Kemendikbud Rumuskan Pembelajaran STEAM di Sekolah
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah masih dalam tahap merumuskan metode pembelajaran STEAM di sekolah. Namun penerapan STEAM tidak akan dipaksakan karena melihat kesiapan sekolah.
Kabid Pembelajaran Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Suprananto mengatakan, Kemendikbud sedang merumuskan ketetapan mengenai STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic) yang akan diterapkan di sekolah. Menurutnya, ada dua pilihan yang sedang dibahas, yakni apakah pemerintah ingin secara eksplisit kurikulum yang berlaku di sekolah berbasis STEAM atau metode pembelajaran STEAM hanya dilakukan sesuai dengan kemampuan di sekolah masing-masing.
"Kemendikbud tidak mau membentuk mata pelajaran STEAM tersendiri, tetapi lebih pada mengemas semua pembelajaran melalui pendekatan STEAM," ujar Suprananto seusai acara Indonesia STEAM Week di Kantor Kemendikbud, Jumat (14/12/2018).
Dia menuturkan, sebetulnya pembelajaran STEAM sudah berjalan di sekolah semisal di DKI Jakarta. Mereka memang tidak eksplisit menyebut STEAM di pembelajaran. Misalnya pembelajaran yang mengaitkan matematika, biologi, dan ekonomi.
Namun dia mengaku belum banyak sekolah yang menerapkan. Dia menekankan, jika Kurikulum 2013 dijalankan dengan baik, sejatinya hal itu sudah sesuai dengan konsep pembelajaran STEAM. Dia menjelaskan, karakteristik STEAM ini sebetulnya untuk mencapai kompetensi pembelajaran lintas mata pelajaran.
Namun kompetensi lintas mapel ini hanya bisa terjadi dijenjang SD karena mapelnya tematik. Kasi Kurikulum Kanwil Kemenag DKI Jakarta Arief Maulana menyampaikan bahwa Kemenag juga menunggu kebijakan dari Kemendikbud mengenai STEAM.
Pihaknya selalu memantau informasi mengenai STEAM ini karena ingin meningkatkan mutu siswa siswi di madrasah. "Guru madrasah juga sudah menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Kami mengikuti tren," ujarnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan dari Eduspec Indra Charismiadji berpendapat, dunia sudah mengenal STEAM sejak 2001. Lalu rumusan keterampilan abad ke-21 diperkenalkan pada 2002.
Sementara Indonesia, menurut dia, sudah tertinggal 10 tahun karena negara lain sudah akrab lama dengan STEAM. "Kurikulum STEAM ini sangat dibutuhkan dunia pendidikan jika Pemerintah Indonesia mau mengatasi ketertinggalan tersebut," katanya.
Kabid Pembelajaran Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Suprananto mengatakan, Kemendikbud sedang merumuskan ketetapan mengenai STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic) yang akan diterapkan di sekolah. Menurutnya, ada dua pilihan yang sedang dibahas, yakni apakah pemerintah ingin secara eksplisit kurikulum yang berlaku di sekolah berbasis STEAM atau metode pembelajaran STEAM hanya dilakukan sesuai dengan kemampuan di sekolah masing-masing.
"Kemendikbud tidak mau membentuk mata pelajaran STEAM tersendiri, tetapi lebih pada mengemas semua pembelajaran melalui pendekatan STEAM," ujar Suprananto seusai acara Indonesia STEAM Week di Kantor Kemendikbud, Jumat (14/12/2018).
Dia menuturkan, sebetulnya pembelajaran STEAM sudah berjalan di sekolah semisal di DKI Jakarta. Mereka memang tidak eksplisit menyebut STEAM di pembelajaran. Misalnya pembelajaran yang mengaitkan matematika, biologi, dan ekonomi.
Namun dia mengaku belum banyak sekolah yang menerapkan. Dia menekankan, jika Kurikulum 2013 dijalankan dengan baik, sejatinya hal itu sudah sesuai dengan konsep pembelajaran STEAM. Dia menjelaskan, karakteristik STEAM ini sebetulnya untuk mencapai kompetensi pembelajaran lintas mata pelajaran.
Namun kompetensi lintas mapel ini hanya bisa terjadi dijenjang SD karena mapelnya tematik. Kasi Kurikulum Kanwil Kemenag DKI Jakarta Arief Maulana menyampaikan bahwa Kemenag juga menunggu kebijakan dari Kemendikbud mengenai STEAM.
Pihaknya selalu memantau informasi mengenai STEAM ini karena ingin meningkatkan mutu siswa siswi di madrasah. "Guru madrasah juga sudah menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Kami mengikuti tren," ujarnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan dari Eduspec Indra Charismiadji berpendapat, dunia sudah mengenal STEAM sejak 2001. Lalu rumusan keterampilan abad ke-21 diperkenalkan pada 2002.
Sementara Indonesia, menurut dia, sudah tertinggal 10 tahun karena negara lain sudah akrab lama dengan STEAM. "Kurikulum STEAM ini sangat dibutuhkan dunia pendidikan jika Pemerintah Indonesia mau mengatasi ketertinggalan tersebut," katanya.
(amm)