Ratusan Pelajar Pamer Inovasi di SMART LAB Innovation Fair
A
A
A
JAKARTA - Lebih dari seratus pelajar SMA yang memiliki talenta dan bakat sebagai innovator maupun maker di bidang Science, Technology, Engineering, dan Math (STEM) memamerkan hasil kreasi dan inovasinya pada Innovation Fair 2016 (#INF2016) yang diselenggarakan oleh Sampoerna University di Jakarta, Sabtu (12/3/2016).
Adapun pelajar yang ikut berpartisipasi itu adalah mereka yang pernah menjadi peserta dan telah terinspirasi oleh program Science Mathematics and Art Laboratory (SMART LAB), sebuah inisiatif dari Putera Sampoerna Foundation sejak 2013, yang didukung pula United States Agency for International Development (USAID) bekerjasama dengan Intel Indonesia, The New York Hall of Science (NYSCi), and Tuft University-New York.
Secara keseluruhan, program SMART LAB selama satu hari ini diikuti oleh 600 peserta, yang terdiri dari pelajar dan anggota komunitas sains di Jakarta dan sekitarnya.
Rektor Sampoerna University Wahdi Salasi April Yudhi mengatakan, dalam dua tahun masa penyelenggaraan program SMART Lab telah berhasil menunjukkan hasil positif. "Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya minat para pelajar untuk bergabung dalam program STEM dan mempelajarinya melalui metode ajar yang inovatif, atraktif dan dinamis,” ujar Wahdi.
Dia menambahkan, hal tersebut pula yang kemudian mendorong terselenggaranya Innovation Fair 2016, dimana acara ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para peserta program SMART Lab yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia untuk menampilkan berbagai inovasi di bidang teknologi yang telah mereka ciptakan.
Menurut Acting Mission Director USAID Patrick Wilson, SMART LAB Innovation Fair mendapat dukungan pendanaan dari lembaga USAID sebesar USD 1,5 juta, yang juga berkontribusi memberikan bantuan ide, technical assistance dan mendukung kerja sama dengan universitas dan perusahaan dari Amerika.
Lanjut Patrick, Sains, Teknologi, Inovasi dan Kemitraan merupakan elemen yang penting untuk menghadapi tantangan pembangunan. "Melalui kerja sama yang terjalin antara institusi pendidikan tinggi di Indonesia dan Amerika, kami berupaya untuk menginsipirasi para pendidik untuk mengajarkan pendidikan STEM di dalam kelas, serta membekali mereka dengan keterampilan dan fasilitas yang lebih baik dalam mengajarkannya," ucap Patrick.
Dirinya mengklaim pihaknya memberi pelatihan mengenai metode kreatif pengajaran dan menciptakan area bagi para maker di sekolah, dengan harapan dapat menumbuhkan keinginan para pelajar untuk aktif terlibat dan tertarik mengetahui lebih banyak lagi.
SMART LAB Innovation Fair adalah satu dari 16 kerja sama yang USAID miliki dengan universitas-universitas lain di Indonesia.
Selain menampilkan produk berbasis STEM yang diciptakan oleh peserta SMART LAB, acara ini juga menghadirkan berbagai workshop, seperti pembuatan robot fungsional dengan Lego Mindstorms, pembuatan buzz bot menggunakan bahan-bahan sederhana, menciptakan “rumah pintar” dengan Intel Galileo, serta memodifikasi alat musik.
Seluruh rangkaian kegiatan dikemas dengan kegiatan menarik, sehingga para peserta dapat terinspirasi dan termotivasi untuk menciptakan lebih banyak inovasi di bidang teknologi di masa depan. SMART LAB telah bekerja sama dengan empat sekolah menengah di Jakarta dan Malang sebagai sekolah percontohan dengan memperkuat kurikulum dan praktek berbasis STEM.
Hingga saat ini, program ini telah menyebarluaskan pelatihan STEM kepada 1.276 guru dan 7.642 siswa SMA dari 230 sekolah di Jakarta, Bogor, Malang, Batu, Cianjur, Cilegon, Garut dan Bandung.
