SMK Sumbang 1,5 Juta Tenaga Kerja Baru

Senin, 05 Maret 2018 - 13:37 WIB
SMK Sumbang 1,5 Juta Tenaga Kerja Baru
SMK Sumbang 1,5 Juta Tenaga Kerja Baru
A A A
JAKARTA - Sekolah menengah kejuruan (SMK) pada 2018 ini diperkirakan akan menyumbang 1,5 juta lulusan atau tenaga kerja baru yang akan berebut lapangan kerja.

Agar lulusan SMK lebih terserap di dunia kerja, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bakal membuka jurusan industri kreatif.

Direktur Pembinaan SMK Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud M Bakrun menjelaskan, lulusan SMK terbanyak berasal dari program keahlian bisnis manajemen dengan total 1,2 juta siswa.

”Mereka akan menambah jumlah tenaga kerja nasional. Untuk itu, peran serta dunia usaha dan dunia industri (DUDI) sangat penting,” kata Bakrun pada acara Temu Industri di Jakarta pekan lalu.

Kemendikbud saat ini sedang merevitalisasi program studi keahlian yang disesuaikan dengan zaman, khususnya yang berkaitan dengan perubahan teknologi. Bakrun mengungkapkan, kendala tenaga pendidik di bidang ekonomi kreatif yang terbatas menyebabkan perkembangan jurusan baru ini masih jalan merangkak.

Salah satu cara untuk memenuhi guru melalui jurusan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Selain animasi, regenerasi industri kreatif seperti perfilman juga tinggi permintaannya. Pada tahun ini akan dilakukan revitalisasi untuk 112 SMK Perfilman baik dari sekolah negeri maupun swasta.

Revitalisasi ini akan difokuskan pada sekolah-sekolah yang telah berhasil membuat film indie atau film pendek. SMK perfilman merupakan spektrum baru sehingga industri kreatif saat ini membutuhkan regenerasi tenaga terampil. Terkait kurikulum, Bakrun menjelaskan, SMK menjalankan kurikulum fleksibel yakni disesuaikan dengan kebutuhan DUDI.

”Apa yang dibutuhkan industri akan disinkronisasikan pada kurikulum 2013 (K-13) agar dapat menghasilkan anak yang berkompetensi dan diterima dunia usaha,” ucapnya.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menyampaikan, SMK Perfilman akan dibangun satu di masing-masing provinsi. Kurikulum SMK bidang perfilman sedang disusun agar mampu menjawab kebutuhan tenaga teknis perfilman nasional yang jumlahnya masih terbatas.

”Industri perfilman memiliki potensi yang bagus jika digarap serius. Film me miliki potensi ekonomi yang besar sekali,” katanya. Hilmar menjelaskan, selama tiga tahun siswa akan dididik mengenai teknik-teknik perfilman. Jurusan yang akan dikembangkan ialah tenaga yang saat ini masih kurang, namun sangat dibutuhkan yakni tenaga pencahayaan, penata suara, kostum, tata rias, dan bahkan sutradara.

Sementara itu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan, hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pertumbuhan industri perfilman Indonesia meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir. Tidak hanya ditunjukkan dari jumlah produksi film yang terus meningkat, namun juga jumlah penonton film Indonesia yang melonjak signifikan.

”Jumlah penonton film Indonesia hanya sekitar 16 juta di 2016. Tahun ini meningkat menjadi 42,7 juta penonton. Angka yang fantastis,”katanya. Sayangnya, membanjirnya produksi film Indonesia tidak ditunjang oleh support system yang memadai.

”Salah satunya dukungan SDM perfilman. Kita kekurangan tenaga kerja perfilman. Kami akan bicara dengan Kemendikbud dan Kemristekdikti terkait persoalan ini,” tegas Triawan. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5185 seconds (0.1#10.140)