Teliti Efisiensi Tol Laut, Mahasiswa ITS Pakai Sistem Stella
A
A
A
SURABAYA - Efisiensi program Tol Laut yang ditetapkan oleh pemerintah guna mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Melalui sistem dinamis yang diberi nama Stella, tiga mahasiswa Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil menjadi juara pertama dalam ajang Industrial Engineering Fair di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Ketiga mahasiswa itu adalah Dionisius Andre, Firliasari Sarah, dan Satria Wira Buana yang tergabung dalam tim Gardapati ITS. Mereka melakukan pengamatan terhadap tiga komoditas pasar. Tujuannya untuk menilai efisiensi program tol laut, sekaligus mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia.
“Kami juga ingin menilai kebijakan apa yang akan menjadi produktif bagi tujuan pemerintah tersebut,” ujar Dionisius Andre, yang dipercaya selaku ketua tim Gardapati ITS, Kamis (15/3/2018).
Ia melanjutkan, penelitian yang mereka lakukan ini berdasar pada Indeks Harga Konsumen (IHK), Indikator Kinerja Logistik Domestik (Domestic Logistic Performance Indicator/DLPI), dan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) serta menggunakan sistem dinamis yang disebut Stella untuk disimulasikan.
IHK sendiri digunakan untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi konsumen dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui selisih harga komoditas tersebut, mereka membatasi komoditi ke dalam tiga kategori, yaitu beras medium (beras medium), minyak goreng curah, dan unggas ayam.
“Menurut kami, komoditas ini merupakan komiditi yang banyak digunakan oleh rumah tangga Indonesia,” ungkapnya.
Berdasarkan data harga yang dikumpulkan melalui database Kementerian Perdagangan Indonesia, dari tahun 2015 sampai 2017 dari 10 kota yang dilalui jalur tol laut yaitu Banda Aceh, Medan, Palembang, DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Sorong membuktikan bahwa program tol laut memberikan harga yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
“Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya efek positif dalam penurunan harga disparitas pada unggas ayam dan beras,” sahut Satria Wira Buana.
Berdasarkan DLPI, katanya, efisiensi program tol laut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tingkat biaya dan ongkos, dan kualitas infrastruktur. Selain itu, potensi besar ditunjukkan oleh GCI, yaitu peringkat Indonesia dalam hal infrastruktur yang tinggi mendorong pemerintah untuk memerbaiki infrastruktur.
Mahasiswa angkatan tahun 2014 ini menyampaikan, investasi infrastruktur perlu dijaga agar terus memberikan dampak positif terhadap kondisi logistik Indonesia, sehingga nilai DLPI di Indonesia semakin tinggi seiring berjalannya waktu.
“Tim kami juga menyarankan program tol laut dapat terus dilaksanakan karena program ini cukup produktif untuk mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia,” ujarnya.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) USU tersebut, tim Gardapati ITS juga diberikan studi kasus mengenai permasalahan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I. Mereka pun akhirnya dinilai berhasil menyelesaikan studi kasus yang diberikan dengan memberikan solusi jangka pendek, menengah, dan panjang.
Ketiga mahasiswa itu adalah Dionisius Andre, Firliasari Sarah, dan Satria Wira Buana yang tergabung dalam tim Gardapati ITS. Mereka melakukan pengamatan terhadap tiga komoditas pasar. Tujuannya untuk menilai efisiensi program tol laut, sekaligus mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia.
“Kami juga ingin menilai kebijakan apa yang akan menjadi produktif bagi tujuan pemerintah tersebut,” ujar Dionisius Andre, yang dipercaya selaku ketua tim Gardapati ITS, Kamis (15/3/2018).
Ia melanjutkan, penelitian yang mereka lakukan ini berdasar pada Indeks Harga Konsumen (IHK), Indikator Kinerja Logistik Domestik (Domestic Logistic Performance Indicator/DLPI), dan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) serta menggunakan sistem dinamis yang disebut Stella untuk disimulasikan.
IHK sendiri digunakan untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi konsumen dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui selisih harga komoditas tersebut, mereka membatasi komoditi ke dalam tiga kategori, yaitu beras medium (beras medium), minyak goreng curah, dan unggas ayam.
“Menurut kami, komoditas ini merupakan komiditi yang banyak digunakan oleh rumah tangga Indonesia,” ungkapnya.
Berdasarkan data harga yang dikumpulkan melalui database Kementerian Perdagangan Indonesia, dari tahun 2015 sampai 2017 dari 10 kota yang dilalui jalur tol laut yaitu Banda Aceh, Medan, Palembang, DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Sorong membuktikan bahwa program tol laut memberikan harga yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
“Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya efek positif dalam penurunan harga disparitas pada unggas ayam dan beras,” sahut Satria Wira Buana.
Berdasarkan DLPI, katanya, efisiensi program tol laut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tingkat biaya dan ongkos, dan kualitas infrastruktur. Selain itu, potensi besar ditunjukkan oleh GCI, yaitu peringkat Indonesia dalam hal infrastruktur yang tinggi mendorong pemerintah untuk memerbaiki infrastruktur.
Mahasiswa angkatan tahun 2014 ini menyampaikan, investasi infrastruktur perlu dijaga agar terus memberikan dampak positif terhadap kondisi logistik Indonesia, sehingga nilai DLPI di Indonesia semakin tinggi seiring berjalannya waktu.
“Tim kami juga menyarankan program tol laut dapat terus dilaksanakan karena program ini cukup produktif untuk mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia,” ujarnya.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) USU tersebut, tim Gardapati ITS juga diberikan studi kasus mengenai permasalahan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I. Mereka pun akhirnya dinilai berhasil menyelesaikan studi kasus yang diberikan dengan memberikan solusi jangka pendek, menengah, dan panjang.
(kri)