Peringati Hari Santri, Kemenag Gelar Simposium Pemikiran Santri Selama 3 Hari di Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Simposium Khazanah Pemikiran Santri dan Kajian Pesantren di Jakarta. Acara ini digelar selama tiga hari, mulai hari ini, Jumat (21/10) hingga Minggu (31/10/2022).
Simposium ini akan menghadirkan para praktisi dan pemerhati dunia pesantren dari berbagai daerah di Indonesia. Simposium ini dikenal dengan nama Mu'tamad, singkatan dari al-Multaqa al-Sanawiy li al-Bahts ‘an Afkar at-Thullab wa Dirasat Pisantrin”.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas hadir sebagai keynote speaker, yang tampil di sela-sela paralel session. Simposium nasional ini menjadi etalase pemikiran keislaman yang merupakan perasan dari paper-paper bermutu dari berbagai pesantren di Indonesia.
Pesantren banyak berkontribusi pada acara ini karena selama ini telah dikenal sebagai sentra kajian agama. Pada sesi special panel, beberapa ulama terkemuka memberikan paparannya. Di antaranya KH. Masdar Farid Mas'udi, KH. Rumadi Ahmad, dan KH. M. Asrorun Ni’am.
Pada paralel panel, yang akan menyampaikan temuan-temuannya adalah para panelis muda dari berbagai daerah.
Kegiatan ini digelar dalam rangkaian Peringatan Hari Santri 2022 dan masih mengusung tema yang sama, yaitu “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Waryono Abdul Ghafur mengungkapkan, kegiatan ini menjadi ajang konsensus pemikiran para praktisi, peneliti dan pemerhati pesantren di Indonesia, meliputi santri/mahasantri, alumnus pesantren, dan penggiat literasi Islam.
Setiap tahun studi Islam di pesantren menemukan pemikiran dan gagasan baru dalam khazanah keislaman. Pemikiran dan gagasan baru inilah yang ditampilkan dalam forum Mu'tamad.
Materi-materi dihimpun panitia melalui mekanisme call paper yang sudah harus disubmit sebelumnya, lalu dilakukan seleksi.
"Materi terbaik yang lulus seleksi itulah yang akan dipresentasikan dan didiskusikan di hadapan audiens," kata Waryono saat melakukan soft opening acara di Sunlake Hotel, Jakarta (21/10/2022).
Menurut Waryono, kegiatan simposium ini terbagi dalam empat agenda utama, yaitu special pannels, parallel session, bedah buku, dan bedah tokoh.
Pada paralel session, terdapat tujuh tema penting yang akan dikupas oleh pemakalah terpilih, antara lain, Sui Generis dalam Tradisi Pendidikan Pesantren, Pesantren dan Ketahanan Nasional: Pangan, Energi dan Kesehatan, dan Strategi dan Kontribusi Pesantren dalam Penguatan Moderasi Beragama.
Kemudian, Pesantren Ramah Anak dan Disabilitas, Pesantren dan Lingkungan Hidup, Kemandirian Ekonomi Pesantren, serta Pesantren dan Tantang Fikih Minoritas.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, M. Ali Ramdhani berharap acara ini dapat melahirkan ide-ide baru terkait Islam kekinian di era digital.
"Ini dapat dijadikan momentum kebangkitan pemikiran pesantren, yang selama ini telah berjuang mempertahankan khazanah keislaman dalam tradisi yang kuat," katanya.
Guru besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini mengatakan, bangsa ini memerlukan kontribusi positif dari pesantren yang indigenousitasnya telah melahirkan generasi bangsa yang berkontribusi signifikan mengiringi pembangunan Indonesia.
"Pertemuan ini dapat menjadi perjamuan ilmiah bagi para praktisi keislaman agar lebih siap menyambut era teknlogi digital," pungkasnya.
Simposium ini akan menghadirkan para praktisi dan pemerhati dunia pesantren dari berbagai daerah di Indonesia. Simposium ini dikenal dengan nama Mu'tamad, singkatan dari al-Multaqa al-Sanawiy li al-Bahts ‘an Afkar at-Thullab wa Dirasat Pisantrin”.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas hadir sebagai keynote speaker, yang tampil di sela-sela paralel session. Simposium nasional ini menjadi etalase pemikiran keislaman yang merupakan perasan dari paper-paper bermutu dari berbagai pesantren di Indonesia.
Pesantren banyak berkontribusi pada acara ini karena selama ini telah dikenal sebagai sentra kajian agama. Pada sesi special panel, beberapa ulama terkemuka memberikan paparannya. Di antaranya KH. Masdar Farid Mas'udi, KH. Rumadi Ahmad, dan KH. M. Asrorun Ni’am.
Pada paralel panel, yang akan menyampaikan temuan-temuannya adalah para panelis muda dari berbagai daerah.
Kegiatan ini digelar dalam rangkaian Peringatan Hari Santri 2022 dan masih mengusung tema yang sama, yaitu “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Waryono Abdul Ghafur mengungkapkan, kegiatan ini menjadi ajang konsensus pemikiran para praktisi, peneliti dan pemerhati pesantren di Indonesia, meliputi santri/mahasantri, alumnus pesantren, dan penggiat literasi Islam.
Setiap tahun studi Islam di pesantren menemukan pemikiran dan gagasan baru dalam khazanah keislaman. Pemikiran dan gagasan baru inilah yang ditampilkan dalam forum Mu'tamad.
Materi-materi dihimpun panitia melalui mekanisme call paper yang sudah harus disubmit sebelumnya, lalu dilakukan seleksi.
"Materi terbaik yang lulus seleksi itulah yang akan dipresentasikan dan didiskusikan di hadapan audiens," kata Waryono saat melakukan soft opening acara di Sunlake Hotel, Jakarta (21/10/2022).
Menurut Waryono, kegiatan simposium ini terbagi dalam empat agenda utama, yaitu special pannels, parallel session, bedah buku, dan bedah tokoh.
Pada paralel session, terdapat tujuh tema penting yang akan dikupas oleh pemakalah terpilih, antara lain, Sui Generis dalam Tradisi Pendidikan Pesantren, Pesantren dan Ketahanan Nasional: Pangan, Energi dan Kesehatan, dan Strategi dan Kontribusi Pesantren dalam Penguatan Moderasi Beragama.
Kemudian, Pesantren Ramah Anak dan Disabilitas, Pesantren dan Lingkungan Hidup, Kemandirian Ekonomi Pesantren, serta Pesantren dan Tantang Fikih Minoritas.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, M. Ali Ramdhani berharap acara ini dapat melahirkan ide-ide baru terkait Islam kekinian di era digital.
"Ini dapat dijadikan momentum kebangkitan pemikiran pesantren, yang selama ini telah berjuang mempertahankan khazanah keislaman dalam tradisi yang kuat," katanya.
Guru besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini mengatakan, bangsa ini memerlukan kontribusi positif dari pesantren yang indigenousitasnya telah melahirkan generasi bangsa yang berkontribusi signifikan mengiringi pembangunan Indonesia.
"Pertemuan ini dapat menjadi perjamuan ilmiah bagi para praktisi keislaman agar lebih siap menyambut era teknlogi digital," pungkasnya.
(mpw)