IPB Kembangkan Rumpun Ayam Lokal Unggul, Tahan Penyakit dan Tumbuh Cepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peneliti Fakultas Peternakan dan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedia (SKHB) IPB University mengembangkan ayam lokal pedaging unggul IPB D1. Ayam IPB D1 diklaim tahan penyakit, tumbuh cepat dan memiliki daging berantioksidan tinggi sebagai pangan fungsional.
Peneliti yang terlibat dalam perakitan ayam unggul IPB D1 yaitu Prof Cece Sumantri sebagai ketua, Dr Sri Darwati, Prof Niken Ulupi, Prof Sumiati dan Dr Sri Murtini sebagai anggota.
Prof Cece menerangkan, pembentukan ayam IPB D1 merupakan langkah yang sangat strategis. Hal ini karena dalam rangka menjaga ketahanan pangan dan kemandirian pangan protein hewani yang berasal dari ayam lokal di masyarakat pedesaan.
Baca juga: Apakah PKN STAN Ada Asrama untuk Mahasiswa? Simak Jawabannya
Pakar Ayam dari IPB University itu melanjutkan, berkembangnya industri pembibitan, pakan serta teknik budidaya ayam lokal diharapkan dapat mengurangi ketergantungan daging maupun telur dari ayam ras yang bibit dan pakannya masih berbasis impor.
"Dengan demikian, agribisnis peternakan ayam lokal dapat berkembang dengan baik terutama di pedesaan yang secara langsung akan menggerakan perekonomian pedesaan," katanya, melalui siaran pers, Rabu (10/8/2022).
Prof Cece menjelaskan, Ayam IPB D1 dikembangkan oleh Tim Fakultas Peternakan IPB University sejak tahun 2010. Ayam lokal tersebut merupakan persilangan dari jantan F1 (Pelung x Sentul) dengan betina F1 (kampung x Parent Stock Cobb pedaging). Secara genetik, ayam IPB D1 mempunyai komposisi gen ayam pelung : sentul : kampung: Cobb, masing-masing sebesar 25 persen.
Dosen IPB University itu menjelaskan, ayam IPB D1 disilangkan sesamanya sampai generasi ke-5 dan dilakukan seleksi melalui penggunaan genetika molekuler.
Penelitian ayam IPB University untuk bidang Pemuliaan dan Genetika Ternak dikerjakan oleh Prof Cece Sumantri dan Dr Sri Darwati. Sementara, teknik budi daya dikerjakan oleh Prof Niken Ulupi, dan terkait ketahanan penyakit dilakukan oleh Dr Drh Sri Murtini serta untuk bidang pakannya dikerjakan oleh Prof Sumiati.
Tak hanya itu, riset ini juga dilengkapi dengan aspek teknologi hasil ternak oleh Prof Irma Isnafia Arief serta aspek sosial ekonomi peternakan dan pemasarannya oleh Dr Lucia Cyrilla.
Peneliti yang terlibat dalam perakitan ayam unggul IPB D1 yaitu Prof Cece Sumantri sebagai ketua, Dr Sri Darwati, Prof Niken Ulupi, Prof Sumiati dan Dr Sri Murtini sebagai anggota.
Prof Cece menerangkan, pembentukan ayam IPB D1 merupakan langkah yang sangat strategis. Hal ini karena dalam rangka menjaga ketahanan pangan dan kemandirian pangan protein hewani yang berasal dari ayam lokal di masyarakat pedesaan.
Baca juga: Apakah PKN STAN Ada Asrama untuk Mahasiswa? Simak Jawabannya
Pakar Ayam dari IPB University itu melanjutkan, berkembangnya industri pembibitan, pakan serta teknik budidaya ayam lokal diharapkan dapat mengurangi ketergantungan daging maupun telur dari ayam ras yang bibit dan pakannya masih berbasis impor.
"Dengan demikian, agribisnis peternakan ayam lokal dapat berkembang dengan baik terutama di pedesaan yang secara langsung akan menggerakan perekonomian pedesaan," katanya, melalui siaran pers, Rabu (10/8/2022).
Prof Cece menjelaskan, Ayam IPB D1 dikembangkan oleh Tim Fakultas Peternakan IPB University sejak tahun 2010. Ayam lokal tersebut merupakan persilangan dari jantan F1 (Pelung x Sentul) dengan betina F1 (kampung x Parent Stock Cobb pedaging). Secara genetik, ayam IPB D1 mempunyai komposisi gen ayam pelung : sentul : kampung: Cobb, masing-masing sebesar 25 persen.
Dosen IPB University itu menjelaskan, ayam IPB D1 disilangkan sesamanya sampai generasi ke-5 dan dilakukan seleksi melalui penggunaan genetika molekuler.
Penelitian ayam IPB University untuk bidang Pemuliaan dan Genetika Ternak dikerjakan oleh Prof Cece Sumantri dan Dr Sri Darwati. Sementara, teknik budi daya dikerjakan oleh Prof Niken Ulupi, dan terkait ketahanan penyakit dilakukan oleh Dr Drh Sri Murtini serta untuk bidang pakannya dikerjakan oleh Prof Sumiati.
Tak hanya itu, riset ini juga dilengkapi dengan aspek teknologi hasil ternak oleh Prof Irma Isnafia Arief serta aspek sosial ekonomi peternakan dan pemasarannya oleh Dr Lucia Cyrilla.