Corporate Affair Manager di Intel Indonesia Corporation Widyasari Listyowulan mengatakan, salah satu alasan Intel mendukung program ini adalah karena perusahaan ini adalah perusahaan teknologi, yang sangat membutuhkan masukan-masukan dari anak muda yang betul-betul fresh dan inovative.
Widyasari menambahkan, visi intel dan yang menjadi pilar utama Intel adalah bagaimana menciptakan lebih banyak next generation inovator. "Jadi kami percaya Indonesia membutuhkan innovator, lebih banyak creator dan orang-orang yg punya akses ke teknologi dan punya wadah untuk menunjukkan kreasi mereka dan kami rasa Smart Lab ini adalah salah satu media yang tepat untuk berkolaborasi," katanya.
Intel membantu program ini tidak hanya dari sisi tambahan dana, tapi juga memberikan keahliannya, memberikan pelatihan untuk meningkatkan inovasi pelajar Indonesia.
“Kami dari industri kami berharap ini bisa menjadi portfolio dimana pemerintah dan perusahaan swasta bisa bekerja sama untuk memberikan wahana bagi anak-anak Indonesia untuk ber-eksperimen dan menciptakan sesuatu," kata Country Manager Intel Indonesia Harry K Nugraha.
Lebih lanjut dia mengatakan Intel telah berada di garda depan dalam hal inovasi lokal dan global. Meneruskan hal tersebut, dia mengklaim, pihaknya ingin memprakarsai kemajuan teknologi melalui kolaborasi bersama Putera Sampoerna Foundation, USAID, New York Hall of Science (NYSci) dan Tufts University, dengan mengadakan Innovation Fair 2016, sebuah forum bagi para peserta program Lab SMART untuk menampilkan inovasi teknologi yang telah mereka ciptakan," katanya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Akademik di Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Paulina Pannen mengatakan pemerintah sedang merevisi banyak aturan yang dirasakan kurang mendukung terhadap proses kerjasama penelitian antara perguruan tinggi dan industri.
“Misalnya penelitian kita galakkan, tapi aturannya ternyata kurang mendukung, jadi sekarang kita sedang merevisi aturan-aturan tersebut supaya penelitian lebih bergairah lagi di perguruan tinggi,” ujar Paulina.
Adapun pelajar yang ikut berpartisipasi itu adalah mereka yang pernah menjadi peserta dan telah terinspirasi oleh program Science Mathematics and Art Laboratory (SMART LAB), sebuah inisiatif dari Putera Sampoerna Foundation sejak 2013, yang didukung pula United States Agency for International Development (USAID) bekerjasama dengan Intel Indonesia, The New York Hall of Science (NYSCi), and Tuft University-New York.
Secara keseluruhan, program SMART LAB selama satu hari ini diikuti oleh 600 peserta, yang terdiri dari pelajar dan anggota komunitas sains di Jakarta dan sekitarnya.
Rektor Sampoerna University Wahdi Salasi April Yudhi mengatakan, dalam dua tahun masa penyelenggaraan program SMART Lab telah berhasil menunjukkan hasil positif. "Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya minat para pelajar untuk bergabung dalam program STEM dan mempelajarinya melalui metode ajar yang inovatif, atraktif dan dinamis,” ujar Wahdi.
Dia menambahkan, hal tersebut pula yang kemudian mendorong terselenggaranya Innovation Fair 2016, dimana acara ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para peserta program SMART Lab yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia untuk menampilkan berbagai inovasi di bidang teknologi yang telah mereka ciptakan.
Menurut Acting Mission Director USAID Patrick Wilson, SMART LAB Innovation Fair mendapat dukungan pendanaan dari lembaga USAID sebesar USD 1,5 juta, yang juga berkontribusi memberikan bantuan ide, technical assistance dan mendukung kerja sama dengan universitas dan perusahaan dari Amerika.
