Mahasiswa Generasi Milenial Dituntut Berpikir Visioner
A
A
A
JAKARTA - Mahasiswa generasi era sekarang ini atau milenial, dituntut harus bisa mengembangkan dirinya dengan berpikir visioner. Kalau dulu, alat ukur keberhasilan seorang lulusan perguruan tinggi adalah berbasis kinerja dan kompetensi. Sekarang selain dua unsur tadi, juga harus ditambah unsur kapabilitas dan visioner.
“Mahasiswa harus menguasai ilmu yang sedang berkembang saat ini, misalnya teknologi digital, mahasiswa harus ikuti dan kuasai itu. Kalau mahasiswa hanya berpikir saat ini untuk memenuhi kebutuhan hari ini maka dia ketinggalan. Apalagi mahasiswa berpikir kemarin (masa lalu) untuk hari ini maka sudah pasti jauh tertinggal. Jadi berpikirlah yang akan datang (visioner) untuk hari ini,” kata Rektor UNKRIS H Abdul Rivai sebelum Prosesi Wisuda 657 Mahasiswa Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS) di Pendopo kampus, Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Abdul mengatakan, program pendidikan yang ditekankan di UNKRIS, mahasiswa disiapkan bukan hanya untuk bekerja pada saat lulus, tapi menekankan pada pendidikan kewirausahaan. Jadi, mahasisiswa diminta harus bisa mandiri terjun ke masyarakat.
Setiap fakultas sudah diarahkan membina mahasiswanya untuk bisa menciptakan lapangan kerja dan bukan mencari pekerjaan. “Itu harapan kami, mudah-mudahan 5 tahun ke depan 100% semua mahasiswa lulusan dari UNKRIS sudah bisa memberikan lapangan pekerjaan,” kata Abdul.
Ke depan, kata Abdul, pihaknya mendorong agar mahasiswa lulusan UNKRIS semakin banyak yang berwirausaha sendiri dan tidak lagi berorientasi mencari pekerjaan pasca lulus kuliah.
Ketua Pembina Yayasan UNKRIS Prof T Gayus Lumbuun memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada rektor UNKRIS yang telah melakukan sistem pembelajaran Blended Learning atau sistem pembelajaran gabungan antara tata muka (Face to Face) dengan pembelajaran berbasis digital.
“Salah satu usaha UNKRIS menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi guna memberikan layanan dan fasilitas pembelajaran yang berbeda yang dapat dipilih masyarakat,” kata Gayus.
Sementara itu. Ketua Badan Pengurus Yayasan UNKRIS Prof H Imam Santoso mengatakan, wisuda bukanlah akhir dari perjuangan bagi para wisudawan dalam rangka upaya meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan. “Wisuda hanya sebuah titik kecil dari sebuah proses menuntut ilmu yang masih harus ditindaklanjuti di kehidupan nyata keseharian,” kata Imam.
“Mahasiswa harus menguasai ilmu yang sedang berkembang saat ini, misalnya teknologi digital, mahasiswa harus ikuti dan kuasai itu. Kalau mahasiswa hanya berpikir saat ini untuk memenuhi kebutuhan hari ini maka dia ketinggalan. Apalagi mahasiswa berpikir kemarin (masa lalu) untuk hari ini maka sudah pasti jauh tertinggal. Jadi berpikirlah yang akan datang (visioner) untuk hari ini,” kata Rektor UNKRIS H Abdul Rivai sebelum Prosesi Wisuda 657 Mahasiswa Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS) di Pendopo kampus, Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Abdul mengatakan, program pendidikan yang ditekankan di UNKRIS, mahasiswa disiapkan bukan hanya untuk bekerja pada saat lulus, tapi menekankan pada pendidikan kewirausahaan. Jadi, mahasisiswa diminta harus bisa mandiri terjun ke masyarakat.
Setiap fakultas sudah diarahkan membina mahasiswanya untuk bisa menciptakan lapangan kerja dan bukan mencari pekerjaan. “Itu harapan kami, mudah-mudahan 5 tahun ke depan 100% semua mahasiswa lulusan dari UNKRIS sudah bisa memberikan lapangan pekerjaan,” kata Abdul.
Ke depan, kata Abdul, pihaknya mendorong agar mahasiswa lulusan UNKRIS semakin banyak yang berwirausaha sendiri dan tidak lagi berorientasi mencari pekerjaan pasca lulus kuliah.
Ketua Pembina Yayasan UNKRIS Prof T Gayus Lumbuun memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada rektor UNKRIS yang telah melakukan sistem pembelajaran Blended Learning atau sistem pembelajaran gabungan antara tata muka (Face to Face) dengan pembelajaran berbasis digital.
“Salah satu usaha UNKRIS menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi guna memberikan layanan dan fasilitas pembelajaran yang berbeda yang dapat dipilih masyarakat,” kata Gayus.
Sementara itu. Ketua Badan Pengurus Yayasan UNKRIS Prof H Imam Santoso mengatakan, wisuda bukanlah akhir dari perjuangan bagi para wisudawan dalam rangka upaya meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan. “Wisuda hanya sebuah titik kecil dari sebuah proses menuntut ilmu yang masih harus ditindaklanjuti di kehidupan nyata keseharian,” kata Imam.
(pur)