Pemerintah Segera Terapkan Pendidikan Kebencanaan kepada Siswa
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah segera menerapkan pendidikan bencana sejak dini. Saat ini dua kementerian sedang membahas pelaksanaan program kebencanaan di sekolah agar masyarakat lebih memahami pentingnya mitigasi bencana.
Ancaman bencana alam yang bisa sewaktu-waktu bisa melanda tanah air membuat pendidikan kebencanaan harus secepatnya diterapkan. Persiapannya saat ini sedang dimatangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Sosial (Kemensos).
“Pertemuan dengan Menteri Sosial ini menindaklanjuti perintah presiden agar ada pendidikan kebencanaan yang tersistem dengan baik di seluruh sekolah,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy seusai menggelar pertemuan khusus dengan Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita di kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Muhadjir memaparkan, dalam agenda rapat terbatas tersebut juga sudah ditegaskan kembali agar pendidikan kebencanaan ini harus bisa segera dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan hasil rapat sebelumnya yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni sudah menetapkan bahwa akhir Januari ini sudah harus ada langkah konkret gerakan mitigasi bencana nasional.
Oleh karena itu, lanjut mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini, agenda pertemuan kemarin adalah untuk membicarakan program kolaborasi program penanganan bencana yang selama ini ada di Kemensos. “Kami akan bekerja sama dalam mengimplementasikan pendidikan kebencanaan di sekolah,” terangnya.
Menurut Muhadjir, kerja sama kedua kementerian untuk pendidikan kebencanaan ini sudah tepat sebab Kemensos memiliki pasukan Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang selama ini telah menjadi tenaga instruktur atau tutor kebencanaan. Sementara itu, Kemendikbud memiliki subjek pelatihan yang bisa digarap yakni para peserta didik.
Pendidikan kebencanaan ini nantinya ada tiga bentuk, yakni informasi tentang kebencanaan, teknik menghindar dari bencana, dan simulasi. Untuk itu, akan ada instruktur yang akan memberikan pembekalan tersebut kepada siswa. Selain itu, juga akan ada modul yang disusun UNICEF dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Mendikbud menjelaskan bahwa kekuatan yang sinergis antara dua kementerian akan dipadukan. Namun, tidak menutup juga pintu kerja sama dengan pihak lain, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Badan ini mempunyai tim relawan nasional yang banyak memiliki pengalaman lapangan.
“Kita akan padukan menjadi kekuatan yang sinergis antara dua kementerian. Kita akan ajak BNPB juga tim relawan nasional yang sudah memiliki pengalaman mengorganisasikan dengan baik. Bersama-sama akan kita lakukan,” ujarnya.
Mendikbud menuturkan, dalam waktu dekat ini salah satu program kedua kementerian ini akan dilakukan, yaitu simulasi nasional kebencanaan yang dilaksanakan secara serempak. Mengenai waktu dan tempatnya masih belum ditentukan. Namun, nantinya semua komponen masyarakat akan ikut simulasi dengan titik tumpu simulasinya ada di sekolah.
Dalam program pendidikan kebencanaan ini, para guru juga akan diajari pengetahuan tentang teknik-teknik kebencanaan. Dia mengungkapkan sudah banyak guru yang mendapat pelatihan kebencanaan di bawah didikan langsung Tagana.
Setelah itu, mereka pun sudah mentransfer ilmu yang didapatnya ke anak didik. Meski demikian, Kemendikbud akan lebih mengoptimalkan peran Tagana dalam mendukung pendidikan kebencanaan di sekolah.
Sementara itu, Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan saat ini Kemensos memiliki 40.000 Tagana inti. Selain Tagana inti, juga ada Relawan Tagana dan Sahabat Tagana yang dilatih karena keinginan menjadi Tagana dari masyarakat umum besar sekali.
“Mereka berbeda dengan Tagana inti. Tagana ini diberikan latihan yang memang sangat disiplin. Ada silabusnya. Kalau relawan Tagana dan Sahabat Tagana, itu pendidikannya lebih elementernya. Jumlah sahabat dan relawan Tagana mencapai 65.000,” katanya.
