Calon Guru Harus Kuasai 2 Mata Pelajaran
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendorong agar lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK) untuk mendidik guru agar bisa menguasai minimal dua mata pelajaran (mapel).
Diharapkan, guru di sekolah pun bisa mengajar lebih dari satu mapel. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, Kemendikbud meminta kampus-kampus pencetak guru untuk menyelenggarakan pendidikan mayor minor.
Hal ini artinya, jika calon guru mengambil jurusan bahasa Indonesia maka harus juga menguasai bahasa Ing gris atau bahasa asing lainnya. “Kita dorong LPTK bisa menyelenggarakan pendidikan mayor minor sehingga ketika di lapangan maka keahlian tambahan guru ini bisa dimanfaatkan,” katanya seusai rapat koordinasi (rakor) Penataan Guru dan Tenaga Kependidikan di Jakarta kemarin.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menjelaskan, program mayor minor yang dimaksud adalah seorang guru sejak awal dibina untuk bisa menguasai lebih dari satu keahlian, sehingga peran guru tersebut dapat dimaksimalkan.
Selanjutnya, Muhadjir juga menegaskan bahwa program mayor-minor yang dimaksud ini dalam satu rumpun ilmu. Tujuannya agar bisa linier dan ketika mengajar maka kedua keahlian tersebut diakui semua dan dapat dihitung untuk mendapatkan sertifikasi.
Guru besar Universitas Negeri Malang ini menjelaskan, keahlian ganda guru ini sangat di perlukan sebab selama ini yang membuat kekurangan guru adalah keadaan di mana satu guru hanya mengajar satu mata pelajaran. Kalaupun mau mengajar lebih dari satu mata pelajaran," ujarnya, akan di katakan tidak linier dan tidak diakui.
“Program mayor dan minor ini sejalan selaras dengan Program Pendidikan Ganda yang telah dijalankan oleh SMK untuk mengatasi kekurangan guru produktif,” jelasnya.
Dia menyampaikan, program mayor-minor ini selain untuk memaksimalkan peran guru, juga untuk memenuhi kewajiban guru melaksanakan tatap muka delapan jam selama lima hari kerja layaknya aparatur sipil negara (ASN). Delapan jam mengajar ini pun, wajib dipenuhi para guru agar mereka bisa mendapatkan tunjangan profesi.
“Dengan begitu, saya berharap agar tidak ada lagi guru yang sudah mempunyai sertifikat tetapi tidak bisa mendapatkan tunjangan profesi karena tidak bisa memenuhi 24 jam tatap muka,” ujarnya.
Terkait dengan usulan calon guru harus memiliki keahlian ganda ini sudah disampaikan kepada Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohamad Nasir. Mendikbud menyampaikan, surat resminya akan segera dikirim.
Isinya tidak hanya tentang program mayor-minor, tetapi juga rasionalisasi LPTK agar tidak ada kelebihan guru. Sementara itu, melalui program PINTAR (Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran), bersama IAIN Samarinda dan Universitas Mulawarman, Tanoto Foundation me latih 26 kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pengawas, staf Kementerian Agama (Kemenag), dan dinas pendidikan Samarinda tentang manajemen sekolah yang lebih profesional dan berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Dekan FKIP Universitas Mulawarman Amir Masruhim mengatakan, pelatihan seperti ini memang sangat diper lukan. Sekolah menurutnya harus mempersiapkan anak-anak semenjak dini menghadapi era Industry 4.0.
“Diketahui era Industri 4.0 adalah era kecepatan tinggi dan kecanggihan yang membutuhkan inovasi dan kreativitas. Kita harus mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi era ini semenjak dini,” ujarnya saat membuka kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Horison, Samarinda, Kalimantan Timur.
Para peserta dikenalkan dengan pembelajaran aktif dengan memakai Strategi Mikir (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi). Ini merupakan sebuah strategi pembelajaran yang memudahkan guru untuk menyusun perencanaan pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa.
