Indonesia Peringkat ke-3 Dunia di Olimpiade Kebumian

Senin, 20 Agustus 2018 - 07:15 WIB
Indonesia Peringkat ke-3 Dunia di Olimpiade Kebumian
Indonesia Peringkat ke-3 Dunia di Olimpiade Kebumian
A A A
TANGERANG - Indonesia menempati peringkat ketiga dunia pada Olimpiade Kebumian. Olimpiade ini relatif sulit karena siswa harus menguasai lima bidang mata pelajaran.

Tim Pembina Zadrach L Dupe mengatakan, ini adalah kali kedua pelajar SMA menempatkan Indonesia dalam posisi ketiga dunia. Pertama pada olimpiade kebumian di Brasil pada 2015 lalu. Dia menuturkan, olimpiade kebumian ini merupakan cabang sains yang sangat rumit. Sebab para siswa harus menguasai lima bidang yakni geologi, geofisika, meteorologi, astronomi dan oseanografi.

''Olimpiade ini memang cukup rumit karena tidak seperti matematika yang berdiri sendiri mereka haus kuasai lima bidang. Ini adalah kado terindah bagi Indonesia karena mereka berhasil meraih posisi ketiga dunia," katanya saat penjemputan tim di Bandara Soekarno Hatta.

Para pahlawan sains Indonesia berhasil persembahkan 3 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu dalam kompetisi 12nd International Earth Science Olympiad (IESO) yang diselenggarakan di Mahidol Kanchanaburi, Thailand pada 8-17 Agustus 2018.

Tim Indonesia "panen" medali dalam kompetisi yang diikuti oleh 39 negara dunia. Dua emas dipersembahkan untuk Indonesia oleh Naufal Dean Anugrah (SMAN 1 Yogyakarta) dan Geoffrey Tyndall (SMAN 2 Jakarta). Sedangkan satu perak diraih oleh Abraham Karel (SMAN 8 Jakarta) dan satu perunggu diraih oleh satu-satunya olimpiad putri, Lintang Ambar Pramesti (SMA Kesatuan Bangsa Yogyayakarta).

Tidak hanya itu, Indonesia juga dibuat bangga dengan raihan penghargaan kategori lomba berkelompok ITFI (International Team Field Investigation) dan ESP (Earth Science Project). Dari kompetisi ESP, siswa Indonesia raih emas atas nama Abraham dan perunggu atas nama Lintang. Sedangkan dari kategori ITFI, siswa Indonesia raih perak atas nama Naufal dan perunggu atas nama Geoffrey.

Zadrach mengaku, tim menemui kesulitan untuk menjaring anak-anak yang akan bertanding. Sebab, kata dia, kurikulum di Indonesia tidak ada mata pelajaran ilmu kebumian secara khusus. Oleh karena itu tim pembina harus mendapatkan anak-anak yang memiliki hasrat kemauan belajar lima ilmu yang akan diuji di olimpiade tersebut.

Dosen meteorologi ITB ini menjelaskan, anak-anak ini adalah hasil seleksi 30 besar Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Pekanbaru. ''Kami latih selama sebulan untuk menyaring 15 orang, lalu dipilih 8 dan terakhir kami mendapt empat terbaik untuk diberangkatkan,'' jelasnya.

Zadrach menjelaskan, IESO merupakan olimpiade yang sangat bergengsi. Kegiatan ini dipayungi oleh International Geoscience Education Organization (IGEO) yang merupakan suatu organisasi internasional dengan anggota para pendidik, organisasi,institusi pendidikan ilmu kebumian di seluruh dunia baik untuk tingkat pra-perguruan tinggi maupun perguruan tinggi.

Peraih emas Geoffrey Tyndall mengaku sangat senang karena berhasil mempersembahkan emas bagi Indonesia bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. ''Saya sangat terharu karena bisa membawa prestasi terbaik bagi bangsa, diri sendiri dan keluarga. Puji Tuhan saya bisa membawa emas ini sebagai kado bagi tanah air saya Indonesia," ungkapnya usai pengalungan bunga.

Pelajar berkacamata ini menuturkan, sub bidang geologi merupakan materi uji tersulit yang ditemui di lomba. Namun dia mengungkapkan, pelatihan yang konsiste di bawah bimbingan oleh para dosen dari ITB, UGM dan STMIK Indonesia Mandiri sudah menyamai pelatihan yang dilakukan oleh tim dari Jepang dan Cina.

Geoffrey sangat berharap hadiah beasiswa dari Kemendikbud yang menjanjikan hingga S3. Kata penyuka renang ini, selepas dari SMA dia ingin melanjutkan ke S1 bidang elektro di Universitas Indonesia.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7861 seconds (0.1#10.140)