Agus Gumiwang menambahkan, Kemensos juga sudah melakukan pemetaan terhadap daerah-daerah yang rawan bencana. Sekolah-sekolah yang berada di daerah potensi bencana juga sudah dipetakan agar para siswa bisa mendapat pendidikan kebencanaan dengan baik.
Ancaman bencana alam yang bisa sewaktu-waktu bisa melanda tanah air membuat pendidikan kebencanaan harus secepatnya diterapkan. Persiapannya saat ini sedang dimatangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Sosial (Kemensos).
“Pertemuan dengan Menteri Sosial ini menindaklanjuti perintah presiden agar ada pendidikan kebencanaan yang tersistem dengan baik di seluruh sekolah,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy seusai menggelar pertemuan khusus dengan Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita di kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Muhadjir memaparkan, dalam agenda rapat terbatas tersebut juga sudah ditegaskan kembali agar pendidikan kebencanaan ini harus bisa segera dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan hasil rapat sebelumnya yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni sudah menetapkan bahwa akhir Januari ini sudah harus ada langkah konkret gerakan mitigasi bencana nasional.
Oleh karena itu, lanjut mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini, agenda pertemuan kemarin adalah untuk membicarakan program kolaborasi program penanganan bencana yang selama ini ada di Kemensos. “Kami akan bekerja sama dalam mengimplementasikan pendidikan kebencanaan di sekolah,” terangnya.
Menurut Muhadjir, kerja sama kedua kementerian untuk pendidikan kebencanaan ini sudah tepat sebab Kemensos memiliki pasukan Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang selama ini telah menjadi tenaga instruktur atau tutor kebencanaan. Sementara itu, Kemendikbud memiliki subjek pelatihan yang bisa digarap yakni para peserta didik.
Pendidikan kebencanaan ini nantinya ada tiga bentuk, yakni informasi tentang kebencanaan, teknik menghindar dari bencana, dan simulasi. Untuk itu, akan ada instruktur yang akan memberikan pembekalan tersebut kepada siswa. Selain itu, juga akan ada modul yang disusun UNICEF dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Mendikbud menjelaskan bahwa kekuatan yang sinergis antara dua kementerian akan dipadukan. Namun, tidak menutup juga pintu kerja sama dengan pihak lain, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Badan ini mempunyai tim relawan nasional yang banyak memiliki pengalaman lapangan.
“Kita akan padukan menjadi kekuatan yang sinergis antara dua kementerian. Kita akan ajak BNPB juga tim relawan nasional yang sudah memiliki pengalaman mengorganisasikan dengan baik. Bersama-sama akan kita lakukan,” ujarnya.
Mendikbud menuturkan, dalam waktu dekat ini salah satu program kedua kementerian ini akan dilakukan, yaitu simulasi nasional kebencanaan yang dilaksanakan secara serempak. Mengenai waktu dan tempatnya masih belum ditentukan. Namun, nantinya semua komponen masyarakat akan ikut simulasi dengan titik tumpu simulasinya ada di sekolah.
Dalam program pendidikan kebencanaan ini, para guru juga akan diajari pengetahuan tentang teknik-teknik kebencanaan. Dia mengungkapkan sudah banyak guru yang mendapat pelatihan kebencanaan di bawah didikan langsung Tagana.
Setelah itu, mereka pun sudah mentransfer ilmu yang didapatnya ke anak didik. Meski demikian, Kemendikbud akan lebih mengoptimalkan peran Tagana dalam mendukung pendidikan kebencanaan di sekolah.
Sementara itu, Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan saat ini Kemensos memiliki 40.000 Tagana inti. Selain Tagana inti, juga ada Relawan Tagana dan Sahabat Tagana yang dilatih karena keinginan menjadi Tagana dari masyarakat umum besar sekali.
“Mereka berbeda dengan Tagana inti. Tagana ini diberikan latihan yang memang sangat disiplin. Ada silabusnya. Kalau relawan Tagana dan Sahabat Tagana, itu pendidikannya lebih elementernya. Jumlah sahabat dan relawan Tagana mencapai 65.000,” katanya.
Agus Gumiwang menambahkan, Kemensos juga sudah melakukan pemetaan terhadap daerah-daerah yang rawan bencana. Sekolah-sekolah yang berada di daerah potensi bencana juga sudah dipetakan agar para siswa bisa mendapat pendidikan kebencanaan dengan baik.
(don)