FMIPA UI Kembangkan Pendeteksi Longsor Jarak Jauh Berbasis Internet of Things
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim Peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia ( FMIPA UI ) mengembangkan Landslide 2.0, yaitu Landslide Early Warning System (LEWS) untuk pemantauan tanah longsor secara online.
Inovasi keren ini dikembangkan oleh tim dari FMIPA UI yang terdiri atas Dr. Parluhutan Manurung (Geografi), Dr. Supriyanto (Geosains), dan Iskandar Koto, M.Sc. (Geosains).
Dengan mendeteksi perubahan jarak dan kemiringan di daerah rawan longsor , sistem peringatan dini ini menggunakan sensor laser distance yang dioperasikan secara terus-menerus dari lokasi pantau melalui transmisi data komunikasi cellular atau komunikasi Internet of Things (IoT).
Desain, komponen, dan cara kerja Landslide 2.0 dibuat seringkas mungkin agar lebih terjangkau mengingat longsor terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Sistem peringatan ini dibuat lebih praktis agar masyarakat dari berbagai kalangan dapat mengoperasikannya.
Selain itu, Landslide 2.0 dilengkapi radio untuk menjangkau daerah terpencil yang tidak memperoleh akses telekomunikasi, serta dilengkapi panel surya kecil berukuran 12 watt peak (WP) sebagai sumber energi ramah lingkungan. Dengan perawatan yang baik, alat ini dapat tetap optimal digunakan dalam kurun lima tahun.
Cara kerja Landslide 2.0 adalah dengan memantau perubahan jarak atau retakan sebagai indikasi pergerakan tanah melalui sensor laser rangefinder yang ditempatkan di satu sisi tiang pantau. Kerumitan perubahan ini perlu dikonfirmasi dengan pemantauan vertikalitas atau ketegakan tiang pantau.
Apabila perubahan jarak yang diukur telah melampaui ambang batas, sistem akan memberikan peringatan agar user menghindari daerah rawan longsor. Hasil pemantauan juga ditransfer ke sistem cloud server untuk ditampilkan secara daring dan real time pada website.
Inovasi keren ini dikembangkan oleh tim dari FMIPA UI yang terdiri atas Dr. Parluhutan Manurung (Geografi), Dr. Supriyanto (Geosains), dan Iskandar Koto, M.Sc. (Geosains).
Dengan mendeteksi perubahan jarak dan kemiringan di daerah rawan longsor , sistem peringatan dini ini menggunakan sensor laser distance yang dioperasikan secara terus-menerus dari lokasi pantau melalui transmisi data komunikasi cellular atau komunikasi Internet of Things (IoT).
Desain, komponen, dan cara kerja Landslide 2.0 dibuat seringkas mungkin agar lebih terjangkau mengingat longsor terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Sistem peringatan ini dibuat lebih praktis agar masyarakat dari berbagai kalangan dapat mengoperasikannya.
Selain itu, Landslide 2.0 dilengkapi radio untuk menjangkau daerah terpencil yang tidak memperoleh akses telekomunikasi, serta dilengkapi panel surya kecil berukuran 12 watt peak (WP) sebagai sumber energi ramah lingkungan. Dengan perawatan yang baik, alat ini dapat tetap optimal digunakan dalam kurun lima tahun.
Cara kerja Landslide 2.0 adalah dengan memantau perubahan jarak atau retakan sebagai indikasi pergerakan tanah melalui sensor laser rangefinder yang ditempatkan di satu sisi tiang pantau. Kerumitan perubahan ini perlu dikonfirmasi dengan pemantauan vertikalitas atau ketegakan tiang pantau.
Apabila perubahan jarak yang diukur telah melampaui ambang batas, sistem akan memberikan peringatan agar user menghindari daerah rawan longsor. Hasil pemantauan juga ditransfer ke sistem cloud server untuk ditampilkan secara daring dan real time pada website.