Geser ITB dan IPB, Dosen UMM Juara Pertama Dosen Berprestasi Nasional
A
A
A
JAKARTA - Baru saja menyabet 2nd Runner-up ASEAN Best Practices Competition untuk kategori Bangunan Hemat Energi pada penganugerahan ASEAN Energy Award 2018, UMM kembali mendapatkan kado kedua. Kali ini hadiah itu datang dari seorang Djoko Sigit Sayogo, SE, M.ACC, PhD.
Djoko meraih juara pertama dalam perhelatan pemilihan finalis dosen berprestasi tingkat nasional bidang sosial humaniora dari Kemenristekdikti, Senin (29/10/2018). Djoko yang telah memiliki 9 publikasi bereputasi internasional ini, pada tahap presentasi disanding dengan delapan finalis lainnya.
Dalam rilis yang diterima SINDOnews, 8 finalis tersebut, lima berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan tiga sisanya dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Setiap finalis diberi waktu 15 menit untuk menyampaikan filosofi riset, pengajaran dan pengabdian, menjelaskan terkait risetnya dan prestasi-prestasi yang telah dicapai dengan riset tersebut.
Saat presentasi, Djoko menuturkan, ia diuji terkait kebermanfaatan risetnya bagi negara dan masyarakat. Pria yang menjabat sebagai Wakil Direktur III Bidang Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian DP2M UMM ini, mengaku sangat bangga saat diuji hampir tiga puluh menit oleh dewan juri. Di bidang Sosial Humaniora, Djoko menyisihkan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Saya menjelaskan bagaimana kita dapat mengurangi information asymmetry (pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk dibandingkan pembeli) dan meningkatkan trust (kepercayaan) dengan memfasilitasi konsumen melakukan penelusuran informasi sepanjang rantai suplai produk melalui teknologi informasi,” terang Djoko yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini.
UMM memiliki Lembaga Pengembangan Publikasi Ilmiah (LPPI) yang menyediakan intensif khusus bagi mereka yang jurnalnya diterbitkan di jurnal internasional bereputasi atau terindeks Scopus. Meski begitu, sebut Wakil Rektor I yang membidangi akademik, Prof Syamsul Arifin MSi, budaya prestasi dosen UMM ini tidak hanya dinilai dari torehannya di bidang akademik, melainkan juga singgungannya dengan bidang Sumber Daya Manusia (SDM).
Syamsul menyebut bahwa pihaknya terus mendorong seluruh dosen UMM untuk terus memacu prestasi publikasi di jurnal bereputasi internasional. “Terus terang, raihan Pak Djoko ini melebihi ekspektasi kami. Ke depan, materi ajar yang disampaikan dosen seharusnya merupakan hasil riset yang telah dikerjakan dirinya. Demikian yang kita sebut sebagai dosen berkompetensi,” tukasnya.
Djoko meraih juara pertama dalam perhelatan pemilihan finalis dosen berprestasi tingkat nasional bidang sosial humaniora dari Kemenristekdikti, Senin (29/10/2018). Djoko yang telah memiliki 9 publikasi bereputasi internasional ini, pada tahap presentasi disanding dengan delapan finalis lainnya.
Dalam rilis yang diterima SINDOnews, 8 finalis tersebut, lima berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan tiga sisanya dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Setiap finalis diberi waktu 15 menit untuk menyampaikan filosofi riset, pengajaran dan pengabdian, menjelaskan terkait risetnya dan prestasi-prestasi yang telah dicapai dengan riset tersebut.
Saat presentasi, Djoko menuturkan, ia diuji terkait kebermanfaatan risetnya bagi negara dan masyarakat. Pria yang menjabat sebagai Wakil Direktur III Bidang Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian DP2M UMM ini, mengaku sangat bangga saat diuji hampir tiga puluh menit oleh dewan juri. Di bidang Sosial Humaniora, Djoko menyisihkan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Saya menjelaskan bagaimana kita dapat mengurangi information asymmetry (pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk dibandingkan pembeli) dan meningkatkan trust (kepercayaan) dengan memfasilitasi konsumen melakukan penelusuran informasi sepanjang rantai suplai produk melalui teknologi informasi,” terang Djoko yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini.
UMM memiliki Lembaga Pengembangan Publikasi Ilmiah (LPPI) yang menyediakan intensif khusus bagi mereka yang jurnalnya diterbitkan di jurnal internasional bereputasi atau terindeks Scopus. Meski begitu, sebut Wakil Rektor I yang membidangi akademik, Prof Syamsul Arifin MSi, budaya prestasi dosen UMM ini tidak hanya dinilai dari torehannya di bidang akademik, melainkan juga singgungannya dengan bidang Sumber Daya Manusia (SDM).
Syamsul menyebut bahwa pihaknya terus mendorong seluruh dosen UMM untuk terus memacu prestasi publikasi di jurnal bereputasi internasional. “Terus terang, raihan Pak Djoko ini melebihi ekspektasi kami. Ke depan, materi ajar yang disampaikan dosen seharusnya merupakan hasil riset yang telah dikerjakan dirinya. Demikian yang kita sebut sebagai dosen berkompetensi,” tukasnya.
(rhs)