Di Forum Akademisi Indonesia Anies Ajak Akademisi Terjun ke Politik
A
A
A
JAKARTA - Forum Akademisi Indonesia (FAI) kembali menyelenggarakan seminar nasional di kampus BSI Kalimalang, Jakarta Timur pada Sabtu (24/11/2018).
Menghadirkan pembicara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai pembicara, FAI mengusung tema Akademisi Pemimpin Negeri.
Bersama Indra Cahya Uno, Ketua umum FAI dan keynote Ramli, seminar ini mengupas bagaimana para akademisi memimpin negeri ini. Bagaimana lebih mengedepankan atau membudayakan kalangan akademisi baik dalam kepemimpinan nasional maupun daerah.
Dalam seminar itu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyayangkan kondisi saat ini di mana menurutnya kecenderungan dan ketertarikan kalangan akademisi untuk masuk ke dunia politik menjadi sangat rendah.
Anies menyebut bahwa stigma bahwa politik merupakan sesuatu yang terkesan 'kotor' nyatanya memang masih menjadi momok bagi masyarakat, dan sebagian kalangan akademisi itu sendiri.
"Banyak di antara generasi baru, di luar mereka yang memilih menjadi aktivis, seringkali kalau ditanya soal politik mereka itu cenderung menghindar," kata Anies.
Anies mengaku pernah bertanya kepada salah seorang mahasiswanya di Paramadina, mengenai keengganan mereka untuk terjun ke dunia politik dan lebih memilih masuk ke dunia bisnis. Saat dia menanyakan alasannya kepada mahasiswa itu, stigma bahwa politik adalah sesuatu yang 'kotor' ternyata juga masih menjadi alasan utamanya.
Padahal, barangkali lebih banyak dari peristiwa-peristiwa kriminal yang dampaknya fatal akibat konflik bisnis daripada politik. Bedanya konflik ini tidak muncul dalam berita.
Dia bahkan mengutip perkataan mantan Sekjen PBB ke-7, Kofi Annan, yang mempertanyakan soal 'Kalau orang-orang baik hanya mau menjadi pembayar pajak yang baik, lalu siapa yang akan mengurus uang pajak kita?', di depan para mahasiswa dan akademisi tersebut.
"Nah, untuk mencari orang baik, kriteria ini memang sulit. Tapi setidaknya kita harus cari orang 'tak bermasalah'," kata Anies.
Oleh karenanya, Anies pun berpesan kepada para mahasiswa, dosen dan kalangan akademisi, untuk mulai berani mengambil posisi dan perannya di sektor publik, agar bisa lebih terjun ke masalah-masalah yang dihadapi rakyat dan tidak hanya bermain aman di sektor-sektor privat saja.
Sementara itu Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli memuji Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) yang memiliki lebih dari 50 ribu mahasiswa.
"Universitas BSI, dan total mahasiswanya 50 ribu, lebih besar dari UI (Universitas Indonesia). UI setahu saya 30 ribu. Nah mudah-mudahan BSI fokus dalam beberapa bidang utama, terutama computer science.
Pembina FAI, Naba Aji Notoseputro mengatakan, tema seminar kali ini diambil dengan maksud agar pengelolaan negara nantinya banyak bersumber kajian dari akademisi. "Jangan memilih pemimpin yang karbitan, yang tidak tahu bagaimana mengelola negara agar negara tidak hancur, tetapi pilih yang pola pikirnya akademisi," jelasnya. Dikatakan Naba, seminar ini sangat penting agar pemimpi bangsa bisa memiliki pola pikir akademisi.
Menghadirkan pembicara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai pembicara, FAI mengusung tema Akademisi Pemimpin Negeri.
Bersama Indra Cahya Uno, Ketua umum FAI dan keynote Ramli, seminar ini mengupas bagaimana para akademisi memimpin negeri ini. Bagaimana lebih mengedepankan atau membudayakan kalangan akademisi baik dalam kepemimpinan nasional maupun daerah.
Dalam seminar itu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyayangkan kondisi saat ini di mana menurutnya kecenderungan dan ketertarikan kalangan akademisi untuk masuk ke dunia politik menjadi sangat rendah.
Anies menyebut bahwa stigma bahwa politik merupakan sesuatu yang terkesan 'kotor' nyatanya memang masih menjadi momok bagi masyarakat, dan sebagian kalangan akademisi itu sendiri.
"Banyak di antara generasi baru, di luar mereka yang memilih menjadi aktivis, seringkali kalau ditanya soal politik mereka itu cenderung menghindar," kata Anies.
Anies mengaku pernah bertanya kepada salah seorang mahasiswanya di Paramadina, mengenai keengganan mereka untuk terjun ke dunia politik dan lebih memilih masuk ke dunia bisnis. Saat dia menanyakan alasannya kepada mahasiswa itu, stigma bahwa politik adalah sesuatu yang 'kotor' ternyata juga masih menjadi alasan utamanya.
Padahal, barangkali lebih banyak dari peristiwa-peristiwa kriminal yang dampaknya fatal akibat konflik bisnis daripada politik. Bedanya konflik ini tidak muncul dalam berita.
Dia bahkan mengutip perkataan mantan Sekjen PBB ke-7, Kofi Annan, yang mempertanyakan soal 'Kalau orang-orang baik hanya mau menjadi pembayar pajak yang baik, lalu siapa yang akan mengurus uang pajak kita?', di depan para mahasiswa dan akademisi tersebut.
"Nah, untuk mencari orang baik, kriteria ini memang sulit. Tapi setidaknya kita harus cari orang 'tak bermasalah'," kata Anies.
Oleh karenanya, Anies pun berpesan kepada para mahasiswa, dosen dan kalangan akademisi, untuk mulai berani mengambil posisi dan perannya di sektor publik, agar bisa lebih terjun ke masalah-masalah yang dihadapi rakyat dan tidak hanya bermain aman di sektor-sektor privat saja.
Sementara itu Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli memuji Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) yang memiliki lebih dari 50 ribu mahasiswa.
"Universitas BSI, dan total mahasiswanya 50 ribu, lebih besar dari UI (Universitas Indonesia). UI setahu saya 30 ribu. Nah mudah-mudahan BSI fokus dalam beberapa bidang utama, terutama computer science.
Pembina FAI, Naba Aji Notoseputro mengatakan, tema seminar kali ini diambil dengan maksud agar pengelolaan negara nantinya banyak bersumber kajian dari akademisi. "Jangan memilih pemimpin yang karbitan, yang tidak tahu bagaimana mengelola negara agar negara tidak hancur, tetapi pilih yang pola pikirnya akademisi," jelasnya. Dikatakan Naba, seminar ini sangat penting agar pemimpi bangsa bisa memiliki pola pikir akademisi.
(vhs)