusnya ada penelitian lebih detail tentang budaya tuli karakter bangsa Indonesia secara nasional, namun penelitian tersebut masih sedikit. Oleh karena itu, upaya maksimal yang bisa dilakukan adalah focused discussion dengan empat narasumber saja, dan sisanya pengutipan dari artikel atau jurnal internasional tentang budaya tuli di dunia,” ujarnya, dikutip dari laman ITB, Senin (25/7/2022).
Selama menimba ilmu di ITB, Salsabilla mengandalkan visual sepenuhnya. Ia menangkap pembelajaran melalui tulisan-tulisan yang dipresentasikan dosen hingga catatan materi kuliah yang telah dicatat oleh rekan-rekan mahasiswa lainnya.
Dalam metode membaca gerakan bibir, bagi Salsabilla pribadi keakuratannya hanya 30%, sehingga ia lebih mengandalkan visual dan tulisan. Dalam hal ini, ia juga menambahkan terdapat metode preferensi komunikasi yang berbeda-beda di antara teman-teman tuli, tidak semuanya mampu mencerna melalui tulisan dan ada yang lebih nyaman lewat bahasa isyarat.
Maka dari itu, dapat dipertimbangkan layanan Juru Bahasa Isyarat dan dibangunnya UKM "Pusat Layanan Disabilitas" di kampus sehingga bisa mengakomodasi teman-teman disabilitas ke depannya.
Salsabilla merupakan salah satu dari 2.050 wisudawan yang mengikuti Wisuda Juli ITB Tahun Akademik 2021/2022. Dalam tugas akhirnya, gadis yang punya keahlian membuat komik itu mengangkat tema mengenai budaya tuli di Indonesia. Ia mengaku terinspirasi dari berbagai pengalaman pribadinya sendiri yang kemudian ia visualisasikan.
Salsabilla membuat karya buku ilustrasi landscape lengkap dengan hardcover berukuran A4. Isinya merupakan kompilasi ilustrasi yang memberikan pemahaman mendalam tentang budaya tuli sehingga bisa bersifat edukasional.
Baca: Wujudkan SDGs di Perguruan Tinggi, UEU Gandeng Bappeda, Bank DKI, dan Bappenas
Tugas akhirnya tersebut cukup otentik karena dibuat dari perspektif seorang teman tuli, hal itu karena kebanyakan karya DKV lain bertemakan “tuli” dibuat berdasarkan perspektif seseorang yang dapat mendengar.
Salsabilla mengaku tidak ada kendala dari segi teknik visualisasi karya tugas akhirnya. Alih-alih menurutnya, hal yang cukup sulit adalah mencari sumber literatur yang spesifik dengan karakter bangsa Indonesia secara kredibel. Hal itu menyebabkan adanya kendala dalam wawancara dengan teman-teman tuli untuk penelitiannya.
“Seharusnya ada penelitian lebih detail tentang budaya tuli karakter bangsa Indonesia secara nasional, namun penelitian tersebut masih sedikit. Oleh karena itu, upaya maksimal yang bisa dilakukan adalah focused discussion dengan empat narasumber saja, dan sisanya pengutipan dari artikel atau jurnal internasional tentang budaya tuli di dunia,” ujarnya, dikutip dari laman ITB, Senin (25/7/2022).
Selama menimba ilmu di ITB, Salsabilla mengandalkan visual sepenuhnya. Ia menangkap pembelajaran melalui tulisan-tulisan yang dipresentasikan dosen hingga catatan materi kuliah yang telah dicatat oleh rekan-rekan mahasiswa lainnya.
Dalam metode membaca gerakan bibir, bagi Salsabilla pribadi keakuratannya hanya 30%, sehingga ia lebih mengandalkan visual dan tulisan. Dalam hal ini, ia juga menambahkan terdapat metode preferensi komunikasi yang berbeda-beda di antara teman-teman tuli, tidak semuanya mampu mencerna melalui tulisan dan ada yang lebih nyaman lewat bahasa isyarat.
Maka dari itu, dapat dipertimbangkan layanan Juru Bahasa Isyarat dan dibangunnya UKM "Pusat Layanan Disabilitas" di kampus sehingga bisa mengakomodasi teman-teman disabilitas ke depannya.