UGM Akan Hapus 23 Program Studi Diploma Tiga
A
A
A
JAKARTA - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berencana menghapus 23 program studi Diploma Tiga (D3) mulai tahun 2019.
Hal tersebut diungkapkan Dekan Sekolah Vokasi UGM Wikan Sakarinto saat berkunjung ke Kantor Redaksi Koran SINDO, di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Rabu 29 November 2017.
Dalam kunjungan itu, Wikan menyebut akan ada 15-20 program studi D4 yang baru untuk menggantikan program studi D3.
“Kami ingin memodifikasi dengan menjadi aturan sarjana terapan atau vokasi,” ucap Wikan.
Wikan menjelaskan, kebijakan tersebut disiapkan demi menjawab kebutuhan dunia industri dan melahirkan banyak tenaga pengajar.
Meski terbilang langka dan baru, kata dia, pendidikan terapan sudah diberlakukan di beberapa negara maju antara lain Korea Selatan dan Jerman.
Di Jerman, kata dia, pemenuhan sarjana terapan sudah melebihi jumlah sarjana lulusan universitas reguler.
Menurut dia, keandalan sarjana terapan mampu menjawab kebutuhan industri kerja. Belum lagi mengenai persoalan teknis.
Pada sarjana terapan, sambung Wikan, mahasiswa akan melakukan praktik dengan porsi lebih banyak dibandingkan sarjana di kuliah umum.
“Ini yang kemudian mencetak banyak orang dengan kompetensi tinggi dan siap kerja,” tuturnya.
Meski baru sebatas persiapan, UGM telah memasukan vokasi D4 dalam rancangan strategis tahun 2017-2022.
Persiapan menyeluruh dilakukan untuk menjadikan kampus ini mampu bersaing dengan kampus lainnya.
“Rencananya kami juga mengirim lulusan kami ke luar negeri. Kini rancangan itu tengah kami susun dan melakukan MoU (Memorandum of Understanding) dengan banyak pihak,” tuturnya.
Hal tersebut diungkapkan Dekan Sekolah Vokasi UGM Wikan Sakarinto saat berkunjung ke Kantor Redaksi Koran SINDO, di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Rabu 29 November 2017.
Dalam kunjungan itu, Wikan menyebut akan ada 15-20 program studi D4 yang baru untuk menggantikan program studi D3.
“Kami ingin memodifikasi dengan menjadi aturan sarjana terapan atau vokasi,” ucap Wikan.
Wikan menjelaskan, kebijakan tersebut disiapkan demi menjawab kebutuhan dunia industri dan melahirkan banyak tenaga pengajar.
Meski terbilang langka dan baru, kata dia, pendidikan terapan sudah diberlakukan di beberapa negara maju antara lain Korea Selatan dan Jerman.
Di Jerman, kata dia, pemenuhan sarjana terapan sudah melebihi jumlah sarjana lulusan universitas reguler.
Menurut dia, keandalan sarjana terapan mampu menjawab kebutuhan industri kerja. Belum lagi mengenai persoalan teknis.
Pada sarjana terapan, sambung Wikan, mahasiswa akan melakukan praktik dengan porsi lebih banyak dibandingkan sarjana di kuliah umum.
“Ini yang kemudian mencetak banyak orang dengan kompetensi tinggi dan siap kerja,” tuturnya.
Meski baru sebatas persiapan, UGM telah memasukan vokasi D4 dalam rancangan strategis tahun 2017-2022.
Persiapan menyeluruh dilakukan untuk menjadikan kampus ini mampu bersaing dengan kampus lainnya.
“Rencananya kami juga mengirim lulusan kami ke luar negeri. Kini rancangan itu tengah kami susun dan melakukan MoU (Memorandum of Understanding) dengan banyak pihak,” tuturnya.
(dam)