Sains Techno Park Harus Bisa Hasilkan Pengusaha Pemula
A
A
A
JEPARA - Sains Techno Park (STP) sebagai pusat inovasi harus bisa melahirkan pengusaha pemula (startup). Adanya nilai tambah ini yang menjadikan STP berfungsi maksimal.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, STP harus bisa menciptakan hasil penelitian yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Baik itu dunia usaha maupun masyarakat biasa.
Nasir menerangkan, selain ada laboratorium riset maka STP harus ada pusat inkubasi bisnis yang bisa menghasilkan pengusaha pemula berbasis teknologi. "STP sebagai pusat inkubasi harus dijadikan tenant bagi pengusaha pemula. Ini agar ada nilai tambahnya. Kalau tidak akan menjadi masalah," katanya saat mengunjungi Marine Science and Techno Park (MSTP) Universitas Diponegoro di Jepara.
Mantan Rektor Undip ini menjelaskan, MSTP Undip inipun dia dorong untuk bisa mendukung bidang kemaritiman, kelautan, biodiversity dan juga perikanan. Suatu riset yang dikerjakan tidak cukup hanya dengan menghasilkan publikasi, katanya, namun harus ada wujud komersialisasinya. Sebab pentingnya STP adalah adanya inovasi yang bisa dilirik oleh pengusaha.
Misalnya saja fasilitas tambak udang yang ada di STP ini harus bisa menghasilkan pendapatan ratusan juta bagi petani tambak. Dia mencontohkan, pengelolaan udang di Bantaeng yang sudah bisa menyediakan industri pengembangan tambak udang. Lalu di Bantaeng pula satu tahun per satu hektar talas yang ditanam bisa memberikan pendapatan Rp240 juta.
"Dari Rp240 juta itu biaya produksinya dikisaran Rp60 juta. Pendapatan bersih petani talas per satu hektar bisa Rp180 juta," katanya.
Dia menyampaikan, STP yang ada di bawah kendali Kemenristek ada sembilan. Pertama di Bengkulu, Riau, Palembang, Solo, Sragen, Jepara, Kalimantan Utara, Sumbawa dan Manokwari. Menristekdikti menekankan, jika ada STP yang mau meminta tambahan dana maka kementerian akan meminta dulu business plan agar jelas apa output dari permintaan dana tersebut.
Direktur MSTP Ridwan menyampaikan, ada tiga peran MSTP yang meskipun dinilai berat namun jika berhasil akan membawa dampak positif. Menumbuhkembangkan startup salah satunya lalu menumbuhkan klaster industri dalam kawasan dan sebagai pusat riset dan pengembangan. "Juga bergabung dengan industri agar riset menjadi nilai ekonomi tinggi. Ada mitra perusahaan yang akan mendukung teknologi tambak hybrid dan terintegrasi," jelasnya.
Ridwan menerangkan, pada tahun ini ada empat tenant untuk hilirisasi riset. Yakni tenant storage penyimpanan ikan, tenant hatchery, tenant teknologi pengolahan ikan asap menggunakan asap cair dan tenant eduwisata transplantasi terumbu karang yang sangat dibutuhkan di Jepara.
Ridwan berharap, MSTP akan menjadi pusat desalinasi air laut untuk kebutuhan air tawar bagi kapal. Oleh karena itu teknologi desalinasi air laut kedepan akan dikembangkan. Selanjutnya tambak hybrid yang ada di kompleks MSTP ini juga butuh tambahan sarana kompleks pembibitan udang. "Kita kembangkan tambak hybrid yang perhektarnya bisa panen hingga 100 ton. Panennya juga gak hanya 1-2 kali saja, " jelasnya.
Rektor Undip Yos Johan Utama mengatakan, dana penelitian Undip naik dari Rp8 miliar menjadi Rp43 miliar salah satu pemanfaatanya untuk pengembangan MSTP ini. Sebagai bagian program afirmasi maka pihaknya akan menyiapkan kuliah gratis bagi putra putri Jepara yang mau kuliah di sini. Dia juga mengatakan MSTP bisa digunakan untuk pendidikan dan pelatihan dibidang kelautan bagi warga Jepara.
