Kisah Wicak, Berprestasi sejak SD Mengantarnya Raih Beasiswa Unggulan Kuliah di IPB
loading...
A
A
A
Begitu banyak prestasi yang diraih mahasiswa semester 7 IPB University semasa kuliahnya, selain Pimnas, beberapa prestasi lainnya adalah First Winner of Paper Competition of The 3rd International Conference on Animal Science and Veterinary Medicine for Student (ICAVETS) 2022 held by Faculty of Veterinary Medicine Universitas Brawijaya, 1st Winner kategori Essay Competition dalam International E-Learning Essay Competition (IEC) 2022 tingkat internasional oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, First Winner kategori Oral Presentation Competition dalam International E-Learning Essay Competition (IEC) 2022 tingkat internasional oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret, dan masih ada 26 prestasi lainnya baik sebagai peserta, finalis, dan pemenang.
Baginya, tujuan-tujuan kecil yang diperolehnya dari ajang Pimnas lebih penting dibandingkan dengan pencapaian dan prestasi yang sudah diraihnya. “Saya lebih senang atas tujuan-tujuan dan dampak-dampak kecil dari proses tersebut bagi saya dan orang lain. Saat side effect atau tujuan kecil sudah saya raih, biasanya saya akan nothing to lose saja dalam melanjutkan kompetisi,” tutur Wicak.
Tentu perjalanannya tidak selalu mulus. Ia pernah mengalami lelah untuk berprestasi yang disebabkan oleh orang-orang disekitarnya yang tidak ingin mengerti mengenai kondisi yang dialaminya terutama dari sisi pembagian waktu dan pemahaman materi yang lebih ekstra. Selain itu, sebagai anak muda, Wicak juga merasa keteteran dalam menyeimbangkan pembagian waktu dan mengelola emosi untuk kehidupan kuliah, kompetisi, dan lainnya. Namun, semangatnya selalu kembali membara setelah memikirkan kebahagiaan dan senyuman orang-orang terdekatnya saat melihatnya berprestasi.
Motivasi terbesarnya dalam berprestasi adalah reaksi orang-orang disekitarnya terutama keluarga. Ayah dan ibunya yang memiliki usaha warung makan kecil-kecilan selalu mendukung penuh yang dilakukannya. Meskipun berasal dari keluarga kurang mampu, ia berusaha menunjukkan dirinya agar tidak dapat diremehkan oleh orang lain. “Tidak banyak harta yang kami miliki, jadi saya bertekad menjadi harta terbaik yang bisa selalu mereka banggakan,” ungkap Wicak.
Mahasiswa kedokteran hewan ini juga memiliki cara lain untuk mengembalikan semangatnya. “Dengan ‘mengejek’ dan ‘meremehkan’ diri sendiri ketika berada di titik terendah, sehingga diri saya sendiri tidak terima lalu membuktikan bahwa kualitas diri saya tidak serendah apa yang saya pikirkan,” pungkas Wicak.
Baginya, tujuan-tujuan kecil yang diperolehnya dari ajang Pimnas lebih penting dibandingkan dengan pencapaian dan prestasi yang sudah diraihnya. “Saya lebih senang atas tujuan-tujuan dan dampak-dampak kecil dari proses tersebut bagi saya dan orang lain. Saat side effect atau tujuan kecil sudah saya raih, biasanya saya akan nothing to lose saja dalam melanjutkan kompetisi,” tutur Wicak.
Tentu perjalanannya tidak selalu mulus. Ia pernah mengalami lelah untuk berprestasi yang disebabkan oleh orang-orang disekitarnya yang tidak ingin mengerti mengenai kondisi yang dialaminya terutama dari sisi pembagian waktu dan pemahaman materi yang lebih ekstra. Selain itu, sebagai anak muda, Wicak juga merasa keteteran dalam menyeimbangkan pembagian waktu dan mengelola emosi untuk kehidupan kuliah, kompetisi, dan lainnya. Namun, semangatnya selalu kembali membara setelah memikirkan kebahagiaan dan senyuman orang-orang terdekatnya saat melihatnya berprestasi.
Motivasi terbesarnya dalam berprestasi adalah reaksi orang-orang disekitarnya terutama keluarga. Ayah dan ibunya yang memiliki usaha warung makan kecil-kecilan selalu mendukung penuh yang dilakukannya. Meskipun berasal dari keluarga kurang mampu, ia berusaha menunjukkan dirinya agar tidak dapat diremehkan oleh orang lain. “Tidak banyak harta yang kami miliki, jadi saya bertekad menjadi harta terbaik yang bisa selalu mereka banggakan,” ungkap Wicak.
Mahasiswa kedokteran hewan ini juga memiliki cara lain untuk mengembalikan semangatnya. “Dengan ‘mengejek’ dan ‘meremehkan’ diri sendiri ketika berada di titik terendah, sehingga diri saya sendiri tidak terima lalu membuktikan bahwa kualitas diri saya tidak serendah apa yang saya pikirkan,” pungkas Wicak.
Lihat Juga :