Mahasiswa UII Ciptakan Alat Tanam Fungsional Pertanian
A
A
A
SLEMAN - Tiga mahasiswa Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, yaitu Reno Dian Anggara, Muhammad Iqbal Sabit (mahasiswa Teknik Industri UII 2015) serta Adinda Khairunnisa (mahasiswa Teknik Industri UII 2016) yang tergabung dalam tim Alfaraby berhasil membuat inovasi alat pertanian cocok taman ergonomis yang diberi nama Go-Win.
Go-Win merupakan alat berupa skuter yang dapat digunakan untuk melakukan pembibitan tanaman pada bidang agroteknologi. Go-Win diklaim bisa menghemat waktu maupun tenaga. Sebab Go-Win memiliki kemampuan menggali tanah, menaruh bibit dan mengatur jarak tanam.
Inovasi tiga mahasiswa ini juga berhasil menjadi juara pertama dalam lomba Design Competition for Industri System and Environment (Descomfirst) 2018 di Solo, 5-6 Mei lalu. Descomfirst merupakan kompetisi inovasi tahunan antar mahasiswa se-Asia Tenggara yang diselenggarkan Himpunan Mahasiswa Teknik Indutstri Universitas Sebelas Maret (UNS). Tahun ini mengusung tema “Manual Tools for Processing of Agricultural Technology”.
Ketua Tim Alfaraby, Muhammad Iqbal Sabit mengatakan biasanya dalam menanam bibit baru, memerlukan alat untuk menggali tanah, menaruh bibit dan alat yang digunakan mengatur jarak tanam. Namun dengan alat ini sudah tidak perlu lagi sebab dapat digunakan untuk tiga perkejaan itu sekaligus.
“Biasanya petani melakukan tanam benih itu bikin lubang, menanam benih, dan menutupnya. Tetapi dengan alat ini sekaligus tiga pekerjaan tersebut selesai. Jadi ini yang menjadi keunggulan Go-Win,” ujar Iqbal di Kampus UII Yogyakarta, Rabu (30/5/2018).
Iqbal menjelaskan untuk membuat satu unit prototype Go-Win menghabiskan Rp2,5 juta. Sedangkan berdasarkan survei, petani memiliki daya beli antara Rp1,2-1,5 juta.
Selain akan terus menyempurnakan alat tersebut juga berencana membuat secara massal. Sehingga dengan diproduksi secara massal bisa dijual sesuai daya beli petani dan yang jelas akan memudahkan memudahkan pekerjaan mereka.
“Karena prototype ini sudah hampir 90% layak digunakan, jadi kami berenana untuk memproduksi tahun depan (2019), sehingga para petani bisa secepatnya menggunakannya,” papar Iqbal.
Adinda Khairunnisa menambahkan dalam membuat Go-Win ini dimulai November 2017 lalu, yaitu diawali dengan membuat konsep. Selama proses persiapan, tim dibantu vendor dan untuk pembuatan prototypenya dibantu program studi (prodi) Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri (FTI) UII.
Dekan Fakultas Teknik Indutsri (FTI) UII, Imam Djati Widodo mengatakan selalu mendukung ddan mendorong agar mahasiswa selalu membuat inovasi. Selain sebagai aplikasi ilmu yang mereka dapatkan di bangku kuliah, juga sebagai antisipasi dalam era revolusi industri 4.0 atau era disrupti. Karena itu FTI UII akan mematenkan hasil karya mahasiswa tersebut.
“FTI juga akan mengajak Kantor Aliansi Universitas dan Industri UII untuk memproduksinya secara massal,” terangnya.
Go-Win merupakan alat berupa skuter yang dapat digunakan untuk melakukan pembibitan tanaman pada bidang agroteknologi. Go-Win diklaim bisa menghemat waktu maupun tenaga. Sebab Go-Win memiliki kemampuan menggali tanah, menaruh bibit dan mengatur jarak tanam.
Inovasi tiga mahasiswa ini juga berhasil menjadi juara pertama dalam lomba Design Competition for Industri System and Environment (Descomfirst) 2018 di Solo, 5-6 Mei lalu. Descomfirst merupakan kompetisi inovasi tahunan antar mahasiswa se-Asia Tenggara yang diselenggarkan Himpunan Mahasiswa Teknik Indutstri Universitas Sebelas Maret (UNS). Tahun ini mengusung tema “Manual Tools for Processing of Agricultural Technology”.
Ketua Tim Alfaraby, Muhammad Iqbal Sabit mengatakan biasanya dalam menanam bibit baru, memerlukan alat untuk menggali tanah, menaruh bibit dan alat yang digunakan mengatur jarak tanam. Namun dengan alat ini sudah tidak perlu lagi sebab dapat digunakan untuk tiga perkejaan itu sekaligus.
“Biasanya petani melakukan tanam benih itu bikin lubang, menanam benih, dan menutupnya. Tetapi dengan alat ini sekaligus tiga pekerjaan tersebut selesai. Jadi ini yang menjadi keunggulan Go-Win,” ujar Iqbal di Kampus UII Yogyakarta, Rabu (30/5/2018).
Iqbal menjelaskan untuk membuat satu unit prototype Go-Win menghabiskan Rp2,5 juta. Sedangkan berdasarkan survei, petani memiliki daya beli antara Rp1,2-1,5 juta.
Selain akan terus menyempurnakan alat tersebut juga berencana membuat secara massal. Sehingga dengan diproduksi secara massal bisa dijual sesuai daya beli petani dan yang jelas akan memudahkan memudahkan pekerjaan mereka.
“Karena prototype ini sudah hampir 90% layak digunakan, jadi kami berenana untuk memproduksi tahun depan (2019), sehingga para petani bisa secepatnya menggunakannya,” papar Iqbal.
Adinda Khairunnisa menambahkan dalam membuat Go-Win ini dimulai November 2017 lalu, yaitu diawali dengan membuat konsep. Selama proses persiapan, tim dibantu vendor dan untuk pembuatan prototypenya dibantu program studi (prodi) Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri (FTI) UII.
Dekan Fakultas Teknik Indutsri (FTI) UII, Imam Djati Widodo mengatakan selalu mendukung ddan mendorong agar mahasiswa selalu membuat inovasi. Selain sebagai aplikasi ilmu yang mereka dapatkan di bangku kuliah, juga sebagai antisipasi dalam era revolusi industri 4.0 atau era disrupti. Karena itu FTI UII akan mematenkan hasil karya mahasiswa tersebut.
“FTI juga akan mengajak Kantor Aliansi Universitas dan Industri UII untuk memproduksinya secara massal,” terangnya.
(kri)