Selain itu, mereka juga difasilitasi untuk mengetahui lebih dalam strategi menyupervisi pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, menggerakkan budaya baca dan menulis praktik secara baik. (Neneng Zubaidah)
Diharapkan, guru di sekolah pun bisa mengajar lebih dari satu mapel. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, Kemendikbud meminta kampus-kampus pencetak guru untuk menyelenggarakan pendidikan mayor minor.
Hal ini artinya, jika calon guru mengambil jurusan bahasa Indonesia maka harus juga menguasai bahasa Ing gris atau bahasa asing lainnya. “Kita dorong LPTK bisa menyelenggarakan pendidikan mayor minor sehingga ketika di lapangan maka keahlian tambahan guru ini bisa dimanfaatkan,” katanya seusai rapat koordinasi (rakor) Penataan Guru dan Tenaga Kependidikan di Jakarta kemarin.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menjelaskan, program mayor minor yang dimaksud adalah seorang guru sejak awal dibina untuk bisa menguasai lebih dari satu keahlian, sehingga peran guru tersebut dapat dimaksimalkan.
Selanjutnya, Muhadjir juga menegaskan bahwa program mayor-minor yang dimaksud ini dalam satu rumpun ilmu. Tujuannya agar bisa linier dan ketika mengajar maka kedua keahlian tersebut diakui semua dan dapat dihitung untuk mendapatkan sertifikasi.
Guru besar Universitas Negeri Malang ini menjelaskan, keahlian ganda guru ini sangat di perlukan sebab selama ini yang membuat kekurangan guru adalah keadaan di mana satu guru hanya mengajar satu mata pelajaran. Kalaupun mau mengajar lebih dari satu mata pelajaran," ujarnya, akan di katakan tidak linier dan tidak diakui.
“Program mayor dan minor ini sejalan selaras dengan Program Pendidikan Ganda yang telah dijalankan oleh SMK untuk mengatasi kekurangan guru produktif,” jelasnya.
Dia menyampaikan, program mayor-minor ini selain untuk memaksimalkan peran guru, juga untuk memenuhi kewajiban guru melaksanakan tatap muka delapan jam selama lima hari kerja layaknya aparatur sipil negara (ASN). Delapan jam mengajar ini pun, wajib dipenuhi para guru agar mereka bisa mendapatkan tunjangan profesi.
“Dengan begitu, saya berharap agar tidak ada lagi guru yang sudah mempunyai sertifikat tetapi tidak bisa mendapatkan tunjangan profesi karena tidak bisa memenuhi 24 jam tatap muka,” ujarnya.
Terkait dengan usulan calon guru harus memiliki keahlian ganda ini sudah disampaikan kepada Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohamad Nasir. Mendikbud menyampaikan, surat resminya akan segera dikirim.
Isinya tidak hanya tentang program mayor-minor, tetapi juga rasionalisasi LPTK agar tidak ada kelebihan guru. Sementara itu, melalui program PINTAR (Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran), bersama IAIN Samarinda dan Universitas Mulawarman, Tanoto Foundation me latih 26 kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pengawas, staf Kementerian Agama (Kemenag), dan dinas pendidikan Samarinda tentang manajemen sekolah yang lebih profesional dan berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Dekan FKIP Universitas Mulawarman Amir Masruhim mengatakan, pelatihan seperti ini memang sangat diper lukan. Sekolah menurutnya harus mempersiapkan anak-anak semenjak dini menghadapi era Industry 4.0.
“Diketahui era Industri 4.0 adalah era kecepatan tinggi dan kecanggihan yang membutuhkan inovasi dan kreativitas. Kita harus mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi era ini semenjak dini,” ujarnya saat membuka kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Horison, Samarinda, Kalimantan Timur.
Para peserta dikenalkan dengan pembelajaran aktif dengan memakai Strategi Mikir (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi). Ini merupakan sebuah strategi pembelajaran yang memudahkan guru untuk menyusun perencanaan pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa.
Selain itu, mereka juga difasilitasi untuk mengetahui lebih dalam strategi menyupervisi pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, menggerakkan budaya baca dan menulis praktik secara baik. (Neneng Zubaidah)
(nfl)