Sjarif Thajeb, Rektor Universitas Indonesia Pertama dengan Latar Belakang Militer
loading...
A
A
A
JAKARTA - Letnan Jenderal TNI Purn. Dr. HC. dr. Teuku Mohammad Sjarif Thajeb menjadi Rektor Universitas Indonesia (UI) pertama yang memiliki latar belakang militer. Sjarif Thajeb memiliki masa jabatan selama dua tahun, dimulai dari tahun 1962 - 1964 mengganti Rektor UI sebelumnya, yakni Prof. Dr. Soedjono Djoened Poesponegoro.
Sjarif Thajeb merupakan anak pertama dari seorang uleebalang (hulubalang) atau pahlawan zaman Hindia Belanda Teuku Chik Muhammad Thayeb. Sjarif Thajeb lahir di Peureulak, Aceh pada 7 Juli 1920 dan memperoleh gelar "Teuku" dari sang ayah.
Selama hidupnya, Sjarif Thajeb menempuh pendidikan di Geneeskundige Hogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Aceh, Ika Dai Gaku atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, Harvard Medical School di Amerika Serikat, Pediatrics School of Medicine Temple University di California, dan mendapat gelar Doktor Honoris Causa (Dr HC.) di Mindanao University dan The Philippine Women's University, Filipina.
Sjarif Thajeb pun tercatat mengikuti pendidikan militer di Sekolah Staf Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung. Seraya menempuh pendidikan, Ia juga aktif dalam gerakan politik guna membantu perjuangan Indonesia secara sembunyi-sembunyi (gerakan bawah tanah).
Dengan latar belakang pendidikan di bidang kedokteran serta militer, Sjarif Thajeb memulai kariernya di lingkungan TNI sebagai dokter militer yang turut ikut dalam penumpasan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, upaya pendirian Republik Maluku Selatan (RMS), dan akhirnya Sjarif Thajeb ditugaskan di Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja (KMKB-DR) Divisi Siliwangi.
Kemudian, Ia menjadi Kepala Bank dan Laboratorium Darah Angkatan Darat serta menjadi Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo di Jakarta selama tahun 1961 - 1962.
Sebelum menjabat sebagai Rektor UI ke-5 dengan masa jabatan tahun 1962 - 1964, Ia sudah menjadi dosen di Fakultas Kedokteran bagian Anak. Dilanjut dengan menjabat sebagai Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia (PTIP) ke-2 dengan masa jabatan selama tiga tahun, dimulai dari tanggal 27 Agustus 1964 - 24 Februari 1966.
Memasuki masa transisi, Sjarif Thajeb terpilih menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) di tahun 1966 - 1971. Setelah tugasnya sebagai Wakil Ketua DPR-GR usai, Ia ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dan Brazil di Washington, pada tahun 1971 - 1974.
Kariernya pun terus meningkat, Ia terpilih menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-16 pada Kabinet Pembangunan II dengan masa jabatan 22 Januari 1974 - 29 Maret 1978.
Ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia menggantikan Adam Malik dengan masa jabatan selama beberapa bulan, dimulai dari 1 Oktober 1977 - 29 Maret 1978.
Serta, dipromosikan menjadi Anggota Badan Pelaksana United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di tahun 1967 - 1980, Presiden (Chairman) Southeast Asian Ministers of Education Council (SEAMEC) Conference atau Konferensi Dewan Menteri Pendidikan Asia Tenggara di tahun 1977.
Terakhir, Ia termasuk dalam Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) di tahun 1978 - 1983 dan kembali tergabung pada tahun 1983 - 1988.
Semasa Sjarif Thajeb menjabat sebagai Menteri PTIP, Ia mensponsori berdirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), membangun 16.000 gedung sekolah dengan 96.000 ruang kelas di berbagai kawasan terpencil, keringanan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), menyediakan beasiswa kepada 7.757 peserta didik di berbagai jenjang, serta beragam kebijakan yang meningkatkan taraf pendidikan dan budaya di Indonesia.
