Mengejar Mutu Pendidikan Terbaik
A
A
A
JAKARTA - Pasca pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2018 ratusan perguruan tinggi negeri dan swasta berlomba untuk menyambut mahasiswa baru. Beragam program ditawarkan oleh perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) mulai dari program beasiswa hingga pemberian diskon menarik untuk siswa berprestasi.
Sebanyak 110.946 siswa lolos SNMPTN 2018 berdasarkan pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2018. Dari jumlah tersebut, 28.069 siswa di antaranya penerima beasiswa Bidikmisi atau bantuan pemerintah bagi siswa tidak mampu. Adapun jumlah peserta SNMPTN 2018 sebanyak 586.155 siswa. Pendaftar SNMPTN terbanyak datang dari Jawa Barat, namun siswa yang paling banyak diterima di PTN berasal dari Jawa Timur dengan jumlah sekitar 14.518. Sedangkan untuk program Bidikmisi didominasi siswa dari Jawa Tengah sebanyak 2.515.
Surabaya menjadi kota dengan siswa lulusan SNMPTN terbesar berjumlah 1.919 siswa. Universitas Brawijaya, Malang menjadi PTN yang paling banyak menerima siswa baru. Panitia Pusat SNMPTN Ravik Karsidi mengungkapkan, hal tersebut bergantung kuota yang telah ditetapkan oleh pihak universitas. "Banyak yang bertanya ke mana UI, ITB, Unpad, UGM, atau IPB, mengapa tidak berada di posisi atas. Itu karena bergantung banyaknya prodi yang ada dalam universitas tersebut dan kuota mahasiswa yang diterima," jelasnya.
Banyak hal menarik yang dapat dicermati dari hasil SNMPTN 2018. Keketatan antarprodi pun patut dicermati lebih dalam. Keketatan itu artinya ketertarikan calon mahasiswa untuk belajar di prodi tertentu. Tahun ini Farmasi dari Universitas Syiah Kuala, Aceh menjadi prodi kelompok saintek paling ketat dengan presentasi 0,981.
Ravik menganalisis, dari 100 pelamar belum tentu ada satu orang yang lulus. Begitu juga di posisi kedua, di bidang Ilmu Komputer atau Informatika ini tentu ada hubungannya dengan revolusi industri 4.0 dan era digitalisasi. "Adik-adik calon mahasiswa mungkin merasa inilah kesempatan untuk masa depan yang lebih baik. Untuk masalah ini memang akan menjadi pendapat yang asumtif semata, mengingat belum ada survei mengenai alasan prodi yang menjadi favorit calon mahasiswa," jelasnya.
Sementara itu, menurut pengamat pendidikan Totok Amin, ukuran keketatan ini harus diwaspadai karena dapat menipu. Ketat yang dimaksud adalah jumlah kursi yang tersedia lebih kecil dibandingkan dengan peminatnya. Totok mengungkapkan, selama ini jurusan Farmasi paling ketat karena tidak banyak perguruan tinggi yang masih memiliki jurusan itu.
"Jurusan Farmasi menjadi kedua terbaik setelah Kedokteran yang masih berkecimpung di bidang industri kesehatan. Banyak studi yang menyebutkan bahwa bidang pekerjaan di bidang kesehatan termasuk yang akan bertahan di masa depan karena makin tingginya jumlah penduduk usia matang atau tua di masa depan," ungkap Totok.
Sementara itu, fokus lain selain lolosnya putra-putri terbaik bangsa dalam SNMPTN yakni mereka yang juga lolos untuk program Bidikmisi. Pada 2018 sebanyak 144.450 yang mendaftar, lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 130.854 siswa. Mereka yang diterima tahun ini pun tentu lebih banyak sekitar 28.069 siswa.
