Ilmu Aktuaria dan Bank Darah Jadi Primadona Baru

Minggu, 23 Desember 2018 - 11:51 WIB
Ilmu Aktuaria dan Bank...
Ilmu Aktuaria dan Bank Darah Jadi Primadona Baru
A A A
JAKARTA - Perkembangan teknologi dan percepatan serapan tenaga kerja membuat sektor hulu pendidikan menjawab semua tantangan.

Lembaga pendidikan menyiapkan jurusan yang bisa mencetak SDM andal di sektor-sektor yang tak biasa. Salah satu jurusan di perguruan tinggi yang memiliki potensi serapan tenaga kerja tinggi adalah ilmu aktuaria.

Ilmu aktuaria diprediksi akan berkembang pesat di Indonesia. Ilmu aktuaria mulai digemari anak-anak di berbagai kota, terutama generasi milenial yang suka dengan tantangan dan dunia baru. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjadi kampus pelopor ilmu aktuaria di Indonesia.

Mulai tahun ini, ITS sudah membuka Departemen Sains Aktuaria yang telah diinisiasi oleh dua departemen yang ada sebelumnya, yakni matematika dan statistika. Rektor ITS Prof Joni Hermana menuturkan, Departemen Sains Aktuaria ini sangat prospek pada masa depan.

Banyak peluang yang bisa dikembangkan untuk generasi emas di Indonesia. Untuk pendirian Departemen Sains Aktuaria ini, ITS juga telah menjalin kerja sama dengan University of Waterloo, Kanada. Pemerintah Kanada selama ini dikenal sangat concern terhadap pengembangan ilmu aktuaria.

Di Indonesia, potensi yang dibangun cukup kuat untuk menghasilkan banyak lulusan potensial sehingga bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri serta berpotensi untuk bersaing dengan SDM negara lain.

“Kami semua berharap ada kerja sama lain dengan universitas-universitas di Kanada untuk pengembangan ilmu aktuaria ini lebih jauh lagi untuk mencetak banyak lulusan potensial,” ujar Prof Joni, Jumat (21/12) Ketua Departemen Pascasarjana Statistika Heri Kuswanto menjelaskan, aktuaria merupakan ilmu yang mempelajari pengelolaan risiko keuangan di masa mendatang.

Namun, hampir 90% aktuaris yang bekerja di Indonesia saat ini masih merupakan tenaga ahli dari luar Indonesia. Karena itu, Presiden RI Joko Widodo menginstruksikan perguruan tinggi di Indonesia untuk mendirikan program studi aktuaria untuk memenuhi semua kebutuhan di dalam negeri.

“Ada delapan perguruan tinggi yang ditunjuk untuk mendirikan aktuaria ini, di antaranya ITB, UI, IPB, UM, ITS, Universitas Pelita Harapan (UPH), dan Universitas Prasetiya Mulya,” ucapnya.

Heri mengatakan, untuk lebih memaksimalkan dan memajukan jurusan aktuaria yang terhitung baru ini, ITS menggandeng University of Waterloo melalui lembaga nongovernment dari Kanada bernama Risk Management, Economic Sustainability and Actuarial Science Development in Indonesia (READI).

Pemerintah Kanada pun, dalam hal ini memfasilitasi dosen serta mahasiswa dalam bentuk pemberian beasiswa. Selain ilmu aktuaria, jurusan baru yang menyedot banyak perhatian masyarakat di Kota Pahlawan dan sekitarnya adalah ilmu teknologi bank darah yang dibuka di Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya.

Rektor Unitomo Bachrul Amiq menuturkan, jurusan Teknologi Bank Darah ini merupakan program studi baru di Unitomo dan termasuk prodi langka yang ada di perguruan tinggi. Bahkan, di Jawa Timur baru pertama kali buka dan ada di Unitomo.

Kesempatan kerja bagi lulusan teknologi bank darah cukup potensial. Mereka dibekali banyak keterampilan serta pengetahuan menyeluruh tentang bank darah. “Lapangan pekerjaan juga banyak. Makanya kami optimistis jurusan teknologi bank darah ini akan terus banyak peminat,” jelasnya.

Sementara Universitas Padjadjaran (Unpad) memilih membangun kampus di Kabupaten Pangandaran untuk pengembangan kawasan tersebut.

Kepala Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Unpad Pangandaran Bambang Hermanto mengatakan, SPDKU Unpad Pangandaran telah berjalan 3 tahun atau 6 semester.

Saat ini memiliki 5 program studi (prodi), yaitu ilmu komunikasi; administrasi bisnis; kelautan dan perikanan; keperawatan; dan peternakan.

“Kami berencana membuat prodi ini lebih menukik lagi sesuai arahan pemerintah pusat. Misalnya ilmu komunikasi lebih spesifik ke komunikasi pariwisata, kemudian kesehatan terkait kesehatan pariwisata,” kata Bambang.

Menurut dia, pemilihan jurusan disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Pangandaran misalnya, akan diarahkan menjadi destinasi wisata kelas dunia.

Dengan demikian, pihaknya menyesuaikan dengan kebutuhan potensi daerah. “Nama mungkin sama, karena masih menginduk kampus utama. Tapi dari sisi pembelajaran, para dosen diminta lebih spesifik. Selain itu, dibuat lebih transformatif.

Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, dosen membawa mahasiswa langsung ke lapangan. Bisa di warung, tepi pantai, hutan, tempat wisata, dan lainnya,” beber dia. Mahasiswa diarahkan langsung praktik di lapangan.

Pada ilmu komunikasi, dia mencontohkan ada mata kuliah propaganda. Mahasiswa langsung diarahkan ke pantai untuk mengampanyekan kebersihan pantai. Kemudian jurusan kelautan, belajar soal tingkat keasinan air laut, bisa langsung ke pantai, tidak perlu berlama-lama di laboratorium.

Bambang mengaku, model pembelajaran tersebut cukup membuahkan output positif. Selama proses perkuliahan 5 semester, tidak sedikit mahasiswanya yang berhasil menjuarai berbagai paper competition dan lomba pembuatan program tingkat nasional atau Asia Pasifik.

“Anak-anak kami sudah banyak yang berhasil ikut paper competition dan lomba program tingkatnya nasional dan Asia Pasifik. Tujuh mahasiswa kami dari kampung sudah ada yang ke Hong Kong.

Kegiatan kemahasiswaan juga sangat atraktif,” beber Bambang. Melihat output yang bagus, dia optimistis lulusan jurusan kampus transformatif bakal mampu diserap masyarakat. Sebab, selama perkuliahan mereka sudah terbiasa di lapangan.

Dia mengakui, pengembangan PSDKU Unpad tak bisa dilepaskan dari persoalan SDM. Unpad melihat masih ada ketimpangan SDM antara satu daerah dan daerah lainnya. Apalagi daerah yang notabene berada di pinggiran.

Sementara Pangandaran memiliki destinasi wisata cukup bagus untuk dikembangkan. Walaupun Kampus di Pangandaran masih sangat minim sarana, menggunakan dua gedung SD, kini telah ada sekitar 340 mahasiswa yang kuliah di kawasan tersebut. Sekitar 50% adalah warga Pangandaran dan sisanya dari seluruh Indonesia. (Aan Haryono/Arif Budianto)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1343 seconds (0.1#10.140)