Lanjut Patrick, Sains, Teknologi, Inovasi dan Kemitraan merupakan elemen yang penting untuk menghadapi tantangan pembangunan. "Melalui kerja sama yang terjalin antara institusi pendidikan tinggi di Indonesia dan Amerika, kami berupaya untuk menginsipirasi para pendidik untuk mengajarkan pendidikan STEM di dalam kelas, serta membekali mereka dengan keterampilan dan fasilitas yang lebih baik dalam mengajarkannya," ucap Patrick.
Dirinya mengklaim pihaknya memberi pelatihan mengenai metode kreatif pengajaran dan menciptakan area bagi para maker di sekolah, dengan harapan dapat menumbuhkan keinginan para pelajar untuk aktif terlibat dan tertarik mengetahui lebih banyak lagi.
SMART LAB Innovation Fair adalah satu dari 16 kerja sama yang USAID miliki dengan universitas-universitas lain di Indonesia.
Selain menampilkan produk berbasis STEM yang diciptakan oleh peserta SMART LAB, acara ini juga menghadirkan berbagai workshop, seperti pembuatan robot fungsional dengan Lego Mindstorms, pembuatan buzz bot menggunakan bahan-bahan sederhana, menciptakan “rumah pintar” dengan Intel Galileo, serta memodifikasi alat musik.
Seluruh rangkaian kegiatan dikemas dengan kegiatan menarik, sehingga para peserta dapat terinspirasi dan termotivasi untuk menciptakan lebih banyak inovasi di bidang teknologi di masa depan. SMART LAB telah bekerja sama dengan empat sekolah menengah di Jakarta dan Malang sebagai sekolah percontohan dengan memperkuat kurikulum dan praktek berbasis STEM.
Hingga saat ini, program ini telah menyebarluaskan pelatihan STEM kepada 1.276 guru dan 7.642 siswa SMA dari 230 sekolah di Jakarta, Bogor, Malang, Batu, Cianjur, Cilegon, Garut dan Bandung.
Corporate Affair Manager di Intel Indonesia Corporation Widyasari Listyowulan mengatakan, salah satu alasan Intel mendukung program ini adalah karena perusahaan ini adalah perusahaan teknologi, yang sangat membutuhkan masukan-masukan dari anak muda yang betul-betul fresh dan inovative.
Widyasari menambahkan, visi intel dan yang menjadi pilar utama Intel adalah bagaimana menciptakan lebih banyak next generation inovator. "Jadi kami percaya Indonesia membutuhkan innovator, lebih banyak creator dan orang-orang yg punya akses ke teknologi dan punya wadah untuk menunjukkan kreasi mereka dan kami rasa Smart Lab ini adalah salah satu media yang tepat untuk berkolaborasi," katanya.
Intel membantu program ini tidak hanya dari sisi tambahan dana, tapi juga memberikan keahliannya, memberikan pelatihan untuk meningkatkan inovasi pelajar Indonesia.
“Kami dari industri kami berharap ini bisa menjadi portfolio dimana pemerintah dan perusahaan swasta bisa bekerja sama untuk memberikan wahana bagi anak-anak Indonesia untuk ber-eksperimen dan menciptakan sesuatu," kata Country Manager Intel Indonesia Harry K Nugraha.
Lebih lanjut dia mengatakan Intel telah berada di garda depan dalam hal inovasi lokal dan global. Meneruskan hal tersebut, dia mengklaim, pihaknya ingin memprakarsai kemajuan teknologi melalui kolaborasi bersama Putera Sampoerna Foundation, USAID, New York Hall of Science (NYSci) dan Tufts University, dengan mengadakan Innovation Fair 2016, sebuah forum bagi para peserta program Lab SMART untuk menampilkan inovasi teknologi yang telah mereka ciptakan," katanya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Akademik di Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Paulina Pannen mengatakan pemerintah sedang merevisi banyak aturan yang dirasakan kurang mendukung terhadap proses kerjasama penelitian antara perguruan tinggi dan industri.
“Misalnya penelitian kita galakkan, tapi aturannya ternyata kurang mendukung, jadi sekarang kita sedang merevisi aturan-aturan tersebut supaya penelitian lebih bergairah lagi di perguruan tinggi,” ujar Paulina.
(kri)