Dalam program ini Totok menganggap masih terdapat sejumlah masalah. Di antaranya biaya Bidikmisi yang membebani PTN dan PTS penerimanya karena beasiswa yang diberikan masih kurang, khususnya di bidang studi science, technology, engineering, dan math (STEM). "Siswa yang masuk ITB misalnya diberi beasiswa Rp6 juta per semester termasuk biaya hidup, padahal SPP-nya saja sudah di atas 10 juta. Bagaimana kita mau memajukan bangsa kalau siswa cerdas yang miskin dan ambil prodi STEM dibebani biaya besar? Mestinya, Bidikmisi memberikan nilai beasiswa yang lebih besar untuk mereka yang mengambil jurusan sains dan sejenisnya," jelasnya.
Setiap universitas tentu memiliki cara sendiri dalam penerimaan mahasiswa baru. Perwakilan Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Indonesia (UI) Rukti Arum Wismasari menjelaskan, UI membagi jalur secara umum menjadi dua, yakni undangan dan tulis. Di UI juga dibuka kelas reguler dan nonreguler meliputi kelas paralel, vokasi, dan internasional walaupun tidak semua fakultas lengkap memiliki tiga kelas tersebut. Undangan untuk kelas reguler menurut Rukti yakni SNMPTN dari pemerintah, sedangkan jalur tulis melalui SBMPTN. Sementara undangan untuk kelas nonreguler, yaitu prestasi dan pemerataan kesempatan belajar (PPKB). Tes tertulisnya ialah seleksi masuk atau SIMAK UI.
"Untuk undangan PPKB, menyeleksi mahasiswa berdasar nilai rapor dan sertifikat. Sekolah yang mendapat undangan juga dipilih UI," ujar Rukti.
Hal tersebut menjadi tantangan bagi calon mahasiswa. Pilihan jalur masuk ini juga dikhususkan bagi sekolah internasional yang tidak bisa ikut SMBPTN karena harus sudah membawa surat kelulusan. Rukti mengaku persiapan yang dilakukan biasa saja karena selalu ada setiap tahun. UI sudah siap menerima anak bangsa terbaik yang sudah terpilih dari semua jalur yang sudah dipersiapkan.
PTS Tawarkan Beasiswa
Tidak hanya PTN, PTS pun berlomba memberikan yang terbaik dengan banyak jalur penerimaan mahasiswa. Salah satunya Universitas Trilogi. Mereka mengandalkan sistem tes dan tanpa tes. Untuk sistem tanpa tes Universitas Trilogi mengadopsi sistem di PTN dengan mengadakan penelusuran minat dan kemampuan (PMDK). Sistem ini sangat menguntungkan calon mahasiswa dan memang digunakan Trilogi untuk "jualan" kampus mereka di daerah-daerah. Mulai Jabodetabek hingga Ambon, Bengkulu, dan Medan.
"Kami kerja sama dengan guru bimbingan konseling (BK) di sekolah sebab mereka menjadi key person dalam penentuan kampus siswa SMA. Bibit bagus kita ambil dari daerah dan memang nyata berpotensi," tutur Kabiro Admisi dan Pemasaran Universitas Trilogi Dian Ruslan.
Universitas Trilogi yang dahulu bernama STEKPI ini masih diunggulkan untuk bidang akuntansi dan manajemen. Namun, mereka mengakui sekarang lebih menjadi kampus kelas menengah atau untuk semua kalangan masyarakat. Mereka pun kini melebarkan sayap dengan mengembangkan Ilmu Pertanian.
Universitas Paramadina yang membuka jalur tidak hanya dari program Bidikmisi, namun juga membuka beasiswa dari kerja sama dengan perusahaan. Direktur Kerja Sama, Pemasaran, dan Hubungan Alumni Universitas Paramadina Nara Kurniawaty Yusuf mengungkapkan, Paramadina pun punya program Fellowship Paramadina Social Responsibility (PSR) bagi tiga kelurahan yang berada dekat wilayah mereka, yakni sekitar Kelurahan Tegal Parang, Mampang Selatan, dan Pancoran Barat.
