ITB Rancang Model Agroforestry Rendah Erosi di Bantaran Sungai Citarum
A
A
A
BANDUNG - Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang agroforestry rendah erosi di bantaran Sungai Citarum. Selain memberikan perlindungan terhadap sungai, agroforestry itu juga diharapkan menjadi hutan produktif.
Penerapan agroforestry ITB dilakukan di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur. Program tersebut telah dimulai sejak April 2018 oleh Kelompok Keahlian (KK) Teknologi Kehutanan serta KK Agroteknologi dan Bioproduk ITB. Juga bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Rekayasa Kehutanan ‘Selva’ dan Himpunan Mahasiswa Rekayasa Pertanian ‘Agrapana’ ITB.
Di kawasan tersebut, juga telah dilakukan penanaman sekitar 1.000 bibit pohon sengon, bibit tanaman sela jagung, kacang tanah, dan ubi kayu. Bibit itu ditanam di sebuah area seluas 2 hektare di kampung tersebut. Jenis bibit pohon lestari seperti trembesi juga ikut ditanam.
Menurut Ketua Satgas ITB untuk Citarum Harum Mindriany Syafila MS dibangunnya agroforestry ini dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam menerapkan agroforestry produktif. Serta untuk kondisi rendah erosi di Sub DAS Cikundul, Cianjur.
Agroforestri merupakan sistem penanaman yang mengombinasikan antara tanaman pertanian (semusim) dengan tanaman hutan (kayu keras). Untuk membuat proyek tersebut, PPM ITB harus melalui dua kali Focus Group Discussion (FGD) untuk mengeksplorasi sistem bertani tradisional masyarakat setempat. Hasilnya, ITB merangsang rancangan penanaman yang disepakati bersama oleh petani hutan.
Di mana, jenis tanaman pertanian yang ditanam yaitu jagung, ubi kayu, dan kacang. Sementara pohon hutan produktif yang ditanam yaitu sengon, serta jenis pohon lestari yaitu pohon trembesi (ki hujan).
"ITB memilih daerah aliran sungai bagian tengah Citarum karena pada bagian hulu sudah banyak yang mengerjakan," ujarnya Mindriany Syafila MS dalam siaran persnya.
Penerapan agroforestry ITB dilakukan di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur. Program tersebut telah dimulai sejak April 2018 oleh Kelompok Keahlian (KK) Teknologi Kehutanan serta KK Agroteknologi dan Bioproduk ITB. Juga bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Rekayasa Kehutanan ‘Selva’ dan Himpunan Mahasiswa Rekayasa Pertanian ‘Agrapana’ ITB.
Di kawasan tersebut, juga telah dilakukan penanaman sekitar 1.000 bibit pohon sengon, bibit tanaman sela jagung, kacang tanah, dan ubi kayu. Bibit itu ditanam di sebuah area seluas 2 hektare di kampung tersebut. Jenis bibit pohon lestari seperti trembesi juga ikut ditanam.
Menurut Ketua Satgas ITB untuk Citarum Harum Mindriany Syafila MS dibangunnya agroforestry ini dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam menerapkan agroforestry produktif. Serta untuk kondisi rendah erosi di Sub DAS Cikundul, Cianjur.
Agroforestri merupakan sistem penanaman yang mengombinasikan antara tanaman pertanian (semusim) dengan tanaman hutan (kayu keras). Untuk membuat proyek tersebut, PPM ITB harus melalui dua kali Focus Group Discussion (FGD) untuk mengeksplorasi sistem bertani tradisional masyarakat setempat. Hasilnya, ITB merangsang rancangan penanaman yang disepakati bersama oleh petani hutan.
Di mana, jenis tanaman pertanian yang ditanam yaitu jagung, ubi kayu, dan kacang. Sementara pohon hutan produktif yang ditanam yaitu sengon, serta jenis pohon lestari yaitu pohon trembesi (ki hujan).
"ITB memilih daerah aliran sungai bagian tengah Citarum karena pada bagian hulu sudah banyak yang mengerjakan," ujarnya Mindriany Syafila MS dalam siaran persnya.
(kri)