Mahasiswa Jaman Sekarang Memprihatinkan
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Beni Pramula menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi pemudan dan mahasiwa. Sebagai salah satu bagian dari masyarakat yang bertanggung jawab terhadap jalannya pemerintahan, pemuda dan mahasiswa kini banyak yang apatis dan terkungkung oleh sistem pembelajaran kampus yang menyekat mahasiswa dari persoalan masyarakat.
“Melihat kondisi mahasiswa saat ini sangat memprihatinkan. Terlibat obat-obatan terlarang narkoba, seks bebas. Bahkan agama sekalipun dianggap sebagai barang kuno yang harus dimuseumkan,” kata Beni Pramula dalam diskusi bertajuk Negara Darurat, Mahasiswa dan Pemuda Kemana? di Kantor Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (12/10/2015).
Dalam sebuah riset kecil yang dia lakukan, Beni membagi mahasiswa dalam lima karakter. Pertama mahasiswa akademis, yakni mahasiswa yang berorientasi semata-mata pada urusan akademis.
"Datang ke kampus, belajar, lalu ke perpustakaan, dengan harapan mendapatkan IPK tinggi dan lulus mendapatkan pekerjaan layak," kata Beni.
Kedua mahasiswa romantis. Mahasiswa semacam ini, kata Beni, terlihat dari tampilannya yang necis dalam rangka menggaet lawan jenis. Datang ke kampus dengan tampilan rambut klimis tetapi otaknya nol. "Kepeduliannya kepada masyarakat juga nol," katanya.
Tipe ketiga, lanjut Beni, yakni mahasiswa hedonis. Tampil dari rumah dengan segala kemewahannya. Tetapi di perjalanan berbelok arah dan lebih memilih nongkrong di kafe-kafe dan tempat lainnya.
Keempat tipe agamis. Dia hanya mengedepankan hubungannya kepada Tuhan. Datang ke kampus, ke masjid dan senantiasa mendekatkan diri dengan iktikaf. Mahasiswa ini sibuk urusan rohani tapi melupakan masalah sosial.
Kelima adalah tipe organisatoris. Mereka aktif di gerakan kemahasiswaan sebagai aktivis, memadukan studi yang penuh dengan teori dengan praktiknya di lapangan.
"Agar mahasiswa menjadi agen perubahan maka harus menjadikan tiga tipe dalam satu-kesatuan. Masing-masing tipe mahasiswa akademis, agamis dan organisatoris," ungkap Beni.
“Melihat kondisi mahasiswa saat ini sangat memprihatinkan. Terlibat obat-obatan terlarang narkoba, seks bebas. Bahkan agama sekalipun dianggap sebagai barang kuno yang harus dimuseumkan,” kata Beni Pramula dalam diskusi bertajuk Negara Darurat, Mahasiswa dan Pemuda Kemana? di Kantor Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (12/10/2015).
Dalam sebuah riset kecil yang dia lakukan, Beni membagi mahasiswa dalam lima karakter. Pertama mahasiswa akademis, yakni mahasiswa yang berorientasi semata-mata pada urusan akademis.
"Datang ke kampus, belajar, lalu ke perpustakaan, dengan harapan mendapatkan IPK tinggi dan lulus mendapatkan pekerjaan layak," kata Beni.
Kedua mahasiswa romantis. Mahasiswa semacam ini, kata Beni, terlihat dari tampilannya yang necis dalam rangka menggaet lawan jenis. Datang ke kampus dengan tampilan rambut klimis tetapi otaknya nol. "Kepeduliannya kepada masyarakat juga nol," katanya.
Tipe ketiga, lanjut Beni, yakni mahasiswa hedonis. Tampil dari rumah dengan segala kemewahannya. Tetapi di perjalanan berbelok arah dan lebih memilih nongkrong di kafe-kafe dan tempat lainnya.
Keempat tipe agamis. Dia hanya mengedepankan hubungannya kepada Tuhan. Datang ke kampus, ke masjid dan senantiasa mendekatkan diri dengan iktikaf. Mahasiswa ini sibuk urusan rohani tapi melupakan masalah sosial.
Kelima adalah tipe organisatoris. Mereka aktif di gerakan kemahasiswaan sebagai aktivis, memadukan studi yang penuh dengan teori dengan praktiknya di lapangan.
"Agar mahasiswa menjadi agen perubahan maka harus menjadikan tiga tipe dalam satu-kesatuan. Masing-masing tipe mahasiswa akademis, agamis dan organisatoris," ungkap Beni.
(hyk)