Pemilu Ika Unpad, Doli Akui Keunggulan Hikmat Kurnia
A
A
A
JAKARTA - Salah satu kandidat ketua umum Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran (Ika Unpad), Ahmad Doli Kurnia mengajak semua pihak yang berkepentingan agar menghargai hasil penghitungan suara pemilu Ika Unpad yang digelar pada Musyawarah Besar (Mubes) IX, Minggu 17 April 2016 lalu di Kampus Unpad Jatinangor.
Menurut Doli, faktanya saat penghitungan dihentikan karena ada selisih antara daftar pemilih dan surat suara di kotak suara, perolehan suara Hikmat Kurnia adalah yang tertinggi.
“Pada titik tertentu, Kang Hikmat Kurnia sudah meraih suara tertinggi. Bahwa ada protes dan perselisihan, ketiga kandidat bisa musyawarah sesuai amanat musyawarah besar,” ujarnya kepada SINDO, Selasa (19/4)/2016 malam.
Doli adalah kandidat nomor urut 2 dalam pemilu ketua umum Ika Unpad. Alumnus Fakultas MIPA Unpad 1991 ini sekarang menjabat sebagai ketua DPP Partai Golkar.
Sedangkan Hikmat Kurnia merupakan kandidat nomor urut 1. Dia adalah CEO Agromedia Group, jebolan Fakultas Sastra/Fakultas Ilmu Budaya Unpad angkatan 1986.
Sementara itu, kandidat lainnya, nomor urut 3, adalah Yuddy Chrisnandi. Politikus Partai Hanura yang kini menjabat Menteripan RB ini adalah alumnus Fakultas Ekonomi Bisnis Unpad angkatan 1986.
Hikmat dalam penghitungan suara mengantongi suara terbanyak yakni 546 suara, Yuddy di posisi dua dengan 530 suara, sedangkan Doli 455 suara. Namun, sidang penghitungan suara diskors lantaran ada kelebihan 60 surat suara di kotak suara dibanding jumlah pemilih yang terdaftar. Jumlah pemilih terdaftar 1.541 orang sementara surat suara berjumlah 1.601.
Atas kesepakatan peserta mubes, Pimpinan Sidang Eka Santosa, menyerahkan mandat kepada Hikmat sebagai peraih suara terbanyak untuk bermusyawarah dengan dua kandidat lain. Pro-kontra, isu dan spekulasi atas keputusan ini pun muncul terutama di kalangan pendukung kandidat.
Doli menilai, mandeknya pemilu Ika Unpad masih dalam kategori teknis. Ada kelalaian dari panitia pemungutan suara yang antara lain melibatkan mahasiswa. Ada pula kelengahan pimpinan sidang yang tidak menghitung dulu jumlah surat suara yang masuk sebelum dibuka untuk dicatat satu persatu.
Dia menekankan, bahwa Ika Unpad merupakan organisasi yang mengedepankan keguyuban. Sudah selayaknya semua melepas kepentingan pribadi apalagi kepentingan politik. Siapa pun nantinya ketua umum Ika Unpad pengganti Sapta Nirwandar, kata dia, akan mengabdi demi kemajuan Civitas Akademika. Terlebih, semua kandidat sudah memiliki “medan kiprah” masing-masing baik sebagai pengusaha, profesional, politis, maupun pejabat negara.
“Jadi kandidat ketua umum Ika Unpad kan karena keterpanggilan hati kita agar bisa lebih bermanfaat bagi kampus. Jadi tidak perlu ribut-ribut. Apa lagi yang mau dicari? Kalau jadi ketua umum Ika Unpad, lebih banyak yang bakal kita beri daripada kita cari,” tegasnya.
Dengan pemikiran ini, Doli menyatakan bahwa dirinya dalam posisi menunggu undangan pertemuan untuk bermusyawarah sesama kandidat. “Sejak pemilu hingga sekarang ketiga kandidat belum berkumpul lengkap. Saya juga belum menerima informasi baik dari Kang Yuddy maupun Kang Hikmat mengenai hasil pembicaraan mereka pada Senin (18/4) lalu,” aku Doli.
Meski perolehan suaranya di bawah Yuddy dan Hikmat, dia mengingatkan bahwa yang diberi amanat untuk bermusyawarah adalah ketiga kandidat, bukan dua orang saja. Doli mengaku mencermati perkembangan di luar dan ada komunikasi antartim sukses. Namun yang dinantikan oleh dirinya adalah komunikasi langsung dengan sesama kandidat.
“Bagi saya, otoritas sikap tertinggi ada di kandidatnya, bukan di tim sukses atau pendukung. Karena dia leader. Termasuk dalam mengendalikan isu dan spekulasi,” tandasnya.