"PSR hanya untuk program S-1, bagi putra-putri lulusan SMA yang berdomisili di sekitar Universitas Paramadina, harus lulus empat tahun, dan IPK minimal 3 setiap semester. Jalur kerja sama dengan memberikan diskon untuk biaya pendidikan dengan minimal pendaftar. Penyelenggaraan kuliah bisa di Universitas Paramadina dan di perusahaan. Sistem kuliah ini berdasarkan kerja sama dalam bentuk MOU," jelasnya.
Sementara itu, proses seleksi masuk perguruan tinggi, baik PTN maupun PTS di Yogyakarta tak jauh berbeda dengan di tempat lain. Proses masuk PTN dapat dilakukan melalui jalur prestasi akademi, undangan, dan tes tertulis. Kepala Humas dan Protokol UGM Iva Ariani mengatakan, untuk seleksi calon mahasiswa UGM ada tiga jalur, yaitu SNMPTN, SBMPTN, dan Utul. SNMPTN jalur seleksi dari panitia pusat dengan mempertimbangkan prestasi akademik siswa. SBMPTN tes tertulis yang penyelenggaranya adalah panitia pusat. Sedangkan Utul itu jalur tes tertulis yang diselenggarakan oleh UGM.
"Di luar itu tidak ada jalur lain. Untuk persaingan tentu sangat ketat seperti dalam SNMPTN dari 37.447 peserta, yang diterima hanya 2141 atau 5,72% peserta. 1535 kelompok IPA/Saintek dan 606 kelompok IPS/Soshum," sebutnya.
Hal yang sama diungkapkan kepala Humas dan Protokol UNY Anwar Efendi. Dia menjelaskan, untuk seleksi masuk UNY ada tiga jalur, yakni melalui SNMPTN dengan kuota 35%, SBMPTN kuota 35 %, dan seleksi Mandiri kuota 30%. "Untuk Seleksi Mandiri di UNY dilaksanakan tiga jalur, yaitu SM berbasis prestasi unggul, berbasis nilai SBMPTN, dan ujian tertulis," tutur Anwar.
Sebanyak 110.946 siswa lolos SNMPTN 2018 berdasarkan pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2018. Dari jumlah tersebut, 28.069 siswa di antaranya penerima beasiswa Bidikmisi atau bantuan pemerintah bagi siswa tidak mampu. Adapun jumlah peserta SNMPTN 2018 sebanyak 586.155 siswa. Pendaftar SNMPTN terbanyak datang dari Jawa Barat, namun siswa yang paling banyak diterima di PTN berasal dari Jawa Timur dengan jumlah sekitar 14.518. Sedangkan untuk program Bidikmisi didominasi siswa dari Jawa Tengah sebanyak 2.515.
Surabaya menjadi kota dengan siswa lulusan SNMPTN terbesar berjumlah 1.919 siswa. Universitas Brawijaya, Malang menjadi PTN yang paling banyak menerima siswa baru. Panitia Pusat SNMPTN Ravik Karsidi mengungkapkan, hal tersebut bergantung kuota yang telah ditetapkan oleh pihak universitas. "Banyak yang bertanya ke mana UI, ITB, Unpad, UGM, atau IPB, mengapa tidak berada di posisi atas. Itu karena bergantung banyaknya prodi yang ada dalam universitas tersebut dan kuota mahasiswa yang diterima," jelasnya.
Banyak hal menarik yang dapat dicermati dari hasil SNMPTN 2018. Keketatan antarprodi pun patut dicermati lebih dalam. Keketatan itu artinya ketertarikan calon mahasiswa untuk belajar di prodi tertentu. Tahun ini Farmasi dari Universitas Syiah Kuala, Aceh menjadi prodi kelompok saintek paling ketat dengan presentasi 0,981.