Terakhir, Sjarif Thajeb menjadi berbagai pimpinan, seperti Ketua Konferensi Pediatrics Asia Afrika, Ketua Pendidikan Tinggi Asia Tenggara (ASA IHL), Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Ketua Pembangunan Provinsi Aceh. Sjarif Thajeb tutup usia pada 11 November 1989 di umur 69 tahun.
(MG/Afridha Khalila)
Sjarif Thajeb merupakan anak pertama dari seorang uleebalang (hulubalang) atau pahlawan zaman Hindia Belanda Teuku Chik Muhammad Thayeb. Sjarif Thajeb lahir di Peureulak, Aceh pada 7 Juli 1920 dan memperoleh gelar "Teuku" dari sang ayah.
Selama hidupnya, Sjarif Thajeb menempuh pendidikan di Geneeskundige Hogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Aceh, Ika Dai Gaku atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, Harvard Medical School di Amerika Serikat, Pediatrics School of Medicine Temple University di California, dan mendapat gelar Doktor Honoris Causa (Dr HC.) di Mindanao University dan The Philippine Women's University, Filipina.
Sjarif Thajeb pun tercatat mengikuti pendidikan militer di Sekolah Staf Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung. Seraya menempuh pendidikan, Ia juga aktif dalam gerakan politik guna membantu perjuangan Indonesia secara sembunyi-sembunyi (gerakan bawah tanah).
Dengan latar belakang pendidikan di bidang kedokteran serta militer, Sjarif Thajeb memulai kariernya di lingkungan TNI sebagai dokter militer yang turut ikut dalam penumpasan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, upaya pendirian Republik Maluku Selatan (RMS), dan akhirnya Sjarif Thajeb ditugaskan di Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja (KMKB-DR) Divisi Siliwangi.
Kemudian, Ia menjadi Kepala Bank dan Laboratorium Darah Angkatan Darat serta menjadi Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo di Jakarta selama tahun 1961 - 1962.
Sebelum menjabat sebagai Rektor UI ke-5 dengan masa jabatan tahun 1962 - 1964, Ia sudah menjadi dosen di Fakultas Kedokteran bagian Anak. Dilanjut dengan menjabat sebagai Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia (PTIP) ke-2 dengan masa jabatan selama tiga tahun, dimulai dari tanggal 27 Agustus 1964 - 24 Februari 1966.
Memasuki masa transisi, Sjarif Thajeb terpilih menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) di tahun 1966 - 1971. Setelah tugasnya sebagai Wakil Ketua DPR-GR usai, Ia ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dan Brazil di Washington, pada tahun 1971 - 1974.
Kariernya pun terus meningkat, Ia terpilih menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-16 pada Kabinet Pembangunan II dengan masa jabatan 22 Januari 1974 - 29 Maret 1978.
Ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia menggantikan Adam Malik dengan masa jabatan selama beberapa bulan, dimulai dari 1 Oktober 1977 - 29 Maret 1978.
Serta, dipromosikan menjadi Anggota Badan Pelaksana United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di tahun 1967 - 1980, Presiden (Chairman) Southeast Asian Ministers of Education Council (SEAMEC) Conference atau Konferensi Dewan Menteri Pendidikan Asia Tenggara di tahun 1977.
Terakhir, Ia termasuk dalam Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) di tahun 1978 - 1983 dan kembali tergabung pada tahun 1983 - 1988.
Semasa Sjarif Thajeb menjabat sebagai Menteri PTIP, Ia mensponsori berdirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), membangun 16.000 gedung sekolah dengan 96.000 ruang kelas di berbagai kawasan terpencil, keringanan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), menyediakan beasiswa kepada 7.757 peserta didik di berbagai jenjang, serta beragam kebijakan yang meningkatkan taraf pendidikan dan budaya di Indonesia.
Terakhir, Sjarif Thajeb menjadi berbagai pimpinan, seperti Ketua Konferensi Pediatrics Asia Afrika, Ketua Pendidikan Tinggi Asia Tenggara (ASA IHL), Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Ketua Pembangunan Provinsi Aceh. Sjarif Thajeb tutup usia pada 11 November 1989 di umur 69 tahun.
(MG/Afridha Khalila)
(mpw)