Dia berharap, kampus yang ada di pesisir pantai Teluk Awur ini bisa menjadi cabang kampus Undip yang kedua. Dia berhitung bisa ada 400-500 mahasiswa yang bisa kuliah disini. Adanya kehidupan kampus disini akan berdampak besar pada perekonomian karena akan tumbuh bisnis kost-kostan dan usaha lainnya.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, STP harus bisa menciptakan hasil penelitian yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Baik itu dunia usaha maupun masyarakat biasa.
Nasir menerangkan, selain ada laboratorium riset maka STP harus ada pusat inkubasi bisnis yang bisa menghasilkan pengusaha pemula berbasis teknologi. "STP sebagai pusat inkubasi harus dijadikan tenant bagi pengusaha pemula. Ini agar ada nilai tambahnya. Kalau tidak akan menjadi masalah," katanya saat mengunjungi Marine Science and Techno Park (MSTP) Universitas Diponegoro di Jepara.
Mantan Rektor Undip ini menjelaskan, MSTP Undip inipun dia dorong untuk bisa mendukung bidang kemaritiman, kelautan, biodiversity dan juga perikanan. Suatu riset yang dikerjakan tidak cukup hanya dengan menghasilkan publikasi, katanya, namun harus ada wujud komersialisasinya. Sebab pentingnya STP adalah adanya inovasi yang bisa dilirik oleh pengusaha.
Misalnya saja fasilitas tambak udang yang ada di STP ini harus bisa menghasilkan pendapatan ratusan juta bagi petani tambak. Dia mencontohkan, pengelolaan udang di Bantaeng yang sudah bisa menyediakan industri pengembangan tambak udang. Lalu di Bantaeng pula satu tahun per satu hektar talas yang ditanam bisa memberikan pendapatan Rp240 juta.
"Dari Rp240 juta itu biaya produksinya dikisaran Rp60 juta. Pendapatan bersih petani talas per satu hektar bisa Rp180 juta," katanya.
Dia menyampaikan, STP yang ada di bawah kendali Kemenristek ada sembilan. Pertama di Bengkulu, Riau, Palembang, Solo, Sragen, Jepara, Kalimantan Utara, Sumbawa dan Manokwari. Menristekdikti menekankan, jika ada STP yang mau meminta tambahan dana maka kementerian akan meminta dulu business plan agar jelas apa output dari permintaan dana tersebut.
Direktur MSTP Ridwan menyampaikan, ada tiga peran MSTP yang meskipun dinilai berat namun jika berhasil akan membawa dampak positif. Menumbuhkembangkan startup salah satunya lalu menumbuhkan klaster industri dalam kawasan dan sebagai pusat riset dan pengembangan. "Juga bergabung dengan industri agar riset menjadi nilai ekonomi tinggi. Ada mitra perusahaan yang akan mendukung teknologi tambak hybrid dan terintegrasi," jelasnya.
Ridwan menerangkan, pada tahun ini ada empat tenant untuk hilirisasi riset. Yakni tenant storage penyimpanan ikan, tenant hatchery, tenant teknologi pengolahan ikan asap menggunakan asap cair dan tenant eduwisata transplantasi terumbu karang yang sangat dibutuhkan di Jepara.
Ridwan berharap, MSTP akan menjadi pusat desalinasi air laut untuk kebutuhan air tawar bagi kapal. Oleh karena itu teknologi desalinasi air laut kedepan akan dikembangkan. Selanjutnya tambak hybrid yang ada di kompleks MSTP ini juga butuh tambahan sarana kompleks pembibitan udang. "Kita kembangkan tambak hybrid yang perhektarnya bisa panen hingga 100 ton. Panennya juga gak hanya 1-2 kali saja, " jelasnya.
Rektor Undip Yos Johan Utama mengatakan, dana penelitian Undip naik dari Rp8 miliar menjadi Rp43 miliar salah satu pemanfaatanya untuk pengembangan MSTP ini. Sebagai bagian program afirmasi maka pihaknya akan menyiapkan kuliah gratis bagi putra putri Jepara yang mau kuliah di sini. Dia juga mengatakan MSTP bisa digunakan untuk pendidikan dan pelatihan dibidang kelautan bagi warga Jepara.
Dia berharap, kampus yang ada di pesisir pantai Teluk Awur ini bisa menjadi cabang kampus Undip yang kedua. Dia berhitung bisa ada 400-500 mahasiswa yang bisa kuliah disini. Adanya kehidupan kampus disini akan berdampak besar pada perekonomian karena akan tumbuh bisnis kost-kostan dan usaha lainnya.
(pur)