Deretan Pahlawan Nasional yang Pernah Menjadi Rektor

Selasa, 08 November 2022 - 13:33 WIB
loading...
Deretan Pahlawan Nasional yang Pernah Menjadi Rektor
Rektor pertama UGM, Prof. Dr. M. Sardjito, MPH mendapat anugerah gelar Pahlawan Nasional pada 2019 lalu. Foto/Tangkap layar laman UGM.
A A A
JAKARTA - Kontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya dengan cara turun ke medan perang. Sejumlah tokoh bangsa memiliki andil dalam perjuangan dengan berkiprah di dunia pendidikan, bahkan tercatat sebagai rektor perguruan tinggi.

Kiprah dan kepemimpinan mereka menjadi penting karena lembaga pendidikan adalah institusi yang paling dibutuhkan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut deretan pahlawan nasional yang pernah menjadi rektor.

1.M. Sardjito

Prof Dr Mas Sardjito ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 18 November 2019. Namanya tercatat sebagai pendiri dan rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Ia menjabat sebagai Rektor UGM periode 1949-1961. Selain itu, Sardjito juga pernah menjadi Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) pada 1964-1970. Selain itu, ia juga berperan penting dalam lahirnya Universitas Airlangga di Surabaya, Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang, dan Universitas Andalas di Sumatera Barat.

Baca juga: Guru Besar Unpad Jadi Orang Indonesia Pertama Peraih Penghargaan America-Eurasia Center

Sardjito lahir di Madiun pada 13 Agustus 1889. Setelah lulus dari Stovia pada 1915, ia menjadi dokter di dinas kesehatan kota di Batavia. Semasa hidupnya, Sardjito mengabdikan dirinya di dunia kedokteran. Ia juga banyak melakukan penelitian dan meninggalkan karya-karya di bidang kedokteran. Salah satu peninggalannya yang paling terkenal adalah obat batu ginjal yang hingga saat ini banyak digunakan untuk mengobati penyakit tersebut.

Melalui pengabdiannya kepada Indonesia, Sardjito memperoleh penghargaan “Bintang Gerilya”. Penghargaan tersebut diberikan atas perjuangan gerilyanya dalam rangka membela kemerdekaan Indonesia. Selain itu, ia juga mendapatkan dua penghargaan “Bintang Mahaputera” dan “Bintang Kehormatan Keilmuan”. Atas jasanya pula, nama Sardjito diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Abdul Kahar Muzakir

Prof KH Abdul Kahar Muzakir adalah seorang pemikir Islam yang banyak berkontribusi di dunia pendidikan dan politik. Ia merintis berdirinya Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta dan menjadi rektor pertamanya, pada 1945-1948. Ketika STI bertransformasi menjadi Universitas Islam Indonesia (UII), yang berlokasi di Yogyakarta, Kahar juga menjabat sebagai rektor pertama yakni dari tahun 1948-1960. Ia bahkan tercatat sebagai rektor yang paling lama menjabat di UII.

Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, Abdul Kahar Muzakir pernah menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Selain itu, ia juga menjadi bagian dari ‘panitia kecil’ yang beranggotakan sembilan orang. Mereka bertugas merumuskan kembali pokok-pokok pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 sebagai acuan dasar negara. Abdul Kahar Muzakir lahir di Gading, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta pada 16 April 1907. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 8 November 2019.

Baca juga: Gerhana Bulan Total, UIN Walisongo Adakan Pengamatan di Planetarium dan Observatorium

3. Arnold Mononutu

Prof Arnold Mononutu merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dan dihargai sebagai putra daerah yang gagah berani sekaligus pejuang nasional. Ia lahir di Manado pada 4 Desember 1896 dengan nama Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu. Arnold pernah mengenyam pendidikan di STOVIA, sebelum melanjutkan studi ke Belanda di bidang hukum. Di sana, nasionalismenya tergugah. Ketika pulang ke Tanah Air, Arnold berkiprah dalam pergerakan melawan Belanda.

Perjuangan Arnold Mononutu untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) membuat dirinya ditunjuk untuk memegang beberapa jabatan strategis. Ia pernah menjadi Menteri Penerangan Kabinet RIS tahun 1949-1950, Menteri Penerangan Kabinet Sukiman-Suwirjo, dan Menteri Penerangan pada Kabinet Wilopo. Pada 30 Desember 1949, selaku Menteri Penerangan, Arnold mengukuhkan nama Jakarta sebagai nama baru bagi Kota Batavia.

Di dunia pendidikan, Arnold juga berkontribusi besar. Ia diangkat menjadi rektor ke-3 Universitas Hasanuddin pada 1960-1965. Di masa kepemimpinannya, jumlah fakultas Universitas Hasanuddin bertambah, yang semula hanya tiga menjadi sembilan fakultas. Atas jasa-jasanya, Arnold Mononutu dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 2020.

4. Herman Johannes

Prof Dr Ir Herman Johannes atau kerap ditulis Herman Yohannes merupakan seorang cendekiawan dan politikus Indonesia. Tokoh yang lahir di di Rote, NTT pada 28 Mei 1912 ini mendapatkan gelar insinyur dari Technische Hoogeschool (THS) atau Sekolah Tinggi Teknik di Bandung. Semasa kuliah, ia aktif berorganisasi. Ia juga kerap menulis karangan ilmiah dan dimuat di majalah De Ingeniur in Nederlandsche Indie.

Kiprah Herman dalam kemerdekaan Indonesia cukup banyak. Salah satunya, ia pernah membangun laboratorium persenjataan bagi TNI. Ia berhasil pula membuat sejumlah bahan peledak untuk perang melawan Belanda, termasuk bom asap dan granat tangan. Saat Yogyakarta diserang oleh Belanda, Herman mendapat tugas dari Letkol Soeharto untuk menghancurkan jembatan-jembatan penghubung Yogya dengan kota-kota lain guna menghalau musuh.

Pada 1961, Herman dikukuhkan sebagai rektor Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia menempati posisi tersebut hingga tahun 1966. Setelah itu, ia menjabat Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota Dewan Pertimbangan Agung RI (1968-1978), dan Menteri Pekerjaan Umum (1950-1951). Herman Johannes mendapat gelar pahlawan nasional pada 2009.


Demikian empat pahlawan nasional yang pernah memimpin perguruan tinggi di Tanah Air. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1460 seconds (0.1#10.140)