Ravik menganalisis, dari 100 pelamar belum tentu ada satu orang yang lulus. Begitu juga di posisi kedua, di bidang Ilmu Komputer atau Informatika ini tentu ada hubungannya dengan revolusi industri 4.0 dan era digitalisasi. "Adik-adik calon mahasiswa mungkin merasa inilah kesempatan untuk masa depan yang lebih baik. Untuk masalah ini memang akan menjadi pendapat yang asumtif semata, mengingat belum ada survei mengenai alasan prodi yang menjadi favorit calon mahasiswa," jelasnya.
Sementara itu, menurut pengamat pendidikan Totok Amin, ukuran keketatan ini harus diwaspadai karena dapat menipu. Ketat yang dimaksud adalah jumlah kursi yang tersedia lebih kecil dibandingkan dengan peminatnya. Totok mengungkapkan, selama ini jurusan Farmasi paling ketat karena tidak banyak perguruan tinggi yang masih memiliki jurusan itu.
"Jurusan Farmasi menjadi kedua terbaik setelah Kedokteran yang masih berkecimpung di bidang industri kesehatan. Banyak studi yang menyebutkan bahwa bidang pekerjaan di bidang kesehatan termasuk yang akan bertahan di masa depan karena makin tingginya jumlah penduduk usia matang atau tua di masa depan," ungkap Totok.
Sementara itu, fokus lain selain lolosnya putra-putri terbaik bangsa dalam SNMPTN yakni mereka yang juga lolos untuk program Bidikmisi. Pada 2018 sebanyak 144.450 yang mendaftar, lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 130.854 siswa. Mereka yang diterima tahun ini pun tentu lebih banyak sekitar 28.069 siswa.
Dalam program ini Totok menganggap masih terdapat sejumlah masalah. Di antaranya biaya Bidikmisi yang membebani PTN dan PTS penerimanya karena beasiswa yang diberikan masih kurang, khususnya di bidang studi science, technology, engineering, dan math (STEM). "Siswa yang masuk ITB misalnya diberi beasiswa Rp6 juta per semester termasuk biaya hidup, padahal SPP-nya saja sudah di atas 10 juta. Bagaimana kita mau memajukan bangsa kalau siswa cerdas yang miskin dan ambil prodi STEM dibebani biaya besar? Mestinya, Bidikmisi memberikan nilai beasiswa yang lebih besar untuk mereka yang mengambil jurusan sains dan sejenisnya," jelasnya.
Setiap universitas tentu memiliki cara sendiri dalam penerimaan mahasiswa baru. Perwakilan Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Indonesia (UI) Rukti Arum Wismasari menjelaskan, UI membagi jalur secara umum menjadi dua, yakni undangan dan tulis. Di UI juga dibuka kelas reguler dan nonreguler meliputi kelas paralel, vokasi, dan internasional walaupun tidak semua fakultas lengkap memiliki tiga kelas tersebut. Undangan untuk kelas reguler menurut Rukti yakni SNMPTN dari pemerintah, sedangkan jalur tulis melalui SBMPTN. Sementara undangan untuk kelas nonreguler, yaitu prestasi dan pemerataan kesempatan belajar (PPKB). Tes tertulisnya ialah seleksi masuk atau SIMAK UI.
"Untuk undangan PPKB, menyeleksi mahasiswa berdasar nilai rapor dan sertifikat. Sekolah yang mendapat undangan juga dipilih UI," ujar Rukti.
Hal tersebut menjadi tantangan bagi calon mahasiswa. Pilihan jalur masuk ini juga dikhususkan bagi sekolah internasional yang tidak bisa ikut SMBPTN karena harus sudah membawa surat kelulusan. Rukti mengaku persiapan yang dilakukan biasa saja karena selalu ada setiap tahun. UI sudah siap menerima anak bangsa terbaik yang sudah terpilih dari semua jalur yang sudah dipersiapkan.