Sementara itu, Hikmat Kurnia menyatakan bahwa apapun nantinya kesepakatan antara ketiga kandidat, dirinya sebagai pihak yang mendapat amanat akan mengembalikan keputusan kepada mubes. “Dalam sepekan ini beri kami kesempatan untuk berembuk demi yang terbaik untuk Unpad,” katanya.
Menurut Doli, faktanya saat penghitungan dihentikan karena ada selisih antara daftar pemilih dan surat suara di kotak suara, perolehan suara Hikmat Kurnia adalah yang tertinggi.
“Pada titik tertentu, Kang Hikmat Kurnia sudah meraih suara tertinggi. Bahwa ada protes dan perselisihan, ketiga kandidat bisa musyawarah sesuai amanat musyawarah besar,” ujarnya kepada SINDO, Selasa (19/4)/2016 malam.
Doli adalah kandidat nomor urut 2 dalam pemilu ketua umum Ika Unpad. Alumnus Fakultas MIPA Unpad 1991 ini sekarang menjabat sebagai ketua DPP Partai Golkar.
Sedangkan Hikmat Kurnia merupakan kandidat nomor urut 1. Dia adalah CEO Agromedia Group, jebolan Fakultas Sastra/Fakultas Ilmu Budaya Unpad angkatan 1986.
Sementara itu, kandidat lainnya, nomor urut 3, adalah Yuddy Chrisnandi. Politikus Partai Hanura yang kini menjabat Menteripan RB ini adalah alumnus Fakultas Ekonomi Bisnis Unpad angkatan 1986.
Hikmat dalam penghitungan suara mengantongi suara terbanyak yakni 546 suara, Yuddy di posisi dua dengan 530 suara, sedangkan Doli 455 suara. Namun, sidang penghitungan suara diskors lantaran ada kelebihan 60 surat suara di kotak suara dibanding jumlah pemilih yang terdaftar. Jumlah pemilih terdaftar 1.541 orang sementara surat suara berjumlah 1.601.
Atas kesepakatan peserta mubes, Pimpinan Sidang Eka Santosa, menyerahkan mandat kepada Hikmat sebagai peraih suara terbanyak untuk bermusyawarah dengan dua kandidat lain. Pro-kontra, isu dan spekulasi atas keputusan ini pun muncul terutama di kalangan pendukung kandidat.
Doli menilai, mandeknya pemilu Ika Unpad masih dalam kategori teknis. Ada kelalaian dari panitia pemungutan suara yang antara lain melibatkan mahasiswa. Ada pula kelengahan pimpinan sidang yang tidak menghitung dulu jumlah surat suara yang masuk sebelum dibuka untuk dicatat satu persatu.
Dia menekankan, bahwa Ika Unpad merupakan organisasi yang mengedepankan keguyuban. Sudah selayaknya semua melepas kepentingan pribadi apalagi kepentingan politik. Siapa pun nantinya ketua umum Ika Unpad pengganti Sapta Nirwandar, kata dia, akan mengabdi demi kemajuan Civitas Akademika. Terlebih, semua kandidat sudah memiliki “medan kiprah” masing-masing baik sebagai pengusaha, profesional, politis, maupun pejabat negara.
“Jadi kandidat ketua umum Ika Unpad kan karena keterpanggilan hati kita agar bisa lebih bermanfaat bagi kampus. Jadi tidak perlu ribut-ribut. Apa lagi yang mau dicari? Kalau jadi ketua umum Ika Unpad, lebih banyak yang bakal kita beri daripada kita cari,” tegasnya.
Dengan pemikiran ini, Doli menyatakan bahwa dirinya dalam posisi menunggu undangan pertemuan untuk bermusyawarah sesama kandidat. “Sejak pemilu hingga sekarang ketiga kandidat belum berkumpul lengkap. Saya juga belum menerima informasi baik dari Kang Yuddy maupun Kang Hikmat mengenai hasil pembicaraan mereka pada Senin (18/4) lalu,” aku Doli.
Meski perolehan suaranya di bawah Yuddy dan Hikmat, dia mengingatkan bahwa yang diberi amanat untuk bermusyawarah adalah ketiga kandidat, bukan dua orang saja. Doli mengaku mencermati perkembangan di luar dan ada komunikasi antartim sukses. Namun yang dinantikan oleh dirinya adalah komunikasi langsung dengan sesama kandidat.
“Bagi saya, otoritas sikap tertinggi ada di kandidatnya, bukan di tim sukses atau pendukung. Karena dia leader. Termasuk dalam mengendalikan isu dan spekulasi,” tandasnya.
Sementara itu, Hikmat Kurnia menyatakan bahwa apapun nantinya kesepakatan antara ketiga kandidat, dirinya sebagai pihak yang mendapat amanat akan mengembalikan keputusan kepada mubes. “Dalam sepekan ini beri kami kesempatan untuk berembuk demi yang terbaik untuk Unpad,” katanya.
(kri)