Program Studi Keteknikan Indonesia Kini Bertaraf Internasional
A
A
A
JAKARTA - Indonesia akhirnya memiliki lembaga akreditasi program studi keteknikan bertaraf internasional. Lembaga ini akan menciptakan lulusan studi teknik bertaraf internasional.
Dirjen Kelembagaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Patdono Suwignjo mengatakan, Kemenristekdikti bekerja sama dengan Badan Kerja Sama International Jepang (JICA) mendirikan Indonesia Accreditation Board for Engineering Education (IABEE).
Patdono menjelaskan, sangat penting juga Indonesia bisa masuk Washington Accord. Dengan masuknya Indonesia di board member Washington Accord, prodi keteknikan yang diakreditasi IABEE otomatis akan diakui secara internasional. Negara yang masuk anggota Washington Accord ada dari Japan Accreditation Board for Engineering Education (JABEE), Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) Amerika, dan Australia Engineers.
Hingga saat ini ada 17 lembaga akreditasi dari 17 negara yang tergabung di Washington Accord. Patdono menyampaikan keberadaan IABEE sebagai anggota penuh Washington Accord dapat memacu peningkatan penuh mutu program studi keteknikan dan akan menghasilkan insinyur yang bermutu tinggi sehingga dapat mendukung pembangunan industri dan ekonomi Indonesia.
"Untuk masuk sebagai board member Washington Accord, prosesnya panjang. Kita (IABEE) sudah lakukan akreditasi sejak 2017-2018," jelasnya.
Ketua IABEE Illah Sailah menyatakan, IABEE akan menyempurnakan sistem online dan juga meningkatkan kompetensi dan kuantitas para asesor yang kompeten untuk mengakreditasi prodi keteknikan yang jumlahnya mencapai 2.500 prodi. Illah menyampaikan, biaya untuk proses akreditasi prodi ini akan mencapai Rp75 juta dengan annual fee maintenancenya sekitar Rp5 juta. "Biaya yang dipatok IABEE ini masih rendah dibandingkan ABET yang bisa mencapai Rp500-Rp600 juta," ungkapnya.
Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak berharap keberadaan IABEE insinyur di Indonesia dapat bersaing dengan insinyur dari negara lain di kancah internasional. "Kita harap kompetensi insinyur kita dapat ditingkatkan lagi, dan diyakinkan lagi kompetitifnya dengan negara lain, sehingga sasaran kita untuk demand terhadap kualitas dan kuantitas insinyur bisa terpenuhi," ucapnya.
Dirjen Kelembagaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Patdono Suwignjo mengatakan, Kemenristekdikti bekerja sama dengan Badan Kerja Sama International Jepang (JICA) mendirikan Indonesia Accreditation Board for Engineering Education (IABEE).
Patdono menjelaskan, sangat penting juga Indonesia bisa masuk Washington Accord. Dengan masuknya Indonesia di board member Washington Accord, prodi keteknikan yang diakreditasi IABEE otomatis akan diakui secara internasional. Negara yang masuk anggota Washington Accord ada dari Japan Accreditation Board for Engineering Education (JABEE), Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) Amerika, dan Australia Engineers.
Hingga saat ini ada 17 lembaga akreditasi dari 17 negara yang tergabung di Washington Accord. Patdono menyampaikan keberadaan IABEE sebagai anggota penuh Washington Accord dapat memacu peningkatan penuh mutu program studi keteknikan dan akan menghasilkan insinyur yang bermutu tinggi sehingga dapat mendukung pembangunan industri dan ekonomi Indonesia.
"Untuk masuk sebagai board member Washington Accord, prosesnya panjang. Kita (IABEE) sudah lakukan akreditasi sejak 2017-2018," jelasnya.
Ketua IABEE Illah Sailah menyatakan, IABEE akan menyempurnakan sistem online dan juga meningkatkan kompetensi dan kuantitas para asesor yang kompeten untuk mengakreditasi prodi keteknikan yang jumlahnya mencapai 2.500 prodi. Illah menyampaikan, biaya untuk proses akreditasi prodi ini akan mencapai Rp75 juta dengan annual fee maintenancenya sekitar Rp5 juta. "Biaya yang dipatok IABEE ini masih rendah dibandingkan ABET yang bisa mencapai Rp500-Rp600 juta," ungkapnya.
Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak berharap keberadaan IABEE insinyur di Indonesia dapat bersaing dengan insinyur dari negara lain di kancah internasional. "Kita harap kompetensi insinyur kita dapat ditingkatkan lagi, dan diyakinkan lagi kompetitifnya dengan negara lain, sehingga sasaran kita untuk demand terhadap kualitas dan kuantitas insinyur bisa terpenuhi," ucapnya.
(amm)