PTS Tawarkan Beasiswa
Tidak hanya PTN, PTS pun berlomba memberikan yang terbaik dengan banyak jalur penerimaan mahasiswa. Salah satunya Universitas Trilogi. Mereka mengandalkan sistem tes dan tanpa tes. Untuk sistem tanpa tes Universitas Trilogi mengadopsi sistem di PTN dengan mengadakan penelusuran minat dan kemampuan (PMDK). Sistem ini sangat menguntungkan calon mahasiswa dan memang digunakan Trilogi untuk "jualan" kampus mereka di daerah-daerah. Mulai Jabodetabek hingga Ambon, Bengkulu, dan Medan.
"Kami kerja sama dengan guru bimbingan konseling (BK) di sekolah sebab mereka menjadi key person dalam penentuan kampus siswa SMA. Bibit bagus kita ambil dari daerah dan memang nyata berpotensi," tutur Kabiro Admisi dan Pemasaran Universitas Trilogi Dian Ruslan.
Universitas Trilogi yang dahulu bernama STEKPI ini masih diunggulkan untuk bidang akuntansi dan manajemen. Namun, mereka mengakui sekarang lebih menjadi kampus kelas menengah atau untuk semua kalangan masyarakat. Mereka pun kini melebarkan sayap dengan mengembangkan Ilmu Pertanian.
Universitas Paramadina yang membuka jalur tidak hanya dari program Bidikmisi, namun juga membuka beasiswa dari kerja sama dengan perusahaan. Direktur Kerja Sama, Pemasaran, dan Hubungan Alumni Universitas Paramadina Nara Kurniawaty Yusuf mengungkapkan, Paramadina pun punya program Fellowship Paramadina Social Responsibility (PSR) bagi tiga kelurahan yang berada dekat wilayah mereka, yakni sekitar Kelurahan Tegal Parang, Mampang Selatan, dan Pancoran Barat.
"PSR hanya untuk program S-1, bagi putra-putri lulusan SMA yang berdomisili di sekitar Universitas Paramadina, harus lulus empat tahun, dan IPK minimal 3 setiap semester. Jalur kerja sama dengan memberikan diskon untuk biaya pendidikan dengan minimal pendaftar. Penyelenggaraan kuliah bisa di Universitas Paramadina dan di perusahaan. Sistem kuliah ini berdasarkan kerja sama dalam bentuk MOU," jelasnya.
Sementara itu, proses seleksi masuk perguruan tinggi, baik PTN maupun PTS di Yogyakarta tak jauh berbeda dengan di tempat lain. Proses masuk PTN dapat dilakukan melalui jalur prestasi akademi, undangan, dan tes tertulis. Kepala Humas dan Protokol UGM Iva Ariani mengatakan, untuk seleksi calon mahasiswa UGM ada tiga jalur, yaitu SNMPTN, SBMPTN, dan Utul. SNMPTN jalur seleksi dari panitia pusat dengan mempertimbangkan prestasi akademik siswa. SBMPTN tes tertulis yang penyelenggaranya adalah panitia pusat. Sedangkan Utul itu jalur tes tertulis yang diselenggarakan oleh UGM.
"Di luar itu tidak ada jalur lain. Untuk persaingan tentu sangat ketat seperti dalam SNMPTN dari 37.447 peserta, yang diterima hanya 2141 atau 5,72% peserta. 1535 kelompok IPA/Saintek dan 606 kelompok IPS/Soshum," sebutnya.
Hal yang sama diungkapkan kepala Humas dan Protokol UNY Anwar Efendi. Dia menjelaskan, untuk seleksi masuk UNY ada tiga jalur, yakni melalui SNMPTN dengan kuota 35%, SBMPTN kuota 35 %, dan seleksi Mandiri kuota 30%. "Untuk Seleksi Mandiri di UNY dilaksanakan tiga jalur, yaitu SM berbasis prestasi unggul, berbasis nilai SBMPTN, dan ujian tertulis," tutur Anwar.
(amm)